Mohon tunggu...
Tytiek Widyantari
Tytiek Widyantari Mohon Tunggu... Human Resources - Pengagum dan penikmat kehidupan

Mengamati, mencerna, menikmati... lalu tiduuuuur...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bukan Kehendak Tuhan

6 Januari 2012   18:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:14 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13258757631558553824

[caption id="attachment_153871" align="alignleft" width="150" caption="AnugerahNya (photo koleksi pribadi)"][/caption] Waktunya kira-kira seminggu setelah liburan tahun baru.  Sinta menelepon Sisil, mantan istri Rama, adik lelaki satu-satunya.

“Halo, Sil... apa kabar?”

“Baik, Mbak.  Tumben.  Belum terlambat sekali untuk saya ucapkan selamat Natal dan tahun baru, kan?”

“Hehehe, iya ya... sampai lupa, selamat Natal dan tahun baru juga, Sil.”

Setelah menempuh sembilan tahun usia perkawinan mereka, Rama resmi berpisah dengan Sisil secara aturan negara melalui keputusan pengadilan negeri, tetapi tidak secara gereja katolik.  Dalam gereja katolik tidak dikenal perceraian, yang ada adalah pembatalan perkawinan.  Itu pun harus melalui proses yang sulit, memakan waktu lama dan belum tentu berhasil dikabulkan.

“Begini lho, Sil... saya mau menawarkan investasi melalui XYZ, ya hitung-hitung menabung untuk hari tua.  Nanti saya fax-kan ilustrasinya ya, murah kok, cuma (menyebutkan sejumlah angka).”

“Murah bagaimana tho, Mbak?  Segitu itu buat Mbak murah, buat saya kan susah...”

“Halaaah, wong bisa jalan-jalan keluar negeri kok cuma segitu saja nggak bisa, sih.  Gini deh, saya kirim saja dulu ya, dipikir-pikir, nanti minggu depan saya hubungi lagi.”

“Mbak, sa...”

“Sudahlah, Sil... program ini bagus sekali, sayang kalau nggak ikut.  Pokoknya saya kirim dulu ya.”

Dua minggu kemudian.

“Halo, Sil... bagaimana? Sudah dipertimbangkan yang saya kirimkan waktu itu?”

“Maaf, Mbak... saya belum tanya Mas Rama, nih!” Jawab Sisil sambil tertawa yang maksudnya bercanda menggoda Sinta.Manalah mungkin Sisil mengganggu Rama dengan persoalan remeh-temeh setelah setahun perpisahan mereka.

“Wah, kalau ini jadi jalan untuk bersatu kembali saya bikin selametan deh.”

“Lho, jadi selama ini nggak diselametin ya, Mbak?”

“Bukan gitu, Sil... perpisahan itu kan bukan kehendak Tuhan.”

Bagaimana Mbak tahu kalau itu kehendak Tuhan atau bukan?”

“Pokoknya...”

“Mbak, rasanya kita tidak perlu membicarakan hal itu ya. Mbak kan tahu sendiri permasalahannya bagaimana, juga bukan kehendak saya un...”

Pluuuuk! tut... tut... tut... begitu saja Sinta memutuskan pembicaraan.

Seminggu kemudian.

Sisil menceritakan kejadian itu kepada pastor tua pembimbing rohani yang mengerti betul bagaimana persoalannya, pemberi semangat yang mendukung Sisil pada masa-masa sulit sebelumnya.  Dengan senyum simpatik kebapakan, sang pastor berujar, “Harusnya kamu jawab saja, bukan kehendak Tuhan juga saya membeli asuransi yang Mbak tawarkan...”

Mungkin adakalanya memang perlu sok tahulah, apa sih yang menjadi kehendakNya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun