Mohon tunggu...
urang banjar
urang banjar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Senang dengan aktivitas bertani

Masyarakat biasa yang ingin bermanfaat untuk orang banyak Blog pribadi: www.jumena.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Siapa yang Diuntungkan oleh Musim Hujan?

2 Maret 2023   13:56 Diperbarui: 2 Maret 2023   13:58 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Cerita ini berawal saat berangkat kerja di pagi hari, hujan turun terus-menerus tanpa henti. Saya sudah mengenakan sepatu boot warna kuning untuk melindungi kaki dari basah dan dingin, sementara istri saya memakai sepatu kerja biasa yang tidak tahan air. Di sinilah terjadi perdebatan kecil, kira-kira istri saya berkata, "Ayah sudah pakai sepatu boot, sementara saya tidak, kapan dong saya juga bisa pakai sepatu itu?" Saya jawab sekenanya, ya tinggal beli saja lalu pakai, beres kan? Di musim hujan seperti ini saya menduga kebutuhan akan jas/mantel hujan dan sepatu boot akan meningkat. Lihat saja jika hujan di pagi hari, semua orang harus keluar rumah untuk melaksanakan tugasnya masing-masing, maka untuk menghindari air hujan harus menggunakan jas/mantel hujan, jika ingin lengkap lagi menggunakan sepatu boot dan sarung tangan. Jas hujan pun ada kelas-kelasnya, mulai yang harga Rp10.000 hingga yang berharga ratusan ribu rupiah, tergantung merk dan kualitas.

Lain lagi dengan cerita di pedesaan yang sebagian besar matapencahariannya bertani, musim hujan adalah berkah bagi petani khususnya di daerah yang memiliki sawah tadah hujan. Sawah tadah hujan adalah sawah yang sumber pengairannya bukan berasal dari irigasi teknis melainkan hanya mengandalkan air hujan. Pada sawah tipe tersebut hanya dapat ditanami padi sawah saat musim hujan. Jadi pada musim hujan seperti sekarang ini petani dengan senangnya dapat membajak sawah untuk bertanam padi. Demikian pula dengan petani jagung di lahan kering, mereka hanya bisa menanam jagung maksimal 2 kali dalam setahun dan itupun dilakukan pada musim hujan. Pada musim kemarau biasanya lahan diberakan atau dikosongkan tanpa menanam apapun. Menanam di musim kemarau bagi petani tradisional sama saja bunuh diri, bukan untung yang didapat tetapi rugi besar. Beda cerita dengan pertanian modern yang menggunakan sumber air irigasi, mereka bisa tanam padi setahun 3 kali karena pada saat musim kemarau mereka menggunakan sumur pompa untuk mengairi sawah.

Pada bidang peternakan juga diuntungkan dengan adanya musim hujan, padang rumput akan menghijau saat musim hujan yang menjadi sumber utama makan ternak yang digembalakan. Kata petani di pedesaan sangat sulit mencari rumput dan hijauan pakan ternak pada musim kemarau dan sebaliknya sangat mudah mendapatkan rumput hijau saat musim hujan. Petani kelapa sawitpun akan merana saat musim kemarau karena buah sawit akan menurun drastis dan akan berbuah lebat saat musim hujan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun