Teknologi yang semakin maju membuat remaja di zaman sekarang tidak bisa lepas dengan yang namanya HP dan internet. Mereka bisa melakukan apa saja yang mereka inginkan, salah satunya adalah bermain game online. Terlebih sejak adanya kebijakan PJJ di masa pandemi ini, banyak remaja yang mulai bermain game online. Dilansir dari binus.ac.id, hal ini ditunjukkan dari hasil beberapa riset yang membuktikan adanya peningkatan pengguna game online hingga 75 persen yang didominasi usia produktif. Riset juga dilakukan oleh sebuah perusahaan plat distribusi game Steam. Perusahaan ini menunjukkan rekor pengguna online game lebih dari 20 juta pada Maret 2020.
Kebanyakan remaja menggunakan game online sebagai sarana hiburan. Selain itu beberapa remaja juga menggunakan game online hanya untuk mengisi waktu luang mereka. Namun pemakaian yang tidak terbatas menimbulkan efek kecanduan dalam diri mereka. Pada awalnya game online hanya sebagai hiburan saja, namun sekarang sudah menjadi kebutuhan utama yang tidak boleh terlewatkan. Ibaratnya mereka tidak akan bisa hidup tanpa bermain game online satu hari pun.
Efek kecanduan game online ini akhirnya berdampak pada pembentukan karakter remaja-remaja tersebut. Mereka yang kecanduan game online biasanya tumbuh menjadi remaja yang temperamen. Pada awalnya mereka bermain game karena ingin mencari hiburan dan menghilangkan rasa jenuh yang mereka rasakan. Namun ketika mereka kalah dalam permainan tersebut, emosi mereka akan muncul. Emosi tersebut akhirnya mereka luapkan ke orang  ataupun benda yang ada di sekitar mereka. Tidak jarang orang tua menjadi sasaran dari emosi mereka. Di zaman sekarang remaja hanya takut kalah dalam permainan game online, bukan lagi dengan orang tua.
Emosi remaja-remaja tersebut juga terkadang diluapkan dengan merusak barang, salah satunya adalah HP. Mereka tidak segan-segan untuk membanting ataupun memukul HP mereka. Mereka tidak memikirkan perasaan orang tua mereka yang telah membelikan HP tersebut. Mereka hanya mementingkan kepuasan diri mereka. Tidak penting apa yang mereka perbuat, yang penting mereka puas dapat meluapkan emosi mereka.
Jika hal ini terus dibiarkan, remaja-remaja tersebut akan sulit mengontrol emosi sehingga mereka tumbuh menjadi remaja yang temperamen. Oleh karena itu, penggunaan game online perlu dibatasi sebelum terjadi kecanduan. Ini menjadi salah satu tugas tambahan bagi para orang tua terlebh di masa pendemi ini. Orang tua harus bisa mengontrol dan membatasi anak-anaknya dalam bermain game online. Jangan sampai generasi penerus bangsa menjadi rusak hanya karena kecanduan game online.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H