Mohon tunggu...
Hanantyo Wahyu Saputro
Hanantyo Wahyu Saputro Mohon Tunggu... Guru - Rakyat Biasa

Guru di SMK Bina Taruna Masaran Sragen

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Ayah-Anak yang Beda Nasib

6 Juni 2020   22:47 Diperbarui: 6 Juni 2020   22:40 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Randy dan Ryan Couture (Sumber Gambar: mmamania.com)

Menjadi anak dari seorang olahrgawan terkenal merupakan sebuah kebanggan tersendiri, dimana memiliki ayah yang superstar, dan dipuja oleh banyak penggemarnya, dan tentu saja kebahagiaan yang utama adalah hidup yang bergelimang harta. 

Namun dengan berjalannya waktu, banyak dari anak-anak tersebut yang kemudian mengikuti jejak ayahnya di bidang olahraga yang sama, Ada yang sesukses ayahnya, seperti Paolo maldini yang mengikuti jejak sang ayah Cesare Maldini, dan juga pebasket Bill dan Luke Walton. 

Ada juga yang melampaui raihan sang ayah, yaitu Valentino Rossi yang jauh lebih hebat daripada sang ayah, yaitu Graziano Rossi. 

Namun ada juga anak yag raihannya di bawah sang ayah, entah karena memang "memaksakan" bakat atau mungkin "terlalu berat" membawa nama besar sang ayah, membuat prestasi mereka tidak dapat sehebat sang ayah, bahkan ada beberapa yang mendekati prestasi sang ayah pun tidak. Adapun deretan ayah dan anak yang beda nasib ketika menjadi olahragawan adalah sebagai berikut:

1. Randy dan Ryan Couture

Randy Couture adalah seorang anggota militer Amerika Serikat berpangkat Sersan di divisi 101st Airborne. Menggeluti dunia gulat sejak 1990-an, dan mulai berkecimpung di Mixed Martial Art (MMA) pada tahun 1997, ketika usianya menjelang 34 tahun. 

Pernah meraih gelar di 2 kelas berbeda di even Ultimate Fighting Championship (UFC), dan memiliki rekor bertanding di MMA adalah 19 menang dan 11 kali kalah. Pensiun saat usianya menjelang 48 tahun pada tahun 2011 setelah dikalahkan oleh Karateka asal Brasil, Lyoto Machida melalui Crane Kick. 

Anak dari Randy adalah Ryan Couture, sama-sama menggeluti MMA, namun gemerlap prestasi sang ayah membuat beban tersndiri baginya. 

Alih-alih mampu menjadi juara di UFC, Ryan bahkan hanya sempat bertanding 2 kali di UFC yang berakhir dengan 2 kekalahan diantaranya adalah kekalahan TKO dari Ross Pearson, dan kekalahan angka dari Al Iaquinta. 

Kebanyakan karir MMA nya adalah di ajang "kelas dua" seperti Bellator dan Strikeforce. Rekor Ryan pun "hanya" 12 menang dan 6 kalah, bahkan hanya 1 kali menang KO/TKO, sedangkan 3 dari 6 kekalahannya adalah melalui KO/TKO.  

2. Johan - Jordi Cruyff

Jordi dan Johan Cruyff (Sumber Gambar: maccabi-tlv.co.il)
Jordi dan Johan Cruyff (Sumber Gambar: maccabi-tlv.co.il)

Johan Cruyff adalah penyerang asal Belanda yang aktif bermain bola selama periode 1964-1984 , mencetak 435 gol dari 750 pertandingan di semua ajang, dengan diantaranya adalah 33 gol dari 45 caps bersama Tim Nasional Belanda. 

Pernah memperkuat raksasa Belanda, Ajax Amsterdam dan raksasa Spanyol FC Barcelona, dan pernah meraih Piala Eropa antar klub, atau sekarang disebut dengan Liga Champions Eropa 3 kali bersama Ajax Amsterdam secara beruntun pada musim 1970-1971, 1971-1972, dn 1972-1973, prestasi yang menular pada raksasa Jerman, Bayern Muenchen pada periode 1974-1976. 

Prestasi Johan bersama Tim nasional Belanda cukup mentereng, meskipun belum pernah memberikan medali emas, namun Johan ikut memperkuat Belanda ketika menjadi Runner Up Piala Dunia 1974 di Jerman Barat, dan dikalahkan oleh tuan rumah dengan skor 1-2 meskipun sempat unggul dulu lewat gol Johan Neeskens. 

Johan pensiun di Feyenord Rotterdam pada 1984, setelah bernostalgia bersama klub masa kecilnya, Ajax Amsterdam. Johan meninggal pada tahun 2016 pada usia 68 tahun, dan setelah pensiun dari pemain pernah melatih mantan klub-klubnya, diantaranya adalah AjaxAmsterdam dan FC BArcelona.

Jordi Cruyff adalah Putra dari Johan, dan memulai karirnya bersama Akademi FC Barcelona, La Masia, dan promosi ke tim senior pada tahun 1994 dan sempat bermain bersama tim senior Barcelona hingga tahun 1996, dan mencetak 11 gol dari 54 pertandingan di semua ajang. 

Pindah ke Liga Inggris bersama Manchester United pada periode 1996-2000, dan sempat dipinjamkan ke La Liga bersama Celta Vigo  pada tahun medio musim 1998-1999. 

Selama memperkuat Manchester United, prestasi Jordi hampir tidak tampak, dimana selama kurang lebih tiga setengah  musim bermain di Inggris, dia hanya mencetak 8 gol dari 58 pertandingan. Selepas dari Manchester United, karir Jordi semakin meredup, dan kemudian bermain di klub-klub "semenjana" di La Liga, Liga Ukraina, dan bahkan mengakhiri karir sepakbolanya di Liga Malta bersama Valletta. 

Karirnya bersama Tim Nasional Belanda hanyalah mencetak 1 gol dari 9 caps. Sungguh anak dan ayah yang beda nasib.

3. Pele dan Edinho

Edinho dan Pele (Sumber Gambar: newsbite.it)
Edinho dan Pele (Sumber Gambar: newsbite.it)

Siapa yang tidak kenal dengan Pele, pemain yang disebut-sebut sebagai pemain sepakbola terbaik dunia  sepanjang masa asal Brasil, meraih 3 gelar Piala Dunia pada tahun 1958, 1962, dan 1970, dan bahkan meraih gelar Piala Dunia pertamanya pada saat berusia 17 tahun di Piala Dunia 1958 dan bukan hanya itu saja, Pele mencetak 6 gol pada even tersebut. 

Bersama Santos, Pele meraih 25 tropi di ajang baik nasional, kontinental, maupun internasional. Torehan gol Pele bersama Tim Nasional Brasil adalah 77 gol dari 92 caps. 

Prestasinya sangat sulit untuk disamai oleh pemain saat ini, dimana dapat kita lihat, saat ini persaingan klub maupun tim nasional sangat ketat.

Sang anak, yaitu Edson Cholbi Nascimento atau dipanggil dengan nama Edinho juga menjadi pemain sepabola, namun berbeda dengan sang ayah yang merupakan seorang striker, Edinho memilih untuk menjadi seorang penjaga gawang. 

Karirnya dibanding sang ayah berbanding terbalik, dimana selama aktif bermain selama kurang lebih 9 tahun dari tahun 1990-1999, dia hanya bermain sebanyak 200 kali di level domestik, dan tidak pernah sekalipun memperkuat Tim Nasional Brasil. 

Bahkan pada tahun 2014 dia terlibat dalam kasus kriminal, yaitu pencucian uang dan perdagangan narkotika, dan dijatuhi hukuman 33 tahun penjara. Memiliki seorang pemain bola hebat mungkin menjadi beban yang sangat berat bagi Edinho, dan malah harus tersandung kasus yang teramat berat.

4. Michael dan Marcus Jordan

Michael dan Marcus Jordan (Sumber Gambar: talentrecap.com)
Michael dan Marcus Jordan (Sumber Gambar: talentrecap.com)

Michael Jordan adalah ikon NBA di tahun 1990-an, bersama dengan Chicago Bulls, dia mempersembahkan 6 gelar NBA, dan bersama Tim Nasional Basket Amerika Serikat, dia ikut mempersembahkan 2 medali emas, yaitu di Olimpiade Los Angeles 1984, dan Olimpiade 1992 Barcelona. 

Terkenal dengan nomor 23 di Chicago Bulls, dan seakan menjadi jaminan mutu bagi Chicago Bulls, setidaknya dibuktikan dengan pensiunnya Michael Jordan pada tahun 1998 berakibat merosotnya prestasi Chicago Bulls. 

Sempat kembali lagi di NBA bersama Washington Wizards, namun prestasinya tidak semoncer ketika di Chicago, namun dapat dimaklumi, karena saat itu usianya sudah 38 tahun.

Marcus jordan adalah putra dari Michael Jordan yang lahir pada tahun 1988. Prestasi dia di bidang olahraga bola keranjang jauh dari sang ayah, dimana dia hanya bermain di klub-klub kampus, dan pensiun dini pada usia skitar 24 tahun karena alasan pribadi. 

Marcus disebut-sebut lebih mengutamakan studinya daripada meneruskan karirnya di bola basket, dan itulah pilihan hidupnya. Selain itu Marcus tercatat beberapa kali berurusan dengan hukum, diantaranya adalah ketika dia membuat keributan di luar sebuah hotel. Pencapaian yang bahkan mendekati sang ayah pun tidak.

Demikian adalah ayah dan anak yang beda nasib ketika menjalani karir sebagai atlet, entah karena memang bakat yang kurang "menurun" dari sang ayah, atau mungkin juga karena persaingan yang semakin ketat, dan bisa juga karena terbebani oleh pencapaian sang ayah. 

Namun apapun hasilnya, itulah perjalanan hidup mereka masing-masing. Semoga artikel ini bermanfaat, jangan lupa untuk jaga kesehatan, patuhi peraturan Pemerintah di masa kenormalan baru, dan salam olahraga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun