Di era globalisasi yang semakin berkembang, kemampuan bahasa asing menjadi salah satu kemampuan yang diinginkan banyak orang. Dengan memiliki kemampuan berbahasa asing, kita dapat membuka banyak peluang baru. Bahasa Jepang, menjadi salah satu bahasa yang  semakin diminati oleh pelajar dan profesional di seluruh dunia. Salah satu cara yang paling diakui untuk mengukur kemampuan bahasa Jepang adalah melalui Japanese Language Proficiency Test (JLPT). JLPT terdiri dari lima tingkat kesulitan, mulai dari N5 yang paling dasar hingga N1 yang paling tinggi dan telah menjadi standar internasional untuk menilai dan mengakui tingkat kemahiran bahasa Jepang non-penutur asli sejak tahun 1984. Meskipun demikian, JLPT tidak bisa menjadi tolok ukur kemampuan bahasa Jepang seseorang karena tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan berkomunikasi secara holistik dalam situasi nyata.
JLPT menguji kemampuan dalam beberapa aspek penting bahasa, seperti pemahaman mendengarkan, membaca, dan tata bahasa. Sayangnya, dalam JLPT itu sendiri tidak ada subtes untuk menguji keterampilan berbicara. Dalam sebuah penelitian oleh Hamabata (2019), delapan siswa internasional asal Tiongkok yang telah lulus JLPT N2 (setara dengan tingkat advanced) diuji kemampuan berbicara mereka menggunakan metode American Council on the Teaching of Foreign Languages - Oral Proficiency Interview (ACTFL-OPI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor kemampuan bicara mereka masih berada di bawah tingkat advanced. Padahal, keterampilan berbicara menjadi aspek yang penting dalam menyampaikan aspirasi maupun berkomunikasi secara efektif dengan penutur asli bahasa Jepang.
Selain subtes untuk menguji keterampilan membaca, JLPT juga tidak terdapat sub-tes keterampilan menulis. Pada kenyataannya, keterampilan menulis akan sangat berguna di dunia profesional, terutama dalam menulis email, laporan, dan dokumen bisnis lainnya. Menulis juga menjadi salah satu sarana untuk menyampaikan aspirasi dalam bentuk tulisan. Dalam menulis juga mempertimbangkan pembaca sehingga adanya komunikasi tidak langsung. Tanpa sub-tes yang menguji keterampilan menulis, JLPT tidak dapat menilai apakah seseorang memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara tertulis dalam berbagai situasi, baik profesional maupun pribadi. Akibatnya, seseorang mungkin mendapatkan nilai tinggi pada JLPT tetapi masih kesulitan dalam tugas-tugas menulis praktis yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Meskipun JLPT menguji pemahaman mendengar, tes ini tidak mencakup kemampuan mendengarkan aktif dalam percakapan dua arah, di mana seseorang harus merespons dan berinteraksi secara real-time. Menurut Zakirova (2022), Active Listening (AL) berperan dalam pemerolehan bahasa kedua khususnya dalam pemahaman dan pembuatan respons. Kemampuan mendengarkan aktif memungkinkan pembelajar bahasa untuk menangkap nuansa percakapan, memahami konteks dengan lebih baik, dan merespons dengan tepat, yang semuanya sangat penting dalam komunikasi sehari-hari dan interaksi profesional. Oleh karena itu, diperlukan pengujian dalam pemahaman mendengar secara aktif untuk memastikan bahwa peserta ujian tidak hanya memahami bahasa secara pasif, tetapi juga dapat menggunakannya secara efektif dalam situasi komunikasi nyata.
Meskipun Japanese Language Proficiency Test (JLPT) telah diakui secara internasional sebagai alat ukur standar kemahiran bahasa Jepang, tes ini memiliki keterbatasan signifikan dalam mengevaluasi kemampuan berkomunikasi secara holistik. JLPT tidak menguji keterampilan berbicara dan menulis, yang sangat penting dalam komunikasi efektif di dunia nyata, baik dalam konteks profesional maupun pribadi. Selain itu, tes ini juga tidak mencakup kemampuan mendengarkan aktif, yang esensial untuk interaksi dua arah yang dinamis dan responsif. Oleh karena itu, meskipun skor tinggi pada JLPT menunjukkan penguasaan aspek tertentu dari bahasa Jepang, hal ini tidak menjamin kemampuan untuk berkomunikasi secara komprehensif dan praktis. Sebagai pemelajar bahasa Jepang, diperlukan adanya latihan percakapan dan menulis secara rutin untuk meningkatkan kemahiran berbahasa secara menyeluruh.
Referensi
- Hamabata S. (2019). Chugokujin Ryugakusei no Nihongoryoku no Jittai to Mondaiten: Monogatari no Jujutsu ni Chakumoku shite [Realitas dan masalah dalam kemampuan berbahasa Jepang para siswa internasional dari Tiongkok: Berfokus pada storytelling]. Kogakkan Daigaku Kiyo, 57, 174--157.
- JLPT Indonesia - Japanese Language Proficiency Test in Indonesia. Retrieved June 8, 2024, from https://jlptonline.or.id/
- K, Z. N. (2021). THE IMPORTANCE OF ACTIVE LISTENING IN COMMUNICATION AND SECOND LANGUAGE ACQUISITION. STEPS TO IMPROVE ACTIVE LISTENING SKILLS TO REACH EFFECTIVE AND SUCCESSFUL INTERPERSONAL INTERACTIONS. Ekonomika i Sotsium, 81(2), 436. https://cyberleninka.ru/article/n/the-importance-of-active-listening-in-communication-and-second-language-acquisition-steps-to-improve-active-listening-skills-to
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H