Mohon tunggu...
Arsad Rahim Ali
Arsad Rahim Ali Mohon Tunggu... Penulis - Perencana Pembangunan Daerah

Bekerja di bidang perencanaan pembangunan daerah

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Perkawinan Dini dan Tingginya Prevalensi Stunting di Sulbar?

10 Januari 2025   16:54 Diperbarui: 17 Januari 2025   05:35 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah PUS Dibawah Umur sebagai Penghambat  Penurunan Prevalensi Stunting di Sulawesi Barat?

------------

Mengutib berita dari medcom.id, "Angka Pernikahan Dini di Sulbar Mencapai 11,70%. 15 April 2023.

"Angka pernikahan dini di Sulbar mencapai 11,70 persen atau berada pada posisi ke delapan dari seluruh Provinsi di Indonesia dan menjadi penghambat dalam upaya menekan stunting," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Sulbar (Bappeda) Provinsi Sulbar, Junda Maulana, di Mamuju, Jumat, 14 April 2023.

Dari pernyataan tersebut saya mencoba melakukan kajian ilmiah sederhana berdasarkan data per kabupaten di Sulawesi Barat berupa data Jumlah PUS dibawah umur tahun 2022 dengan Prevalensi stunting di Sulawesi Barat tahun 2023. Kajian ini bertujuan  untuk menganalisis hubungan antara jumlah Pasangan Usia Subur (PUS)  di bawah umur sebagai variabel bebas (X) dengan distribusi prevalensi stunting per kabupaten di Sulawesi Barat sebagai variabel terikat. 

Prevalensi Stunting (Y) = Bo + B1 . PUS dibawah Umur (X) + e

Dimana : 

  • Bo adalah koefisien Y yang akan dicari
  • B1 adalah koefisien X yang akan dicari
  • e  (error term) adalah ada variabel lainnya yang dimungkinkan dapat mempengaruhi prevalensi stunting yang tidak dicantumkan di model regresi ini.

Hipotesis yang dikembangkan adalah 

  • H-Nol ditolak jika nilai signifikan F > 0,05 yang menunjukkan tidak ada hubungan PUS dibawah Umur dengan Prevalensi Stunting. Dan 
  • H-Alternatifnya diterima jika nilai signifikan F <0,05 yang menunjukkan ada hubungan PUS dibawah umur dengan Prevalensi Stunting.

Hasilnya adalah Model regresi yang digunakan menunjukkan Nilai Significance F sebesar 0,44  artinya model regresi secara keseluruhan tidak signifikan, mengindikasikan bahwa tidak ada bukti kuat bahwa model memiliki hubungan bermakna dengan prevalensi stunting. Nilai R Kuadrat (R) sebesar 0,15, yang mengindikasikan bahwa model ini hanya mampu menjelaskan 15% dari variabilitas prevalensi stunting berdasarkan jumlah PUS di bawah umur.

Nilia Koefisien konstanta (intercept) yang didapat  dari model regresi sebesar 33,97306 menunjukkan bahwa ketika jumlah PUS di bawah umur adalah nol, prevalensi stunting diprediksi berada pada nilai sekitar 33,97306, nilai ini masih terlalu tinggi daripada nilai batas ambang bukan lagi masalah tingkat berat sebagaimana yang distandar oleh WHO dibawah 20%,walaupun dengan p-value sebesar 0,001123 yang menunjukkan signifikansi statistik.

Prevalensi Stunting (Y) = 33,97 - 0,00033 x PUS dibawah Umur (X) + e

Sementera itu nilai koefisien variabel independen (jumlah PUS di bawah umur) yang dicari didapat sebesar -0,00033 menunjukkan adanya hubungan negatif yang sangat kecil dengan prevalensi stunting, dan nilai p-value sebesar 0,442863 menunjukkan bahwa hubungan ini tidak signifikan secara statistik.

Dengan demikian, dalam model regresi ini, tidak ada cukup bukti untuk menyatakan bahwa jumlah PUS di bawah umur secara signifikan mempengaruhi prevalensi stunting.  Atau dengan kata lain bahwa pernyataan Kepala Bappeda Sulawesi Barat "Angka pernikahan dini di Sulbar mencapai 11,70 persen menjadi penghambat dalam upaya menekan stunting," Secara statistika tidak terbukti. Diperlukan variabel lainnya yang perlu dicari dimungkinkan dapat mempengaruhi prevalensi stunting yang tidak dicantumkan di model regresi ini.

-----

Kajian Selengkapnya, "Apakah PUS diawah umur sebagai penghambat Penurunan prevalensi stunting di Sulbar?" dapat dibaca DINI

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun