Halo, Digital Learners!
Di era digital saat ini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah berkembang sangat pesat bukan?Â
Jika kita lihat dari Generasi Muda khusunya Generasi Z saat ini, mereka tumbuh dalam lingkungan yang dikelilingi oleh teknologi digital, membuat mereka lebih akrab dengan perangkat dan platform digital. Tentunya, hal tersebut dapat mempengaruhi cara kita belajar dan mengakses informasi loh! Selain itu, hal tersebut juga bisa menciptakan peluang baru dalam dunia pendidikan terutama dalam pembelajaran IPS.
Nah, jika kita berbicara mengenai pembelajaran dalam lingkungan pendidikan, tentunya dibutuhkan sumber belajar yang menarik  para siswa untuk belajar bukan?
Sebelumnya, tahukah kalian apa itu sumber belajar? Menurut Association for Educational Communication and Technology (AECT), sumber belajar adalah segala sesuatu atau alat yang dapat digunakan oleh guru untuk membantu siswa belajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan keberhasilan tujuan pembelajaran. AECT membagi sumber belajar menjadi dua kategori, yaitu sumber belajar yang dirancang dan sumber belajar yang dimanfaatkan. Nah, salah satu sumber belajar yang dimanfaatkan tersebut adalah Museum. Â
Museum Konferensi Asia Afrika, atau Museum KAA, adalah salah satu museum bersejarah yang terletak di Gedung Merdeka di Jalan Asia-Afrika Nomor 65 Kota Bandung. Museum ini diresmikan pada 24 April 1980 oleh Presiden Soeharto sebagai bagian dari peringatan 25 tahun Konferensi Asia-Afrika.Â
Museum ini tidak hanya menampilkan informasi tulisan tentang sejarahnya, tetapi juga memiliki peninggalan-peninggalan sejarah yang menarik, yang tentunya dapat menunjang kegiatan pendidikan dan penelitian ilmiah di kalangan pelajar, mahasiswa, dosen, dan para pemuda Indonesia.
Museum KAA memiliki ruang pameran tetap yang menampilkan koleksi benda-benda tiga dimensi dan foto dokumenter mengenai peristiwa yang melatarbelakangi lahirnya Konferensi Asia Afrika. Di perpustakaan Museum KAA juga terdapat banyak buku tentang sejarah, sosial, politik, dan budaya negara-negara Asia Afrika, serta dokumen dan majalah tentang konferensi dan konferensi terkait lainnya. Museum KAA juga memiliki ruang audio visual di mana film-film dokumenter tentang kondisi dunia hingga tahun 1950-an, Konferensi Asia Afrika dan konferensi lanjutannya, dan film tentang kebudayaan dari negara-negara Asia dan Afrika ditayangkan. Koleksi di Museum KAA tentunya sangat relevan dengan materi pembelajaran IPS di sekolah, khususnya pada topik-topik terkait sejarah kemerdekaan dan hubungan internasional.
Museum KAA telah beradaptasi dengan era digital untuk meningkatkan pengalaman pengunjung. Misalnya, informasi tentang koleksi museum dapat diakses oleh pengunjung melalui media sosial dan website yang telah tersedia. Tentunya hal ini sangat relevan bagi generasi digital yang lebih terbiasa dengan teknologi dan mungkin tertarik untuk belajar lebih banyak tentang sejarah. Karena, museum dapat membantu siswa memahami konsep-konsep kompleks IPS dengan cara yang lebih kontekstual dan aplikatif.
Oleh karena itu, Museum Konferensi Asia-Afrika tidak hanya menyimpan sejarah tetapi juga berfungsi sebagai platform pendidikan yang inovatif dan inspiratif bagi generasi digital. Museum ini menawarkan siswa mengenai perspektif baru untuk memahami kompleksitas dunia modern melalui lensa sejarah dengan menggunakan media digital dan metode pembelajaran interaktif.