Mohon tunggu...
Ulul Azmi
Ulul Azmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya ialah pribadi yang loyal dan suka membangun hal-hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cut Nyak Dien Merupakan Pelopor Perjuangan Perempuan dalam Melawan Kolonial Belanda

10 Mei 2024   22:27 Diperbarui: 10 Mei 2024   22:31 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kepemimpinan strategis adalah pendekatan kepemimpinan yang berfokus pada merumuskan dan menerapkan strategi jangka panjang untuk mencapai visi dan tujuan organisasi. Ini melibatkan kemampuan seorang pemimpin untuk memahami secara mendalam lingkungan eksternal dan internal organisasi, serta menggunakan pengetahuan ini untuk mengembangkan rencana tindakan yang efektif. 

Pemimpin strategis bertindak sebagai arsitek yang merancang masa depan organisasi dengan mempertimbangkan dinamika pasar, perubahan teknologi, dan persaingan industri. Mereka mengarahkan sumber daya organisasi dengan cerdas, memperhitungkan risiko dan peluang, dan membimbing orang-orang di dalam organisasi untuk mencapai hasil yang diinginkan. Kepemimpinan strategis membantu organisasi beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang cepat, menjaga relevansi dan keunggulan kompetitif, serta menciptakan nilai jangka panjang bagi semua pemangku kepentingan.
Salah satu pahlawan Indonesia yang menjadi teladan patriotisme dan semangat perjuangan adalah Cut Nyak Dien. Cut Nyak Dien lahir pada tahun 1848 di desa Lampadang yang luasnya kurang lebih 10 hektar di wilayah VI Mukmim yang beribukota di Paukan Badan. VI Mukmim terletak di pesisir barat Aceh Besar, berbatasan dengan laut di sebelah utara, dengan Uleele sebagai pelabuhannya. Di antara tanjung dan Uleele, terdapat sebuah danau yang tenang yang dapat digunakan sebagai tempat berlabuh perahu dan kapal (Srikandi, 2021).
(Rosyid, 2012) Dikutip dari buku "Cut Nyak Dien: Ibu Perbu dari Tanah Rencong" karya Anita Retno Winarsih, Cut Nyak Dien menghabiskan sebagian besar masa kecilnya untuk belajar tentang pendidikan agama dan tugas-tugas rumah tangga seperti memasak, melayani suami, dan menghadapi kehidupan sehari-hari. Keterampilan ini diperolehnya dari orang tuanya, selain belajar tentang budaya dan tradisi. Cut Nyak Dien belajar membaca dan menulis huruf Arab serta memperdalam pengetahuan agamanya di masjid melalui guru-guru agama di lingkungannya. Meskipun tidak mengenyam pendidikan formal, Cut Nyak Dien tumbuh dengan pemahaman dan pengetahuan yang baik. Ia dikenal dengan karakternya yang lembut, tegas, dan berakhlak mulia. Cut Nyak Dien adalah putri seorang ulebalang, namun menanggalkan atribut kebangsawanannya untuk bergabung dalam perang gerilya.
Menurut, (Said, 2016)patriotisme lebih kepada keterkaitan atau simpati (afinitas) yang dimiliki individu terhadap tanah airnya, yang menimbulkan keterikatan dan kebanggaan psikologis yang mendalam. Secara lebih spesifik, mendefinisikan patriotisme sebagai sebuah identitas, sebuah kekuatan sosial yang berfungsi untuk menjaga individu-individu agar tidak terpisah dan membentuk sebuah kelompok atau komunitas yang lebih luas yang dikenal dengan sebutan bangsa. Rasa bangga terhadap tanah air perlu ditanamkan kepada setiap individu sejak dini agar mereka dapat berjuang untuk mencapai tujuan bersama dan memberikan kontribusi kepada bangsa melalui proses pendidikan baik di lingkungan formal maupun non formal.
Cut Nyak Dien, juga dikenal sebagai Cut Nyak Meutia, adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang berperan penting dalam perlawanan terhadap penjajah Belanda di Aceh pada abad ke-19. Meskipun ia bukanlah seorang pemimpin politik atau militer yang formal, perannya dalam perang gerilya melawan Belanda menunjukkan kepemimpinan strategis yang kuat dalam konteks perlawanan nasional Aceh. Beberapa kepemimpinan strategis yang dimilikinya ialah ; 1) Karakter kuat dan semangat perjuangan, beliau dikenal memiliki karakter yang kuat dan semangat perjuangan yang tinggi. Meskipun menghadapi berbagai kesulitan dan penderitaan, dia tetap gigih dan tekun dalam melawan penjajah Belanda. 2) Strategi perang gerilya, beliau menggunakan strategi perang gerilya yang efektif dalam melawan penjajah Belanda. 

Dia memanfaatkan medan yang sulit di pedalaman wilayah Aceh untuk melancarkan serangan mendadak tehadap pasukan Belanda, kemudian berpindah-pindah tempat untuk menghadapi pengejaran. 3) Simbol perlawanan, setelah kematiannya Cut Nyak Dien menjadi symbol perlawanan dan kebanggaan nasional bagi rakyat Aceh dan Indonesia secara keseluruhan. Dia dihormati sebagai pahlawan nasional dan warisan perjuangannya tetap diabadikan dalam sejarah perlawanan Indonesia terhadap penjajahan.

Referensi
Rosyid, Moh. (2012). Penanaman Nilai Kepahlawanan dalam Pendidikan dengan Memanfaatkan Data Sejarah. Forum Tarbiyah, 10(1).
Said, N. (2016). Politik Etis Kepahlawanan Ra Kartini: Menguak Spiritualisme Kartini Yang Digelapkan. PALASTREN:  Jurnal Studi Gender, 7(2).
Srikandi, C. N. (2021). Representasi Sosok Cut Nyak Dien Sebagai Agensi Feminisme Alternatif dalam Film Tjoet Nja'Dhien. LITERA, 20(3). https://doi.org/10.21831/ltr.v20i3.41648
 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun