Mohon tunggu...
Hanantyo Wahyu Saputro
Hanantyo Wahyu Saputro Mohon Tunggu... Guru - Rakyat Biasa

Guru di SMK Bina Taruna Masaran Sragen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Selamat Hari Pendidikan Nasional

2 Mei 2020   19:31 Diperbarui: 2 Mei 2020   19:29 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: isasa.org

Tanggal 02 Mei diperingati sebagai hari pendidikan Nasional, diambilkan dari tanggal lahir Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau pouler dengan sebutan  Ki Hajar Dewantoro yang lahir di Pakualaman pada tanggal 02 Mei 1889, yang merupakan pendiri Perguruan Taman Siswa.Dikukuhkan sebagai pahlawan nasional oleh Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno, pada 28 Nopember 1959. Kebetulan juga tanggal 02 Mei 2020 ini bertepatan dengan pengumuman kelulusan bagi siswa Kelas XII, sehingga terasa sangat istimewa untuk momen Hari Pendidikan Nasional kali ini, meskipun di tengah pandemi COVID-19.

Pendidikan di Indonesia sendiri telah mengalami setidaknya 10 kali perubahan kurikulum, yang diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Kurikulum tahun 1947/ Rentjana Pelajaran 1947

Merupakan kurikulum pertama sejak Indonesia merdeka. Rentjana Pelajaran 1947, dan baru dilaksanakan pada 1950 dengan materi yang diajarkan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain di dunia.

2. Kurikulum 1952/ Rentjana Pelajaran Terurai

Rentjana Pelajaran Terurai 1952 sudah mulai mengarah pada suatu sistem pendidikan Indonesia. Seorang guru sudah mulai mengajar satu mata pelajaran.

3. Kurikulum 1964/ Rentjana Pendidikan 1964

Rentjana Pendidikan 1964 mengharapkan agar peserta didik mendapatkan pengetahuan akademik mulai dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar, dengan dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistik, keterampilan, dan jasmani.

4. Kurikulum 1968

Kurikulum pertama pada orde baru ini memiliki visi untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Kurikulum ini mengaitkan dengan permasalahan nyata dalam kegiatan sehari-hari.

5. Kurikulum 1975

Pada kurikulum ini, tepatnya ketika Menteri Pendidikan dijabat oleh Daoed Joesoef (yang menjabat selama periode 1978-1983), terjadi perubahan kalender akademik, yang sebelumnya Januari -- Desember berubah menjadi Juli -- Juli( yang berlaku hingga saat ini). Sehingga bagi peserta didik pada saat itu, tepatnya tahun 1978-1979 mengalami tahun akademik yang biasanya 12 bulan menjadi 18 bulan, alhasil bagi yang berada di tingkat akhir harus menunda kelulusan hingga 6 bulan lamanya.

6. Kurikulum 1984

Memiliki sebutan lain  "Kurikulum 1975 disempurnakan". Peserta didik adalah subjek belajar, mulai dari mengamati, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), dan merupakan cikal bakal dari Kurikulum 2013.

7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999

Pada kurikulum ini dimasukkan mata pelajaran yang bersifat indigenous, diantaranya muatan nasional sampai muatan lokal, seperti bahasa daerah, keterampilan, kesenian (waktu saya dulu Seni Tari), dan lain-lain.

Pada kurikulum ini juga terjadi banyak perubahan nama diantaranya pada tahun akademik 1994/1995 Sekolah Menengah Pertama (SMP) menjadi Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi Sekolah Menengah Umum (SMU), kebetulan saya alumni SLTP tahun 1999 dan SMU tahun 2002, jadi saya mengalami secara langsung. Pada tahun 1997 juga terjadi perubahan nama, yaitu Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA), Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA), Sekolah Menengah Keterampilan Keluarga (SMKK), Sekolah Teknologi Menengah (STM), dan lain sebagainya di-"merger" menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan efek dari hal tersebut adalah banyakya SMU terutama SMU swasta "berevolusi" menjadi SMK.

8. Kurikulum 2004/ Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Kurikulum Berbasis Kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu pemilihan kompetensi sesuai, spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi, dan pengembangan pembelajaran. Kurikulum ini hanya bertahan selama kurang lebih 2 tahun, untuk digantikan dengan Kurikulum Tiap Satuan Pendidikan (KTSP), perubahan kurikulum ini saya rasakan ketika saya praktek mengajar di salah satu SMK (dulunya SMEA) swasta di Surakarta  pada tahun 2005, dimana jurusan saya Pendidikan Tata Niaga masih menggunakan kurikulum 1994, sedangkan dua jurusan lain Akuntansi dan Administrasi Perkantoran sudah menggunakan KBK.

9. Kurikulum 2006/ KTSP (Kurikulum Tiap Satuan Pendidikan)

Perbedaan KTSP dengan KBK terletak pada kewenangan penyusunannya, mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan Indonesia. Guru harus mampu mengembangkan secara mandiri silabus dan penilaian sesuai kondisi sekolah dan nilai-nilai indigenous. Hasil pengembangan semua mata pelajaran dihimpun menjadi sebuah perangkat yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini saya rasakan pada awal mengajar pada tahun 2007, ketika saya masih mengajar di Kelompok Belajar dalam program Pemerintah yang dinamakan PBA (Pemberantasan Buta Aksara), hingga saya mengajar di SMK pada tahun berikutnya.

10. Kurikulum 2013

Pelatihan Kurikulum 2013 yang pertama saya alami adalah di tahun 2014, ketika itu pelatihan dilaksanakan pada saat menjelang Bulan Ramadhan, dan berakhir di awal Bulan Ramadhan di salah satu SMK Negeri di Kabupaten Sragen. Kurikulum 2013 yang memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku.

Di dalam Kurikulum 2013, beberapa mata pelajaran seperti Muatan Lokal dimasukkan kembali. Kurikulum ini sempat memantik kontroversi, karena guru dianggap terlalu dibebani dengan perangkat mengajar yang "seabrek". Namun kurikulum ini masih mengalami revisi beberapa kali, dengan yang sekarang lebih menekankan pada Higher Order Thinking Skills (HOTS), diantaranya dengan diimplementasikannya pembelajaran tematik pada tingkat Sekolah Dasar.

Demikian tulisan artikel dari saya, semoga dapat bermanfaat bagi yang membaca. Apabila ada kesalahan dalam pengetikan, baik tata tulis maupun deskripsi saya, mohon untuk dikoreksi. Selamat Hari Pendidikan Nasional, semoga pendidikan di Indonesia semakin maju, dan dapat "menelurkan" bakat-bakat yang dapat berkompetisi di tingkat internasional. Semoga pandemi COVID-19 segera berlalu, salam sehat, salam bahagia, dan tetap semangat!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun