Bicara tentang musik cadas, bayangan kita pasti akan tertuju pada Band asal Brasil, yang digawangi Cavalera bersaudara, Sepultura, maupun band asal Amerika Serikat Metallica, ataupun Panthera dengan lagu-lagu mereka mereka yang populer. Namun sebenarnya Indonesia sendiri pernah memiliki banyak band cadas, mulai dari tahun 1990-an hingga awal 2000-an, bahkan pada masa yang saya anggap sebagai "masa emas" permusikan Indonesia, ada album yang akan selalu menjadi sejarah dalam permusikan "batu" di Indonesia, yaitu Album "Metalik Klinik" yang terdapat 9 album, mulai dari 1997 hingga 2007, yang bahkan kaset pita saya sudah hilang semua, karena dipinjam teman-teman yang menganggap musik cadas sebagai suatu "prestise", sehingga hanya pinjam untuk dipamerkan, dan dihilangkan, hehehehe.
Mungkin generasi sekarang lebih sering mendengarkan suara penyanyi jebolan ajang audisi di televisi swasta, atau mungkin band yang juga dari jebolan ajang audisi,atau bahkan artis yang kursus menyanyi dan kemudian membuat single, dan mungkin juga artis yang "memaksakan" diri untuk mebuat lagu dan menyanyikannya sendiri.Â
Tapi bagi saya band-band cadas ini mempunyai tempat tersendiri, bukan hanya di hati saya, namun di belantika musik Indonesia, bagaimana mereka berani mengambil aliran anti mainstream, tetap bermusik meskipun memiliki profesi lain. Mereka tetap bermusik dengan hatinya, tidak mempedulikan hasil Rupiah yang mereka hasilkan dari bermusik, tapi bermusik dengan harapan memberikan oksigen dalam darah musik Indonesia, sehingga aliran permusikan akan berjalan dengan sehat.
Ketika musik benar-benar ada dalam jiwa, ada dalam hati, ada dalam naluri, musik yang dimainkan benar-benar menggambarkan apa dan siapa diri mereka, tidak peduli irama yang mereka mainkan dapat diterima khalayak umum atau tidak. Tapi itulah seni, itulah jiwa, itulah oksigen dalam darah. Musisi sejati ada dalam diri mereka, bagaimana tidak mengharapkan apa yang akan diberikan kepada mereka, namun kontribusi apa yang dapat mereka berikan kepada musik. Sepertinya saya terlalu bersemangat ini, hehehehehe.
Metalik Klinik 1 sampai 9 berisikan 113 lagu, dengan beberapa band yang cukup dikenal di penikmat "umum" musik diantaranya adalah Sucker Head dan Purgatory. Namun anda bisa mencoba menikmati lagu-lagu dari band macam Wafat, Gibraltar, Tengkorak, dan band-band lain di album Metalik Klinik, dijamin berisik dan memacu adrenalin.
Album Metalik Klinik ini adalah album yang nyaris terlupakan, dan bahkan banyak generasi berusia awal 20-an yang tidak mengenal apa itu Metalik Klinik, yang merupakan kumpulan karya-karya besar, dan bukan merupakan fenomena, yang muncul di televisi, terkenal mendadak, dan hilang tanpa bekas.
Bagi saya generasi penikmat musik cadas yang belum mengenal album Metalik Klinik perlu untuk menjadikan album-album ini salah satu koleksi mereka. Pekikan vokal, sayatan gitar, betotan bass, gebukan drum, kadang alunan keyboard, dan juga alunan orkestra yang "ngeri-ngeri sedap" akan selalu tersaji dalam lagu-lagu di dalam album Metalik Klinik 1 sampai 9. Tapi ingat, jangan beli bajakan ya, kalau beli bajakan itu namanya mematikan eksistensi para musisi, hanya melestarikan karyanya, namun mematikan kreatornya.
Demikian tulisan saya tentang album Metalik Klinik, apabila penasaran bisa hunting albumnya, yang jelas bagi penikmat musik cadas dijamin gak akan kecewa, karena musik cadas berisik di depan nikmat di belakang, seperti naik Roller Coaster, hehehehe. Ingat, grup cadas lokal kita juga memiliki kualitas yang gak kalah hebat dari band mancanegara. Namun bagi yang kurang suka, mohon maaf dengan ulasan saya, hehehehe, salah satu pesan dari tulisan saya ini adalah bahwa kita pernah memiliki masa emas permusikan, dimana banyak band dengan berbagai aliran pernah mewarnai permusikan nasional, tidak seperti sekarang yang menurut saya, dimana banyak yang lebih suka musik impor, yang notabene belum tentu lebih baik daripada musik buatan anak negeri.
Mari kita cintai produk dalam negeri, jangan lupa untuk tetap jaga kesehatan, ikuti aturan Pemerintah di tengah pandemi COVID-19, dan salam sukses.
NB: Mohon koreksi apabila ada kesalahan dalam penyampaian info dan pengetikan, terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H