Mohon tunggu...
Hanantyo Wahyu Saputro
Hanantyo Wahyu Saputro Mohon Tunggu... Guru - Rakyat Biasa

Guru di SMK Bina Taruna Masaran Sragen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Selamat Hari Pendidikan Nasional

2 Mei 2020   19:31 Diperbarui: 2 Mei 2020   19:29 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada kurikulum ini, tepatnya ketika Menteri Pendidikan dijabat oleh Daoed Joesoef (yang menjabat selama periode 1978-1983), terjadi perubahan kalender akademik, yang sebelumnya Januari -- Desember berubah menjadi Juli -- Juli( yang berlaku hingga saat ini). Sehingga bagi peserta didik pada saat itu, tepatnya tahun 1978-1979 mengalami tahun akademik yang biasanya 12 bulan menjadi 18 bulan, alhasil bagi yang berada di tingkat akhir harus menunda kelulusan hingga 6 bulan lamanya.

6. Kurikulum 1984

Memiliki sebutan lain  "Kurikulum 1975 disempurnakan". Peserta didik adalah subjek belajar, mulai dari mengamati, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), dan merupakan cikal bakal dari Kurikulum 2013.

7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999

Pada kurikulum ini dimasukkan mata pelajaran yang bersifat indigenous, diantaranya muatan nasional sampai muatan lokal, seperti bahasa daerah, keterampilan, kesenian (waktu saya dulu Seni Tari), dan lain-lain.

Pada kurikulum ini juga terjadi banyak perubahan nama diantaranya pada tahun akademik 1994/1995 Sekolah Menengah Pertama (SMP) menjadi Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi Sekolah Menengah Umum (SMU), kebetulan saya alumni SLTP tahun 1999 dan SMU tahun 2002, jadi saya mengalami secara langsung. Pada tahun 1997 juga terjadi perubahan nama, yaitu Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA), Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA), Sekolah Menengah Keterampilan Keluarga (SMKK), Sekolah Teknologi Menengah (STM), dan lain sebagainya di-"merger" menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan efek dari hal tersebut adalah banyakya SMU terutama SMU swasta "berevolusi" menjadi SMK.

8. Kurikulum 2004/ Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Kurikulum Berbasis Kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu pemilihan kompetensi sesuai, spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi, dan pengembangan pembelajaran. Kurikulum ini hanya bertahan selama kurang lebih 2 tahun, untuk digantikan dengan Kurikulum Tiap Satuan Pendidikan (KTSP), perubahan kurikulum ini saya rasakan ketika saya praktek mengajar di salah satu SMK (dulunya SMEA) swasta di Surakarta  pada tahun 2005, dimana jurusan saya Pendidikan Tata Niaga masih menggunakan kurikulum 1994, sedangkan dua jurusan lain Akuntansi dan Administrasi Perkantoran sudah menggunakan KBK.

9. Kurikulum 2006/ KTSP (Kurikulum Tiap Satuan Pendidikan)

Perbedaan KTSP dengan KBK terletak pada kewenangan penyusunannya, mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem pendidikan Indonesia. Guru harus mampu mengembangkan secara mandiri silabus dan penilaian sesuai kondisi sekolah dan nilai-nilai indigenous. Hasil pengembangan semua mata pelajaran dihimpun menjadi sebuah perangkat yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini saya rasakan pada awal mengajar pada tahun 2007, ketika saya masih mengajar di Kelompok Belajar dalam program Pemerintah yang dinamakan PBA (Pemberantasan Buta Aksara), hingga saya mengajar di SMK pada tahun berikutnya.

10. Kurikulum 2013

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun