Mohon tunggu...
Uays Hasyim
Uays Hasyim Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Berbuat untuk lebih bermanfaat, beraksi agar lebih berarti.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kakek Penarik Gerobak Sampah

12 Februari 2014   13:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:54 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Malam belum begitu larut tatkala ku lirik jam tangan menunjukkan pukul 22.00. Perjalanan pulang dari kampus terasa lancar sekali tanpa hambatan karena biasanya malam begini kendaraan sudah tidak terlalu padat, meskipun masih ada yang terlihat mengemudi dengan laju dan kecepatan tinggi.

Setelah 4 jam mendengarkan penjelasan dosen Matematika Bisnis, Filsafat Ilmu dan Bahasa Inggris. Segera kupacu laju kendaraanku lebih cepat dari biasanya. Selalu ku usahakan sampai dirumah sebelum Istri dan Putri tercintaku terlelap dalam tidur malamnya.

Hati yang galau dan resah selama pagi hingga menjelang berangkat kuliah akhirnya sedikit berkurang. Menumpuknya pekerjaan dikantor dan tingkat presure suasana kerja membuat hati semakin tak karuan. Belum lagi tugas kuliah yang lumayan menumpuk, .... wuiihhhh .... penat ... lelah dan capek jadi satu. Namun, setelah mencoba menjalani kuliah malam ini, Alhamdulillah akhirnya Alloh SWT menurunkan kebahagiaan tersendiri ketika pulang dari kampus.

Meski sedikit penat menggelayut di pikiran, 15 menit sebelum jam pulang ternyata Dosen Bahasa Inggris mengijinkan untuk pulang lebih cepat. Inginnya langsung pulang, namun hati menggerakkan diriku untuk singgah sebentar di rumah makan kecil yang biasanya aku singgahi ketika semasa SMA dulu. Yah, …. Perempatan jalan Antartika yang menjadi pilihanku. Bakso Cak No, begitu biasanya orang menyebutkannya. Meskipun Cak No sendiri telah berpulang ke haribaan-Nya.

Setelah memesan 1 porsi bakso dan teh hangat, aku duduk menghadap ke arah jalan raya sembari merenung dan mengingat masa lalu yang pernah ku jalani. Kenangan dahulu ketika makan bakso bersama sahabat-sahabat karib semasa SMA terlintas sejenak peristiwa indah bersama mereka …... rasanya ingin mengulang kembali kenangan itu. Belum sempat menikmati kenangan lama yang terlintas itu, aku dikagetkan dengan sapaan ringan sang penjual bakso, .. silahkan pak, .. oh iyah .. terima kasih mbak, bilangku menimpalinya.

Malam yang begitu tenang meski ditengah hiruk pikuk laju kendaraan yang lalu lalang di sepanjang perempatan jalan Antartika. Ku nikmati bakso yang telah terhidang sambil sesekali mengarahkan pandangan ke jalan raya. Baru saja aku memulai menikmati bakso yang aku pesan, melintas sebuah gerobak penuh dengan sampah yang ditarik oleh seorang kakek tua. Antara 60 sampai dengan 70-an tahun kira-kira usia Kakek tua itu. Dengan berjalan tertatih dengan tubuh rentanya, dia terlihat tetap semangat menarik gerobak sampah tersebut. Kedua tangan memegang kendali gerobak didepan, sedang sebuah tali terbuat dari ban bekas terlihat ditautkan dari gerobak ke pundak sebelah kirinya. Tali ini tentunya ia gunakan untuk menambah kekuatan dan tarikan pada gerobak tersebut jika kondisi jalan menanjak.

Kakek itu terus berjalan meski tertatih, terlihat wajahnya samar-samar tersinari lampu-lampu penerang jalan. Sangat tergambar betapa kerasnya kehidupan yang ia alami pada wajah samarnya. Entah sudah berapa lama kehidupan seperti ini ia jalani dengan peluh dan keringat yang mengucur setiap malam demi sebuah hasil untuk keluarga meski tubuh sudah tidaklah mendukung untuk bekerja sekeras dahulu.

Terus kupandangi laju gerobak bersama dengan Sang Kakek tua penarik gerobak sampah itu. Terkadang terlihat sedikit meringis menahan laju gerobak di jalan yang sedikit menurun agar gerobak tidak melaju terlalu kencang menerjangnya.

Jalan terlihat masih seperti tadi, lalu lalang kendaraan sesekali terlihat meski tak sepadat sebelumnya. Tertegun aku melihat kejadian tadi, kualihkan sejenak pandangan ke makanan yang telah sempat terhenti aku nikmati beberapa saat. Kucoba menikmati kembali makanan itu sambil mencari-cari kakek penarik gerobak sampah itu. Wah ... begitu cepatnya kakek itu berlalu, namun bekas kejadian itu masih bergelayut dipikiranku. Subhanalloh ....

Terbayang dalam benakku, diusia yang sedemikian lanjut Kakek itu masih berkutat dengan sampah, gerobak dan malam dimana orang lain yang seusianya telah terlelap dalam tidurnya. Meski berat bagi dia, tetapi hidup haruslah tetap dijalani dengan perjuangan sepenuh hati. Meski lelah dan peluh mengalir menganak sungai tapi keluarga telah menunggu hasilnya dirumah. Meski saat malam adalah waktu bagi sebagian besar orang seusianya untuk beristirahat, namun tanggung jawab membahagiakan keluarga tidak pernah mengenal istirahat.

Aku kembali berpikir, ... Ya Alloh ditengah usia mudaku ini apa yang sudah aku perbuat untuk masa depan diriku dan keluarga ??? akankah hingga usia lanjut itu kita masih harus bekerja sekeras itu ??? ataukah kita begitu saja membiarkan masa muda berlalu hingga diusia senja kita baru tersadar bahwa waktu muda tak akan pernah kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun