Aturan baru yang disepakati malah memicu reaksi cepat dan sengit dari publik, yang terlihat di media sosial dengan tagar #PeringatanDarurat.Â
Dengan kecepatan kilat, tagar ini menyebar dan menduduki puncak trending, seolah-olah burung garuda biru menjadi simbol perlawanan modern kita.
Di tengah hiruk-pikuk ini, muncul pertanyaan: apakah tindakan DPR dan pemerintah hanya sebatas manuver politik untuk melindungi kepentingan mereka sendiri, ataukah benar-benar upaya untuk menjegal potensi krisis politik? Apa pun jawabannya, satu hal yang pasti---protes ini menunjukkan betapa cepatnya ketidakpuasan rakyat dapat membesar, bahkan tanpa frasa yang pernah diucapkan oleh Antoinette sekalipun.
Dengan transisi kepemimpinan yang sedang berlangsung dan ketidakstabilan global yang mengintai, Indonesia berdiri di ambang sebuah babak baru. Peringatan darurat ini, lengkap dengan simbol garuda biru dan frasa sejarah yang telah menjadi mitos, menggambarkan ketegangan dan ketidakpastian yang menyelimuti politik kita.Â
Apakah kita akan belajar dari sejarah dan menghindari kesalahan yang sama, ataukah kita akan terus terjebak dalam drama yang seolah tak berujung ini?
Jadi, mari kita perhatikan dengan saksama, karena dalam teater politik ini, setiap aktor memiliki perannya masing-masing. Kita, sebagai penonton, hanya bisa berharap bahwa akhir cerita ini tidak akan mengulang sejarah kelam dan bahwa burung garuda biru kita akan terbang tinggi menuju era baru yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H