Mohon tunggu...
Adhityo N Barsei
Adhityo N Barsei Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

Orang sering kesulitan memahami apa yang saya sampaikan. Mungkin lewat tulisan saya bisa memberikan pemahaman lebih sederhana

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Strategi Mencegah Dampak E-Waste

4 Juli 2018   14:51 Diperbarui: 4 Juli 2018   14:58 2020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertumbuhan teknologi sangat cepat dalam satu dekade terakhir. Penggunaan internet yang meningkat dari tahun ke tahun dan peningkatan penggunaan gadget/barang elektronik merupakan imbas dari pesatnya kemajuan teknologi. 

Barang elektronik seperti smartphone, PC, laptop, tv dan gadget lainnya memiliki pengguna tertinggi versi we are social. Gadget memiliki banyak varian dengan spesifikasi unggul masing-masing sesuai tipenya. Oleh karena itu, banyak pengguna yang kerap menggonta ganti barang elektronik tersebut dengan spesifikasi yang lebih canggih tanpa memikirkan dampak janga panjang.

Kantar world panel 2016 merilis, rata-rata penggunaan smartphone di penduduk di Eropa, Asia dan Amerika paling lama 17-22 bulan, setelah itu mereka akan menggantinya dengan unit yang baru sesuai dengan perkembangan teknologi. Mengganti barang lama/rusak dengan yang baru, kemudian barang-barang tersebut tidak terpakai lama kelamaan akan menjadi sampah elektronik yang sangat berbahaya. Sampah elektronik yang berbahaya itu dinamakan dengan istilah E-Waste. 

itu.int | twitter.com/demissolonghi
itu.int | twitter.com/demissolonghi
Indonesia merupakan urutan ke-9 negara yang memiliki sampah terbanyak (1.3 million metric tons) di dunia yang dihasilkan selama tahun 2016. Peringkat ini urutan 4 di Asia setelah China, Jepang dan India dan peringkat 1 di Asia Tenggara. 1.3 juta ton itu setara dengan 1.3 milyar kg sampah elektronik yang artinya setiap penduduk Indonesia memiliki rata-rata 4,9 kg sampah eketronik. Amerika berada di peringkat 2 sebagai negara penghasil sampah elektronik setelah China. Hasil kajian Global E-Waste Monitor 2017 mengatakan bahwa Amerika ini memiliki strategi dengan mengekspor sampah elektronik tersebut 83% ke Asia dan 7% ke Meksiko dan Kanada.

Berbeda dengan Indonesia, sampah elektronik di Indonesia pada umumnya tertampung di TPA lantaran tidak tahu kemana sampah tersebut akan dibuang selain kepada tukang pengepul barang.

Bagaimana dampaknya jika kita biarkan sampah elektronik tersimpan begitu saja?

Direktur Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 dan Non-B3, dr. Imran Agus dalam Seminar Nasional yang bertema "E-Waste Management : As a Challenges to Public Health in Indonesia" mengatakan jika sampak elektronik tidak digunakan dan dibiarkan begitu aja, merkuri yang terdapat dalamnya dapat berdampak buruk pada kesehatan seperti kerusakan sistem saraf pusat, kerusakan ginjal, paru-paru, hati dan gastrointestinal, parahnya lagi jika terpapar pada ibu hamil akan berakibat cacat mental, buta dan celebral palsy pada janin bayi. Hal ini terjadi akibat udara dan pangan yang terkontaminasi dengan merkuri serta adanya penyerapan melalui kulit

Dampak itu disebabkan oleh pembuangan sampah elektronik yang mengakibatkan pencemaran lingkungan. Sampah elektronik yang dibakar menimbulkan pencemaran udara. Cairan yang dihasilkan sampah elektronik meresap ke tanah dan dapat mencemari air tanah yang kita gunakan oleh anak cucu kita. Sebaiknya, sampah elektronik dapat dicegah dan dikelola dengan bijak oleh masyarakat.

Lalu bagaimana seharusnya kita sebagai masyarakat menyikapi fenomena ini?

ewaste-disposal.com
ewaste-disposal.com
International Telecommunication Union (ITU) mengatakan bahwa ada 3 tujuan kemana sampah-sampah elektronik tersebut berkahir, diantaranya adalah :
  • Kolektor tidak resmi. Baik penggunaan bisnis maupun privat, sampah tersebut akan dibeli/diperoleh kolektor tidak resmi yang akan memisahkan sampah tersebut untuk dijual kembali/daur ulang dan untuk dibuang.
  • TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Sampah tersebut pada akhirnya dibakar, dimusnahkan dan dihancurkan atau dibuang ke tempat pembuangan akhir. TPA ini lama-kelamaan akan menumpuk sehingga menimbulkan masalah baru seperti penyempitan lahan dan unsur kimia yang berbahaya terkandung dalam sampah ekektronik
  • Perusahaan Daur Ulang. Metode ini merupakan cara paling efektif untuk mengurangi sampah elektronik yang berbahaya tersebut. Namun, di Indonesia sendiri masih belum ada pemerintah yang mampu mengeloa sampah elektronik ini. Padahal, jika dilakukan inovasi melalui daur ulang sampah elektronik justru akan menciptakan pendapatan atau lapangan kerja bagi pemerintah, swasta maupun masyarakat yang terlibat.

Dari ketiga poin diatas, poin nomor 1 dan 2 memiliki potensi besar dalam penumpukan sampah elektronik. Kita tidak harus menunggu adanya kebijakan dari pemerintah dalam mencegah timbulnya sampah elektronik ini. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan, yaitu :

  • Mengurangi penggunaan smartphone yang banyak. Kita pribadi mungkin mengalami hal ini, memiliki berbagai smartphone seperti laptop untuk kantor, PC untuk di rumah, tv, berbagai smartphone. Hal ini memiliki potensi jika tidak difungsikan lagi/rusak akan mencancam munculnya sampah elektronik baru.
  • Membeli barang elektronik sesuai fungsinya. Berkaitan dengan poin nomor 1, sebaiknya belilah barang elektronik secara realistis dengan melihat kebutuhan dan fungsinya.
  • Berhenti membeli barang elektronik hanya karena fitur yang semakin canggih dan motif pamer. Ini adalah alasan terbesar mengapa banyaknya sampah elektronik beredar dikarenakan gonta-ganti gadget berdasarkan perkembangan teknologi padahal fungsi dan penggunaannya masih sama jika tidak diganti. Akibatnya, gadget yang lama tidak terlalu difungsikan lagi dan lama-lama akan tersimpan menjadi barang tidak terpakai.
  • Mereparasi barang elektronik bekas dan menggunakannya kembali. Jika kita memiliki barang yang tidak terpakai baik yang sudah tidak berfungsi atau tidak terpakai sebaiknya berikan kepada orang yang memerlukan seperti tukang loak, reparasi dan bisa dijual dan difungsikan kembali oleh pengguna lain.

Pemerintah juga didorong untuk melakukan inovasi dalam menjaga lingkungan hidup terhindar dari pencemaran yang disebabkan oleh sampah elektronik. Swedia, merupakan salah satu negara yang mampu mendaur ulang sampahnya hingga 99% baik secara material, energy recovery dan proses biologis. Proses daur ulang sampah elektronik, plastik, organik dan anorganik dikelola langsung oleh pemerintah kota. Setiap pemerintah kota memiliki blue print dalam pengelolaan sampah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun