Berita tentang kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB) menghebohkan industri keuangan dan perbankan internasional, khususnya di Amerika Serikat (AS). Bank yang berbasis di Santa Clara itu mengalami krisis finansial terbesar di AS sejak tahun 2008.
Mungkin sebagian dari kalian bertanya-tanya, apakah uang yang disimpan di bank masih aman? Apakah kejadian seperti ini bisa terjadi pada bank lainnya?
Apa itu SVB (Silicon Valley Bank)
Beberapa waktu lalu, banyak diberitakan tentang bangkrutnya SVB atau Silicon Valley Bank. Padahal SVB merupakan bank terbesar ke-16 di Amerika. SVB berbeda dengan bank pada umumnya.
Bisnis bank pada umumnya adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui produk tabungan, kemudian menyalurkan kembali dana tersebut berupa pinjaman.
Agar masyarakat mau menitipkan dananya ke bank, maka bank memberikan imbalan berupa bunga tabungan. Kemudian yang meminjam uang di bank juga dikenakan bunga. Nah pendapatan bank didapat dari selisih bunga yang dikenakan kepada peminjam dan bunga yang diberikan kepada penabung.
SVB ini, sedikit berbeda dengan bank pada umumnya. Karena mayoritas klien dari SVB adalah individu atau perusahaan venture capital, yang memiliki modal besar.
Perusahaan atau individu venture capital ini merupakan perusahaan atau individu yang memberikan pendanaan kepada perusahaan rintisan dan bisnis kecil yang diyakini memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi.
Mengapa mereka tertarik untuk mejadi nasabah di SVB? Karena SVB memberikan layanan seperti pemantauan portofolio. Sehingga venture capital bisa memantau investasinya ke mana. Apakah investasi mereka digunakan untuk operasional perusahaan atau untuk hal-hal diluar perusahaan?
Dengan layanan ini, maka para venture capital ini biasanya mengarahkan para start up untuk juga menjadi nasabah dari SVB.
Sehingga dapat dikatakan bahwa nasabah pertama dari SVB ini adalah venture capital ini dan juga perusahaan start up yang diinvestasikan oleh perusahaan venture capital.