Mohon tunggu...
Tyzsa Zahrah Jacindana
Tyzsa Zahrah Jacindana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Indonesia

Saya adalah seorang individu yang penuh semangat dengan hobi dan minat yang beragam. Saya sangat menikmati membaca karya-karya kontemporer dengan genre misteri khususnya karya-karya budaya populer Jepang.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Japanese Language Proficiency Test (JLPT): Mengukur Kemahiran atau Sekedar Pemahaman?

8 Juni 2024   19:19 Diperbarui: 8 Juni 2024   19:45 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Web resmi JLPT

Di era globalisasi yang semakin berkembang, kemampuan bahasa asing menjadi salah satu kemampuan yang diinginkan banyak orang. Dengan memiliki kemampuan berbahasa asing, kita dapat membuka banyak peluang baru. Bahasa Jepang, menjadi salah satu bahasa yang  semakin diminati oleh pelajar dan profesional di seluruh dunia. Salah satu cara yang paling diakui untuk mengukur kemampuan bahasa Jepang adalah melalui Japanese Language Proficiency Test (JLPT). JLPT terdiri dari lima tingkat kesulitan, mulai dari N5 yang paling dasar hingga N1 yang paling tinggi dan telah menjadi standar internasional untuk menilai dan mengakui tingkat kemahiran bahasa Jepang non-penutur asli sejak tahun 1984. Meskipun demikian, JLPT tidak bisa menjadi tolok ukur kemampuan bahasa Jepang seseorang karena tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan berkomunikasi secara holistik dalam situasi nyata.

JLPT menguji kemampuan dalam beberapa aspek penting bahasa, seperti pemahaman mendengarkan, membaca, dan tata bahasa. Sayangnya, dalam JLPT itu sendiri tidak ada subtes untuk menguji keterampilan berbicara. Dalam sebuah penelitian oleh Hamabata (2019), delapan siswa internasional asal Tiongkok yang telah lulus JLPT N2 (setara dengan tingkat advanced) diuji kemampuan berbicara mereka menggunakan metode American Council on the Teaching of Foreign Languages - Oral Proficiency Interview (ACTFL-OPI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor kemampuan bicara mereka masih berada di bawah tingkat advanced. Padahal, keterampilan berbicara menjadi aspek yang penting dalam menyampaikan aspirasi maupun berkomunikasi secara efektif dengan penutur asli bahasa Jepang.

Selain subtes untuk menguji keterampilan membaca, JLPT juga tidak terdapat sub-tes keterampilan menulis. Pada kenyataannya, keterampilan menulis akan sangat berguna di dunia profesional, terutama dalam menulis email, laporan, dan dokumen bisnis lainnya. Menulis juga menjadi salah satu sarana untuk menyampaikan aspirasi dalam bentuk tulisan. Dalam menulis juga mempertimbangkan pembaca sehingga adanya komunikasi tidak langsung. Tanpa sub-tes yang menguji keterampilan menulis, JLPT tidak dapat menilai apakah seseorang memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara tertulis dalam berbagai situasi, baik profesional maupun pribadi. Akibatnya, seseorang mungkin mendapatkan nilai tinggi pada JLPT tetapi masih kesulitan dalam tugas-tugas menulis praktis yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Meskipun JLPT menguji pemahaman mendengar, tes ini tidak mencakup kemampuan mendengarkan aktif dalam percakapan dua arah, di mana seseorang harus merespons dan berinteraksi secara real-time. Menurut Zakirova (2022), Active Listening (AL) berperan dalam pemerolehan bahasa kedua khususnya dalam pemahaman dan pembuatan respons. Kemampuan mendengarkan aktif memungkinkan pembelajar bahasa untuk menangkap nuansa percakapan, memahami konteks dengan lebih baik, dan merespons dengan tepat, yang semuanya sangat penting dalam komunikasi sehari-hari dan interaksi profesional. Oleh karena itu, diperlukan pengujian dalam pemahaman mendengar secara aktif untuk memastikan bahwa peserta ujian tidak hanya memahami bahasa secara pasif, tetapi juga dapat menggunakannya secara efektif dalam situasi komunikasi nyata.

Meskipun Japanese Language Proficiency Test (JLPT) telah diakui secara internasional sebagai alat ukur standar kemahiran bahasa Jepang, tes ini memiliki keterbatasan signifikan dalam mengevaluasi kemampuan berkomunikasi secara holistik. JLPT tidak menguji keterampilan berbicara dan menulis, yang sangat penting dalam komunikasi efektif di dunia nyata, baik dalam konteks profesional maupun pribadi. Selain itu, tes ini juga tidak mencakup kemampuan mendengarkan aktif, yang esensial untuk interaksi dua arah yang dinamis dan responsif. Oleh karena itu, meskipun skor tinggi pada JLPT menunjukkan penguasaan aspek tertentu dari bahasa Jepang, hal ini tidak menjamin kemampuan untuk berkomunikasi secara komprehensif dan praktis. Sebagai pemelajar bahasa Jepang, diperlukan adanya latihan percakapan dan menulis secara rutin untuk meningkatkan kemahiran berbahasa secara menyeluruh.

Referensi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun