Setelah tersesat hampir satu jam, akhirnya kita menemukan juga letak Pantai Kelingking, Nusa Penida. Walau pantai ini sudah terkenal seantreo dunia, nyatanya perlu peluh plus jalan berdebu serta kerikil tajam buat sampai ke pantai ini. Jadi emang disaranin kalian sewa mobil aja kalau mau eksplorasi Nusa Penida.
Kasihannya, teman saya saat itu lagi datang bulan hari pertama dan harus mengendarai motor scoppy yang sudah mengejan beberapa kali gegara ga kuat menahan tanjakan sana sini. Teman saya, dengan badan kecilnya pun berusaha menjaga keseimbangan agar motor bisa terkontrol dan kami tidak terguling di jalan. Bahkan beberapa kali saya  harus naik turun motoro karena teman saya tak kuat menanjak. Wah super sekali.
Hingga akhirnya kami sampai di Nusa Penida yang belum apa-apa sudah ramai sekali. Di ketinggian semilir angin belum bisa membuat lelah kami hilang. Teman saya langsung meringis menahan sakit perut, dan meminta istirahat. Dia parkirkan motor seadanya karena emang tak ada tempat parkir memadai, semua masih dikelola warga, tak heran tiket masuknya hanya sebatas bayar parkir saja.
Kami duduk di bale, sembari menunggu teman saya puluh saya berkeliling dan semakin siang semakin banyak orang bersesakan. Saya makin penasaran dan cemas ingin segera masuk lebih dalam. Ternyata teman saya menangkap air muka saya, makanya dia walau belum baik memutuskan ikut dan jeng jeng.... ternyata kami harus turun untuk melihat si pulau naga itu tertidur. Plus jalannya hanya cukup untuk satu dua orang naik dan turun dengan tangga kayu seadanya. Oh God! meski serasa penasaran saya meluap, saya tak tega meninggal teman saya yang sudah jelas-jelas menolak turun karena sakit luar biasa.
Angel Billabong. Saya kira kami akan terbiasa dengan jalan berdebu dan rusak ternyata menuju ke sana jalannya semakin parah dan macet! What! Dengar-dengar ada kendaraan yang kempis sehingga kami harus mengantre jalanan. Untung juga kami gunakan motor sehingga bisa selip sana sini.
Baiklah, saya hanya memandangi si naga yang malas itu sekilas dan kembali ke gubung dekat parkiran, untuk instirahat lagi. Setelah dirasa teman saya siap, kami kembali melaju menuju
Teman saya pun memilih jalur yang tak biasa hingga akhirnya kami sendirian di jalan yang makin lama makin rusak dan tak beraturan. Saya makin berpikir dengan APBD sedemikian besar kenapa Bali tidak bisa membangun infrastruktur yang memadai. Kami bertemu juga dengan ekskavator yang sedang mengeruk jalan sehingga abu-abu semakin tebal di muka kami. Aduh! Makin dalam di jalan itu kanan-kiri ada kebun warga dengan rumah yang menyedihkan, hei beneran nih saya di bali?Â
sini.
Akhirnya kami sampai juga di Angel Billabong yang terkenal dengan ombaknya yang besar dan cantik? Mau tau kelanjutannya, tungguin, cerita lainnya di