Tahun ini kinerja investasi saya tidak luar biasa tetapi cukup bagus. Kinerja IHSG 18% (posisi IHSG Agust 19/Jan 4-1 atau 5.416/4.525-1=18%) vs kinerja saya 22% (98.335.903/80jt-1) tetapi saya tidak puas karena untung tersebut tidak diinvestasikan kembali. Untung yang diraih direalisasikan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Seharusnya semakin kaya, tapi yang ada posisi tetap sama. Sebenarnya apa yang saya lakukan tidak salah, tidak juga benar, tetapi bukan yang terbaik untuk saya. Sebaiknya uang yang diinvestasikan tidak dicairkan untuk memenuhi kebutuhan/keinginan.
Beberapa minggu lalu saya memberikan aturan baru kepada anak saya. Anak saya boleh beli mainan, asal uang tersebut merupakan 50% dari untung saham (http://www.kompasiana.com/uangku/untung-saham-untuk-modal-beli-mainan_57a6b2afe122bd4810b4a41c). Sekarang putri saya yang sebelumnya hanya memiliki keinginan untuk beli mainan, keinginannya bertambah dengan sebuah ponsel. Begitu cepat pemikirannya berubah setelah berlakunya peraturan baru tersebut.
Saya khawatir anak saya akan melihat investasi sebagai kendaraan untuk kebutuhan/keinginan jangka pendek, tetapi seharusnya untuk jangka panjang. Setahun sekali untuk beli sebuah mainan cukup lama untuk anak seusia putri putra saya (9 dan 6) tetapi saya mungkin juga perlu memberlakukan persentase yang terus menurun dari 50% yang diiringi dengan komunikasi/memperlihatkan manfaat jika uang tersebut diinvestasikan kembali, atau memperkenalkan compound interest.
Ribet banget ternyata urusan keuangan keluarga dan pendidikannya. Saya rasa kunci utamanya hanya satu. Komunikasi yang terbuka dan terus berkomunikasi mengenai uang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H