Mohon tunggu...
Sartika Sari Wardanhi
Sartika Sari Wardanhi Mohon Tunggu... Professional -

Goofy Dreamer

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Inginkan Kota Humanis? Benahi Ruang Publik!

30 September 2015   21:58 Diperbarui: 30 September 2015   22:24 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Seringkali kita mendengar isu-isu yang berakitan erat dengan ruang publik. Namun faktanya ruang publik hanya menjadi sekedar catatan “pelengkap” dalam beberapa laporan ataupun artikel di beberapa media. Kenyataannya, makin banyak ruang publik yang kian hari makin “punah” eksistensinya dalam perkembangan wilayah di Indonesia.

 

Timbul pertanyaan, kenapa sebenarnya kita membutuhkan ruang publik? Secara esensi, tanpa perlu penelaahan lebih jauhpun sudah bisa kita takar sepenting apa ruang publik ini. Ruang publik sangat berperan penting sebagai sarana interaksi sosial bermasyarakat. Pikirkan bagaimana bebasnya kita melakukan banyak aktivitas di sebuah ruang terbuka di tengah kota seperti jogging ataupun jalan santai, betapa senangnya anak anak yang bebas bermain di tempat tersebut. Bayangkan betapa banyaknya ide dan gagasan baru yang muncul dari pemikiran warga ataupun mungkin komunitas-komunitas kreatif yang intens berkumpul dan duduk bersama di sebuah tempat yang membuat mereka bisa bebas berekspresi dan berpendapat.

 [caption caption="Komunitas kreatif berkumpul, bersosialisasi, dan mengekspresikan diri"]

(komunitas kreatif berkumpul, bersosialisasi dan mengekspresikan diri)

 

Bayangkan waktu senggang seperti hari libur ataupun sepulang kerja, bisa kita manfaatkan untuk beristirahat sejenak menghela nafas sembari melepas penat dan stress yang acapkali muncul dalam kesibukan kerja. Duduk menikmati matahari terbenam sambil menikmati kudapan dan bercengkerama bersama rekan, menunggu macet saat jam pulang kerja berangsur angsur punah.

 

Namun apakah kota kota di Indonesia sudah sedemikian nyamannya? Mungkin ada beberapa, namun belum bisa kita kategorikan banyak. Anak anak kehilangan panggung bermain mereka, sehingga keadaan ini memaksa mereka untuk memanfaatkan lahan yang seadanya untuk menyalurkan keinginan mereka untuk bermain. Bermain bola di lahan parkir ruko ataupun bermain layangan di tepi jalan bisa menjadi salah satu contoh kecil. Belum lagi remaja yang masih memiliki kecenderungan mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Tidak tersedianya tempat untuk menyalurkan kreatifitas mereka dan didukung oleh nilai nilai sosial yang sudah terdegradasi, membuat mereka kehilangan jati diri dan melakukan hal hal yang bersifat negatif dan destruktif. Meningkatnya kasus kriminalitas membuktikan ada sesuatu yang hilang dalam kehidupan bermasyarakat perkotaan.

 [caption caption="Tanpa ruang publik, anak anak ini terpaksa bermain di jalanan"]

(Tanpa ruang publik, anak anak ini terpaksa bermain di jalanan)

[caption caption="Dampak dari degradasi sosial"]

(Dampak dari degradasi sosial)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun