Saya suka menilai orang berdasarkan penampilannya. Jujur saja, siapa yang tidak begitu? Tapi saya sedikit pesimistis dalam menerima seluruh penilaian saya terhadap orang lain. Tidak mungkin semuanya benar. Terutama penilaian saya berdasarkan kepemilikan mobil atau telepon seluler (ponsel).
Dulu waktu SMA, ponsel dan pager mengangkat seseorang ke status elit, meskipun orang tersebut tidak ada niat demikian dan hanya menyukai barang elektronik atau membutuhkannya. Sekarang, mungkin sebagian besar orang tidak membeli ponsel atau mobil sebagai simbol status.Â
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/08/08/status-55c5b4424f97735814eb9cab.jpg?v=400&t=o?t=o&v=770)
Saya memodifikasi dan mengarang peraturan keuangan yang menentukan harga ponsel atau mobil yang terjangkau, sehingga seharusnya yang dimiliki benar-benar merupakan status keuangan pribadi.
1. 1/10Â Rule (Tantangan Penghasilan)
Untuk menentukan harga kendaraan yang terjangkau saya menarik 10% dari penghasilan saya setahun. Saat ini, limit terjangkau saya masih di motor scoopy bekas, belum sampai mobil "murah" Rp100jutaan yang menentukan saya harus memiliki penghasilan Rp1 Miliaran setahun.
Untuk ponsel, saya menarik 10% dari penghasilan bulanan. Saya tidak menarik penghasilan setahun karena 10% dari penghasilan setahun terlalu besar. Jika gaji saya Rp120 juta pertahun, maka saya berhak untuk sebuat iPhone. Alasan lainnya adalah ketika saya membuat keputusan impulsif untuk membeli ponsel, saya dapat langsung mengorbankan 10% dari penghasilan saya. Keren aja gonta-ganti ponsel setiap bulannya. Maka dari itu saya membatasinya 10% dari penghasilan bulan sebagai penentu harga ponsel yang terjangkau. Ponsel yang terjangkau untuk saya saat ini di kisaran Xiaomi Redmi 1s.
2. 80/20 Rule (Tantangan Penghasilan sekaligus Menabung)
Jika 10% Rule terasa sulit, apalagi kita sudah merasa mampu membeli barang yang diinginkan dengan menyicilnya, maka tantangan 80/20 Rule sama atau bahkan lebih sulit.
Untuk menentukan harga kendaraan yang terjangkau, kita harus mampu menabung sejumlah uang dalam waktu kita akan menggunakan mobil tersebut (4-10 tahun). Katakanlah saya inginkan Honda Brio E A/T seharga Rp154.600.000. Maka saya menghitungnya, Rp154.600.000/20% = menabung sebanyak Rp773 juta dalam waktu 4 s/d 10 tahun, dan dari Rp773 juta tersebut bisa diambil sebagai bonus atas pencapaian sendiri untuk membeli sebuah Brio yang akan digunakan selama 4 s/d 10 tahun. Kenapa tidak menabung sampai mencapai harga mobil tersebut untuk membeli mobilnya? Karena sayang banget melihat tabungan langsung hilang sekejap tanpa tersisa. Jika berhasil nabung Rp773 juta, maka akan ada sisa Rp618.400.000.
Untuk ponsel, Xiaomi Redmi 1s 8gb seharga Rp1,380 juta, maka Rp1.380.000 juta/20% = menabung Rp6.900.000 juta dalam setahun kemudian mengambil sebagian dari tabungan untuk membeli Xiaomi tersebut. Kenapa harus tercapai dalam setahun? Karena saya gatal untuk menggantikan ponsel setiap tahun.