Mohon tunggu...
Ubed A. Syarif
Ubed A. Syarif Mohon Tunggu... -

suka berteman dengan orang pinggiran dan terpinggirkan. sociopreneur; travel, research, writing. Books: Politik Identitas Etnis (2002), Negeri Yang Kurang Nyaman (2010), Negeri Yang Jaya (2012)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penjual Obat Keliling dan Hikayat Aceh

17 Januari 2015   15:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:57 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14214587971088749795

Satu hal lagi yang saya rujuk dari novel seri ke empat Laskar Pelangi karya Bang Ikal (Andrea Hirata), Maryamah Karpov, Mimpi-mimpi Lintang, yaitu mengenai budaya atau kebiasaan orang melayu dalam memberikan julukan nama pada seseorang.

Mungkin anda yang telah membaca novel tersebut ingat nama-nama seperti Mustahaq Davidson, Marhaban Hormat Grak, Ramlah Biduanita, Mahmuddin Pelupa, Kamsir Si Buta dari Gua Hantu, Mustajab Charles Smith dan lain-lain. Nama-nama itu merupakan ungkapan metaforik yang diambil dari kebiasaan-kebiasaan orang itu sehingga kemudian dilekatkan pada nama aslinya. Nama-nama itu barangkali hanya imajinasi bang Ikal semata, tapi realitasnya seringkali memang kita temui.

Di Banda Aceh, sebagian besar masyarakat, khususnya yang dewasa, mungkin sebagian besar remaja saat ini masih mengenal nama Adnan PMTOH. Ia adalah seorang penutur hikayat Aceh yang paling dikenal dalam tiga dekade terakhir. Nama aslinya adalah Tengku Adnan, sementara nama PMTOH sebetulnya adalah nama angkutan umum lintas Sumatera yang sudah lama dikenal di Banda Aceh, bahkan mungkin seluruh pulau Sumatera pada masa lalu sampai sekarang.

[caption id="attachment_391317" align="aligncenter" width="300" caption="kantor Angkutan Bus PMTOH yang legendaris (dok. pribadi)"][/caption]

Angkutan ini terhitung legendaris dan telah ada sejak tahun 1970an melayani penumpang dari Banda Aceh sampai ke Jakarta, bahkan sampai ke Jawa Timur dan sebaliknya. Sampai saat ini, angkutan bis PMTOH masih eksis dengan puluhan Bis. PMTOH sendiri adalah singkatan dari Perusahaan Motor Transport Ondernemer Hasan, kantornya beralamat di Jl. T Amir Hamzah Bendahara No 47 B Banda Aceh telp 0651 21072.

Apa hubungan Tengku Adnan yang seorang penutur hikayat Aceh dengan PMTOH yang merupakan nama perusahaan angkutan? Ini karena Tengku Adnan dikenal sebagai seorang penutur hikayat yang atraktif, serba bisa dan mampu menirukan berbagai suara, termasuk suara klakson mobil angkutan PMTOH tersebut. Karena angkutan PMTOH sangat dikenal dan dalam setiap penampilannya, Tengku Adnan selalu menirukan klakson mobil angkutan itu, maka kata PMTOH akhirnya melekat pada Tengku Adnan sehingga dikenallah dia sebagai Adnan PMTOH si penutur hikayat Aceh.

Adnan PMTOH menuturkan hikayat yang merupakan hiburan rakyat yang disukai waktu itu berkeliling dari kampong ke kampong hingga ke kota. Profesi Adnan PMTOH sebenarnya adalah seorang pedagang obat tradisional keliling. Menjadi pedagang obat tradisional harus memiliki keahlian yang menarik guna mengajak calon konsumen datang kepadanya dan membeli jualannya. Salah satu keahlian yang paling mendukung dan cukup digemari adalah keahlian menuturkan hikayat-hikayat Aceh. Keahlian Tengku Adnan dalam menuturkan hikayat secara atraktif dibarengi penggunaan berbagai media seperti alat dapur, gong, drum atau apa saja yang ada di sekelilingnya, juga kesukaannya menirukan berbagai macam suara sesuai dengan karakter tokoh yang ada dalam hikayat. Selain Adnan PMTOH, dikenal juga Udin Pelor karena kemampuannya menirukan suara tembakan pada setiap penampilannya, ada juga Ahmad Akrobat yang mampu berakrobat.

Selain skill berhikayat, ada juga pedagang obat yang lain yang mampu bermain sulap untuk menarik calon konsumen, pembeli obat hasil ramuannya. Namun, satu hal yang paling mendasar dari keahlian pedagang obat adalah upayanya dalam merayu, membujuk para calon konsumen untuk membeli obatnya. Dalam upaya membujuk inilah mereka memerlukan keahlian lain seperti penguasaan terhadap ilmu pengetahuan, tentang budaya dan agama serta politik. Sehingga pada masa lalu, penjual tukang obat tradisional keliling memiliki keterampilan dan pengetahuan yang cukup luas dan secara tidak langsung keahlian membujuk melalui cerita dan hikayat menjadi seni dan tradisi tersendiri dalam budaya Aceh, menjadi salah satu seni tradisi lisan.

Menurut Agus Nur Amal, seorang yang menamakan dirinya sebagai Penutur PMTOH Modern, yang namanya sempat melambung karena sering tampil di layar kaca, pasca Tsunami, para pedagang obat keliling di Aceh sebetulnya juga merupakan salah satu benteng budaya Aceh. Mereka berperan dalam mempertahankan melestarikan seni tradisi lisan (Hikayat) Aceh dan berperan mempertahankan ramuan-ramun (resep) obat tradisional dari bahan-bahan tanaman kekayaan Aceh.

Pada masa Orde Baru, keahlian dan kemampuan para pedagang obat keliling ini juga sering digunakan dalam rangka sosialisasi program-program pemerintah seperti BKKBN dengan program KB-nya. Bahkan, pada masa kampanye Pemilu, kerap kali partai pendukung pemerintah menggunakan para penjual obat keliling sebagai Juru Kampanye (jurkam) atau sekedar pengundang orang untuk datang menghadiri kampanye.

Seiring dengan berkembangnya obat modern dan penyebarannya ke kampung-kampung, peran penjual obat tradisional keliling semakin tergeser dan terpinggirkan. Selain kemampuan mereka sebagai penutur hikayat yang terancam, juga resep-resep obat tradisional khas Aceh terancam hilang dari ingatan dan referensi obat tradisional nusantara karena tidak laku, tergeser oleh obat-obat kimiawi hasil industri farmasi.

Ulee Kareng

Dec 2008

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun