Langit di kala senja
Pemandanganterindah
Yang ada di dunia
Cahaya merah sang surya
Diantara kabut malam
Menentramkan lubuk jiwa
Yang penuh akanderita
Tak kuingin waktu berjalan
Menjemput kegelapan malam
Mengantarkan kesepian
Namun aku tak kuasa
Tuk melakukan itu semua
Karena Dia telah berkata
Kehendak-Ku tak akan tertunda
Hanya butiran air mata
Yang membasahi rupa
Yang akan selalu setia
Menemaniku dalam nestapa
Teringat kembali akan dirimu
Saat kunikmati kesepianku
Kesendirian di keheningan malam
Ketika semua terbuai dalam alam khayal
Aku Tanya pada rembulan
Aku Tanya pada bintang
Aku Tanya pada Tuhan
Dimana dirimu yang sangat berarti
Namun semua diam
Seakan tak mempedulikanku
Seolah mengacuhkanku
Kini . . . . .
Sendiri . . .
Ku cari jawaban semua ini
Aku tak lagi mengharap bintang
Aku tak lagi mengharap bulan
Aku tak lagi mengharap Tuhan
Menjawab semua yang ku tanyakan
Karena aku tak lagi percaya akan mereka
Bagiku . . . . .
Mereka . . . . .
Hanya ilusi manusia
Yang tak nyata
Bagiku . . . . .
Mereka . . . . .
tak pernah ada
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H