Mohon tunggu...
Uchan dug
Uchan dug Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Pascasarjana UIN Banten

langkah awal untuk bisa berkarya dalam tulisan, mungkin ini akan menjadi wadah tentang tugas kampus saya dan cerita kehidupan saya, dan interpretasi terhadap lingkungan sekitar

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Gaungkan Produk Lokal dan Benci Produk Asing, Pertanda Krisis Nasionalisme

3 April 2021   17:59 Diperbarui: 3 April 2021   18:07 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Statmen Presiden tentang Cintai Produk Lokal dan Benci Produk Asing mendapat banyak respon dari berbagai unsur elemen masyarakat, Seluruh Masyarakat Indonesia di kagetkan dengan sambutan yang disampaikan oleh bapak jokowi dodo saat membuka rapat kerja nasional Kementrian Perdagangan tahun 2021 di Istana Negara, Jakarata pada Kamis (4/3/2021). Persoalan cintai produk local sudah menjadi pembahasan lama. Namun pada masa ini, dimana kita harus menjaga imunitas tubuh agar masyarakat Indonesia tetap sehat, disisi lain kita coba berjuang untuk bisa mesetabilkan ekonomi nasional dalam pandemi.

Pandemi yang di sebabkan oleh COVID-19, di Indonesia belum juga cepat membaik, banyak sektor-sektor yang mengalami penurunan terkhusus dalam bidang ekonomi nasional, upaya yang terus dilakukan oleh para pemangku kebijakan terus di lancurkan untuk bisa memperbaiki kondisi ekonomi nasioanal, seperti Perogram pemulihan ekonomi nasional, terus berjalan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Coba kita lihat produk lokal yang sudah berhasil di pasar internassioanl sudah ada banyak seperti batik, bahkan UNESCO mengesahkan sebagai warisan budaya Indonesia pada tahun 2009, sudah banyak pejabat Negara luar menggunakan batik yang hasil dari produk Indonesia. Selain batik ada dibidang makanan seperti Indomie, permen Kopiko, kopi Kapal Api, yang awal pendiriannya di pelabuhan tanjung perak jawa timur, tak lupa seperti Nutri Sari dan Tolak Angin Sidomuncul, tak lupa juga J.CO Donuts yang pertama buka di super mall karawaci tanggerang pada tahun 2005, hal ini membawa warna baru pada usaha donat, karena itu banyak bermunculan para pengusaha donat baru.

Bangga dengan produk local yang sudah bisa sukses di pasar internasional dan beroprasi di Negara lain. Namun, jangan hanya bangga, karena itu semua tidak cukup, kita harus membelinya dan mengkonsumsi produk-produk lokal. Kenapa harus produk local, sederhana nya dengan membeli produk lokal perputaran uang akan didalam negeri, untuk menjaga setabilitas ekonomi dan membantu pertumbuhan ekonomi nasioanal.

            Populasi Indonesia terbilang paling banyak di dunia, jika semua masyaraakat lebih banyak menjadi konsumen produk lokal tentunya hal ini sangat membantu sekali dalam perekonomian nasional, jika dari apa yang di sampaikan pak jokowi bahkan kita harus mengkampanyekan benci produk asing, pesan tersirat yang ditangkap, ternyata Indonesia sedang mengalami kerisis Nasionalisme yaitu persatuan dan kesatuan.

            Terlihat jelas bahwa Nasionalisme Indonesia sedang mengalami krisis, ditengah wabah virus terus menyebar. Persatuan dan kesatuan sudah mulai tidak kokoh, bahkan layu ada 271 juta jiwa, namun perekonomian local tidak bisa mampu menjadi supplay barang dan jasa kebutuhan masyarakat Indonesia. Apakah memang para pengusaha besar lebih memilih membeli dan menjual barang kepada korporasi atau perusan besar saja, sehingga para pengusaha mikro tidak maampu bersaing di pasar. Seperti tempe produksi Indonesia namun kedelai nya malah di impor keluar negeri. Bagaimana bisa pengusaha kecil bisa mampu bertahan dengan para pemilik modal besar.

            Jika ini masih terjadi krisis Nasionalisme tidak segera di sembuhkan, kita hanya akan melihat hancurnya Indonesia, semoga dalam perbaikan ekonomi nasional hal yang perlu di perbaiki paling utama adalah konsep perstauan rasa nasionalisme dan cinta tanah air harus digelorakan kembali, setelah itu konsep strategi persaingan pasar baru di mulai jangan memberikan program umkm supalay dana bantuan kepada masyarakat namun tidak dikembalikan rasa nasionalismenya sama halnya kita melukis diatas air tidk akan pernah jadi. Tentu Indonesia banyak perkebunan sawit namun apakah Indonesia penghasil minyak goreng terbaik dunia.

umkm-606849aed541df167940d5a8.jpeg
umkm-606849aed541df167940d5a8.jpeg
Digitalisasi UMKM juga Kurang

            Maraknya konsep digitaliasi usaha kecil menengah atau mikro, untuk bagaimana terlihat adaptasi dalam kondisi virus Corona yang tak henti-henti. Ketika kita melihat ke petani banyak terjdi dipasaran adalah ketika para pengusaha lokal mengalami panen dalam berkebeun dan berternak, pemerintah selalu saja melakukan impor barang yang pada akhirnya para petani harus menjual barangnya dengan murah dan terkadang mengalami stagnansi usaha yang mereka kelola bahkan sampai kadang rugi, sehingga para pelaku usaha mikro kecil membeli barang dengan harga yang mahal dan hal ini menjadi pendorong utama untuk membeli brang impor yang harganya jauh lebih murah.

Keberadaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia memang sangat besar. Namun jumlah mereka yang besar belum menunjukan performa yang maksimal. Data Kementerian Koperasi dan UKM (KUKM) mengatakan, terdapat lebih dari 64,1 juta unit usaha mulai dari usaha mikro yang memiliki omzet tahunan paling banyak Rp 300 juta sampai usaha besar dengan omzet tahunan lebih dari Rp 50 miliar di Indonesia. Dari total jumlah ini, 98,77% adalah usaha mikro Diakses dari (marketeers.com).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun