Dalam kesempatan ini, saya menawarkan sebuah pemikiran yang memusatkan perhatian pada keseimbangan. Keseimbangan menurut masyarakat Cina telah mewarnai peradaban dunia hingga saat ini dan diterapkan dalam berbagai aspek klehidupan. Dalam dunia medis dan kedokteran, Cina menggabungkan akupuntur dalam praktek kesehatan yang serba rasional. Feng Shui atau Hong shui telah memberi warna bagi perkembangan dunia arsitektur. Pendidikan keluarga dan tata cara berniaga membawa Cina sebagai salah satu penggerak dalan kehidupan berbisnis. Dan lain sebagainya. Pemikiran Cina Pemikiran Cina adalah pemikiran yang berkembang dan menjadi salah satu wajah peradaban Cina. Ia menjadi cara pandang masyarakat Cina mengenai realita, dirinya, alam dunia dan bagaimana mereka memahami kekuasaaan yang acapkali disebut dengan Thien. Ia bukan mendasarkan diri pada khazanah rasionalitas semata. Ia tidak memberikan sesuatu kepada cara berpikir logis dan mengembangkan sebuah bahasa yang sangat berbeda dari yang berkembang secara perlahan di Barat. Lewat karakternya yang relasional, pemikiran Cina menggabungkan beberapa hal, baik yang masuk akal maupun tidak masuk akal dalam wilayah keutuhan (whole) yang dinamis. Karakter lain dari pemikiran Cina adalah sifatnya yang halus nan rumit, yang membangkitkan dugaan yang amat salah ketika ia sekedar dinilai gaib, tidak dapat dimengerti dalam pemikiran yang serba logis dan rasional. Mitos Mitos telah menyituasikan keadaan manusia yang berhadapan dengan daya-daya atau kekuatan alam semesta. Kekuatan alam semesta demikian dahsyat dan mencengkeram manusia dalam ketakjuban. Manusia Cina menempatkan dirinya sebagai bagian kecil dari tata semesta. Ia percaya akan takdir dan kodrat, sebagai bagian dari alam dan terkendali oleh daya di luar dirinya. Mitos di Cina salah satunya adalah Tao (Dao). Bangsa Cina meyakini adanya realitas dasar yang menjadi dasar dan menyatukan begitu banyak benda dan peristiwa. Tao di terjemahkan sebagai jalan setapak (semoga saya tidak salah menerjemahkan). Ia mendasari kebudayaan Cina hingga saat ini, baik Confusianisme, Taoisme, Buddhisme Zen. Tao adalah cara atau proses alam semesta, tatanan alam. Dalam masa berikutnya, para pengikut Confucius membubuhinya dengan tafsir yang berbeda. Mereka mengekspresikan Tao dari manusia dan memahaminya sebagai cara hidup yang benar dalam pengertian moral. Tao Tao adalah jalan. Untuk lebih jelasnya, kita perlu kembali pada huruf Cina yang terdiri dari tiga simbol yang berarti manusia atau pemimpin, jalan, kaki manusia atau pengikut. Artinya seorang pemimpin dan pengikutnya yang sama-sama menempuh jalan. Demi kebahagiaan rohaninya, seorang manusia harus setia mengikuti jalan dan Tao tidak hanya diterapkan oleh seorang manusia melainkan dalam keseluruhan negara. Tao merupakan proses kosmis yang didalamnya semua hal tercakup; dunia dianggap sebuah aliran dan perubahan yang berkesinambungan. Aliran dan perubahan merupakan gambaran-gambaran esensial alam, namun juga terdapat pola-pola yang konstan untuk diamati oleh manusia.
- Sebagai tata cara dalam mengekspresikan harmoni.
- Sebagai tata cara kehidupan manusia yang sesuai dengan alam (kodratnya). Manusia merefleksikan dirinya sebagai bagian dari alam semesta. Ia mengikuti aturan main yang diterapkan oleh alam sebagai daya yang menguasai manusia. Manusia Cina tidak mengenal kebebasan individual karena seluruh hidupnya (kodrat) dipengaruhi oleh alam. Alam mempunyai kontrol yang sedemikian dahsyat bagi kehidupan manusia.
- Sebagai tata cara yang diikuti manusia karena keputusannya. Walaupun Tao ada di dalam manusia tetapi manusia tetap harus mencari Tao, mengejarnya dan bertanggung jawab atasnya. Kodrat manusia ditampilkan bukan menempatkan manusia sebagai objek pasif. Ia perlu mengkaji dan melihat kekedalaman dirinya. Ketika manusia mampu berorientasi pada kedalamannya maka ia mencapai dirinya yang sejati.
Manusia melakukan tindakan evaluatif. Di satu sisi menerima kodrat kemanusiaannya yang serba terbatas. Di sisi lain, ia menyelami diri agar menemukan Tao. Semakin ia mendekati Tao, semakin manusia mencapai kesejatian dirinya. Informasi TambahanThien adalah sering diartikan sebagai substansi yang tertinggi, Tuhan, surga.Sebagai substansi tertinggi, Thien dijadikan prinsip yang mengandung sumber kehidupan, berdaya hidup dan mengatasi ruang dan waktu. Selain bersinggungan dengan power dan sifatnya yang universal, Thien sering diterjemahkan dengan kata; Langit, Kaisar, Takdir, Alam semesta, dan prinsip etik atau keteraturan moral.Thien dapat dipahami dalam beberapa gagasan, yaitu:a.Surga dalam arti material atau fisik dan disebut dengan “Langit”. Surga berpasangan dengan bumi dan keduanya ada untuk saling melengkapi. Pemahaman model mengarah pada pengertian “Alam semesta”, atau “jagad raya” ini sering diungkapkan dengan frasa khusus: Surga dan bumi, atau (T’ien Ti).b.Surga yang hirarkis, mengatur dan memimpin. Surga dikaitkan dengan wujud manusia, yaitu “Kaisar Tertinggi Surga yang mulia” (Huang T’ien Shang Ti). Kaisar dipuja sebagai pemimpin dan pengatur semesta. Dalam hal ini, Kaisar ini dianggap berwujud manusia, atau anthropomorfis. Kekuasaan Surga dan daya-dayanya dipegang oleh kaisar di dunia. Maka kaisar disebut sebagai putera Langit karena dipercaya memegang amanat Surga.c.Surga yang fatalistik. Surga adalah pusat yang mengatur kodrat. Hal ini berpengaruh pada manusia. Manusia tidak dapat mengontrol dirinya secara bebas. Manusia mempunyai takdir (fate). Ia hanyalah agen semesta dan manusia dalam hidupnya harus menyesuaikan diri dengan kehendak Surga. Mencius mengatakan bahwa “Pencapaian perilaku yang luhur, itulah Surga (Takdir)”.d.Surga yang natural. Surga sejajar dengan alam semesta.e.Surga yang etik. Pemahaman ini mengacu pada prinsip-prinsip moral ideal, dan prinsip semesta yang pertama, yang menata alam semesta ini. Moral Surga adalah kebaikan maka segala ciptaan dan mahluk yang terkandung juga mengandung kebaikan. Harmoni dipahami sebagai yang satu-terpadu, produksi dari segala sesuatu. Di dalam harmoni terkandung nuansa serasi, seimbang, terpadu, sekaligus pula menunjukkan aspek pembedaan dan perbedaan yang kental di antara anasir-anasir yang membentuk harmoni. Harmoni adalah kebaruan. Ia tetap mengandung perbedaan yang terkombinasi dan disebut kesatuan kualitatif. Ini terjadi karena “Yin” mengafirmasi “Yang” dan sebaliknya. Kemampuan menangkap harmoni dalam relasi paradoks antara berbagai unsur dalam segala sesuatu merupakan kebijaksanaan yang diharapkan diwujudkan oleh seseorang. Sumber ReferensiFritjof Capra, 2005, The Tao of physics, Menyingkap Kesejajaran Fisika Modern dan Mistisisme Timur, Bandung: Jalasutra, hlm. 116
C.A.S Williams, 2006, Chinese Symbolism and Art Motifs, A comprehensive handbook on Symbolism in Chinese Art through the Ages, 4th revised edition, Tokyo: Tuttle Publishing.
Bagus Takwin, 2001, Filsafat Timur Sebuah Pengantar ke Pemikiran-Pemikiran Timur, Yogyakarta: Jalasutra, hlm. 52
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H