Mohon tunggu...
Fauzan Al-Farisi
Fauzan Al-Farisi Mohon Tunggu... -

Pelajar yang belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Semua karena Fulus!

12 September 2013   21:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:59 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan hal mustahil jika di dalam tubuh NU terdapat oknum-oknum yang justru membela habis-habisan sekte yang telah dinilai sesat oleh pendiri NU sendiri, sekte Syiah salah satunya. Usaha-usaha Syiah-Iran pasca revolusi Khomeini 1978 –dengan penghasilan minyak yang cukup besar, rencana mereka meningkatkan pengaruh Syiah di daerah Ahlussunnah, membangun pusat-pusat kebudayaan–,bukan fatamorgana yang bersifat khayal. Nahdhatul Ulama, dengan jutaan manusia di dalamnya, menjadi mangsa empuk rencana 50 tahun Khomeini dalam menyebarkan Syiahnya. Lantas, bagaimana cara-cara mereka memasukkan paham Syiah ke dalam organisasi-organisasi Islam di Indonesia, khususnya NU?. Inilah hasil wawancara saya dengan Habib Achmad Zain al-Kaff, peneliti Syiah selama puluhan tahun dengan belasan buku karangannya.

Bagaimana kinerja Syiah dalam menyebarkan paham-paham nyelenehnya?

Syiah mengeluarkan dana milyaran dolar. Tokoh-tokoh kita didekati, baik tokoh NU, Muhammadiyah, dari kalangan habaib, cendekiawan, dan lain-lain. Ada yang didatangi, ada yang diundang ke Iran. Di Iran, mereka ditamasyakan melihat keberhasilan revolusi Syiah, versi Syiah. Yang perlu bantuan diberi dana, baik untuk pribadi ataupun organisasi.

Namun, tokoh-tokoh kita ini tidak diberitahu berapa banyak ulama Ahlussunnah di Iran yang dibantai oleh rezim Khomeini. Ulama-ulama Ahlussunnah yang mendekam di penjara di Iran, madrasah dan masjid milik Ahlussunnah yang diratakan. Bahkan di beberapa kota di Iran, Ahlussunnah dilarang membangun masjid.

Jumlah Ahlussunnah di Iran hampir 1/3 dari penduduk Iran, namun, mereka sangat tertekan, madzlûm. Mereka tidak punya hak untuk bersuara. 1/3 berarti 20 juta dari seluruh penduduk Iran. Mereka juga tidak mempunyai wakil di DPR. Demikianlah keadaan Ahlussunnah di Iran.

Kemudian, tokoh-tokoh kita ini pulang dari Iran, kembali ke Indonesia dalam keadaan murtad setelah dikader antara 2 hingga 4 tahun. Watak orang Timur, apabila mendapat bantuan meskipun tidak cocok dengan akidahnya, mereka terbungkam seribu bahasa. Hampir semua organisasi Islam di Indonesia mendapat bantuan dari Iran. Kalau ada beasiswa, semuanya ikut tanpa memikirkan akidah. Akhirnya, mereka pulang ke Indonesia menjadi aktivis Syiah yang tersebar hampir di seluruh Indonesia, baik di Jawa, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi. Mereka mendirikan yayasan, majelis taklim. Mereka benar-benar bekerja, sedangkan kita tidur nyenyak. Berapa banyak rumah tangga yang hancur gara-gara salah satu anggota keluarganya terkena virus Syiah. Perkampungan yang dulunya harmonis, menjadi saling bermusuhan. Ini karena mereka masuk Syiah, sudah beda keyakinan.

Jadi, ketika ulama-ulama Ahlussunnah di Iran tertekan dan madzlûm, ulama-ulama Syiah mendatangi Indonesia mengajak ukhuwah Islamiyah. Seharusnya tidak demikian. Apabila mereka ingin ber-ukhuwah Islamiyah dengan muslimin di Indonesia yang berakidah Ahlussunnah, selayaknya yang dikirim adalah ulama yang berakidah Ahlussunnah juga, bukan mengirim ulama Syiah. Namun, kami tahu rahasia di balik itu. Mengapa mereka mengirim ulama Syiah, karena mereka takut ulama-ulama Ahlussunnah yang dikirim ke Indonesia akan membuka keadaan Ahlussunnah di Iran, di mana mereka madzlûm. Inilah rahasianya!

Lalu, setelah rahasia ini kami sebarkan di media-media, akhirnya beberapa hari yang lalu mereka pun mengirim ulama Ahlussunnah dari Iran. Katanya demikian, tetapi setelah kita cek, ternyata yang dikirim adalah ulama Sunni plat merah. Plat merah artinya, ulama Sunni yang bekerja di pemerintahan Iran yang diberi tugas untuk mengawasi Ahlussunnah. Bisa jadi ia Sunni betul, bisa jadi pura-pura Sunni, karena tujuannya hanya mengawasi.

Apakah memang ada indikasi bahwa tokoh Syiah masuk ke NU?

90% pemuluk Syiah adalah warga NU. Ini bukan rahasia lagi. Seperti saudara Said Agil. Dia tidak berakidah Syiah, tapi karena sudah diberangus, dicuci otaknya oleh orang-orang Syiah, akhirnya membela Syiah. Dia diberi bantuan. Tidak hanya di NU, ini juga terjadi di Muhammadiyah. Mayoritas orang Muhammadiyah, saya yakin memahami kesesatan Syiah, tapi, tokoh Muhammadiyah, Din Syamsuddin, diberangus oleh orang-orang Syiah.

Berarti memang sudah parah?

Bukan masalah parahnya!. Beberapa waktu yang lalu, saya bersama rombongan MUI berangkat ke Jakarta. Semua pengurus PBNU hadir, tapi Said Agil tidak berani hadir. Saya ngomong sama Kiai Miftahul Akhyar bahwa Said Agil gak bakalan hadir. Ketika saya telpon dia, alasannya macet di jalan.

Said Agil tahu bahwa Syiah itu sesat, tapi kenapa dia kok gak ngomong, ini fulus yang berbicara. Sebab, kesesatan Syiah ini bagaikan matahari di siang hari. Mana mungkin matahari yang jelas kita lihat dikatakan tidak ada, kan diketawai orang. Ulama sedunia mengatakan Syiah itu sesat.

Saya yakin 100% Said Agil tahu kalau Syiah sesat, tapi, fulus telah merusak imannya. Dia sudah mempermainkan agama Allah. Kalau ada orang mengaku Sunni, tetapi membela Syiah seperti yang dilakukan oleh Said Agil, berarti dia lebih berbahaya daripada orang Syiah.

Selain Said Agil, apakah ada petinggi-petinggi NU lainnya yang membela Syiah?

Ya... ada, tetapi yang paling menonjol adalah Ketua Umumnya, sebab ia menjadi figur panutan. Banyak sekali orang-orang NU yang seperti Said Agil. Tadi saya katakan, 90% pemeluk Syiah adalah orang-orang NU. Saya tidak perlu menyebut nama perorangan, tetapi dengan mendengar komentarnya saja, kita sudah tahu. Kalau ada orang memuji Iran, ia perlu kita curigai. Ada orang memuji Khomeini, hati-hati sampeyan. Jika ada tokoh NU yang ditengarai menyeleweng ke Syiah, biasanya ini hanya vonis dan tuduhan, sebab data dan faktanya tidak ada?

Kalau kita masuk ke komplek pelacuran untuk mencari barang hilang, kemudian ada orang yang menuduh kita bahwa kita telah melakukan hal tidak baik di tempat itu, apakah kita akan menyalahkan orang itu? Tidak bisa!. Salah siapa kita masuk ke tempat tuhmah (mencurigakan).

Jika kita memerangi satu aliran yang menyimpang dari ajaran Islam, kita jangan menghukumi perorangan. Ahlussunnah punya aturan untuk menghukumi perorangan.  Kunnâ lâ nahkum ‘alâ asykhâsh. Kalau kita sudah mengetahui fulan dan fulan, untung ruginya apa? Apakah kita mau mengundangnya untuk hadir dalam seminar-seminar?.

Kalau kita mau waspada, hati-hati terhadap dia dan lindungilah orang-orang yang butuh untuk dilindungi, misalnya kita bilang kepada masyarakat “Hati-hati dengan si Fulan. Dia mendapat bantuan dana 10 juta dolar untuk membela Syiah!”. Jadi, menyelidiki orang perorangan tidak betul, karena Ahlussunnah punya adab.

Adakah rencana dari oknum NU untuk membawa NU ke Syiah?

MoU itu kan?. Perjanjian Said Agil dengan Iran itu! Lakin, Alhamdulillâh pengurus PBNU tidak sebodoh dia. MoU ini sudah kita bekukan. Kalau kita selalu diam, dia akan terus mencari dana. Dia mengadakan ini, dapat dana, mengadakan itu, dapat dana lagi, terus gak berhenti-berhenti. Sudah dapat, bilang lagi,Hal min mazîd?”, tempatnya di neraka nanti. Dia terus-terusan jual NU. Apakah kita hanya diam?

Mungkin ada miskomunikasi di NU sendiri sehingga orang-orang Syiah menjadi orang-orang NU?

Miskomunikasi ini ada sejak dulu!. Di PBNU, banyak orang yang tidak cocok sama Said Agil. Bagaimana proses Said Agil kok bisa jadi ketua umum?. Banyak sekali dana-dana yang dikeluarkan oleh Syiah. Ini bukan rahasia lagi!. Di balik pemilihan ini memang ada dana yang mengalir. Tidak sedikit.

Lantas, apakah ada penanggulangan berlanjut terkait masalah ini?

Ada. Pengurus-pengurus di wilayah-wilayah telah membentengi, seperti di Jawa Timur. Di Jawa Timur, Syiah sudah dinilai sesat. Walaupun Said Agil bilang Syiah tidak sesat, gak dianggep. Umpama dia datang ke Jawa Timur, ya.. kita hormati, sebab dia Ketua Umum di organisasi, meskipun menyimpang dari keinginan Pendiri NU.

Nasehat Habib

Kalau kita berjuang demi agama, jangan takut!. Orang salah katakan salah. Kalau kita masih takut, kita gak bisa berjuang. Bila kita cinta Rasulullah, bela agama Rasulullah, tulis dan sebarkan hal-hal yang dapat menyenangkan Rasulullah, supaya besok di hari kiamat kita diakui umat beliau.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun