Yey yey project ekspedisi datang lagi. Kali ini tim kami ditugasi untuk menjalankan ekspedisi di beberapa daerah yang dianggap berhasil memanfaatkan dana desa. Saya sebagai leader sejak awal sudah menerima rekomendasi sejumlah tempat dan senengnya bisa menentukan tempat mana yang mau dikunjungi.
Dengan tim video kami menyisir dan melakukan sejumlah riset agar tujuan yang kami pilih tidak salah sasaran. Maksudnya juga untuk konten artikel dan video tampak ciamik. Perdebatan memang tak bisa dielakkan saat menentukan tempat ini, saya cenderung memilih tempat dengan tema desa yang menarik sementara teman video saya memilih tempat dengan pemandangan super.
Beberapa tempat pun menarik perhatian karena hampir tidak pernah terdengar namanya, salah satunya Pulau Siau yang berada di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro atau Sitaro, Sulawesi Utara. Berbeda dari sebelumnya, kami berangkat dengan tim yang lebih kecil yaitu 4 orang saja, saya, 2 orang video, dan sales kami. Sejak awal di perjalanan, semua agenda dan rencana harus dilakukan sedini mungkin karena klien kami kali ini benar-benar lepas tangan.
Makanya strategi pertama menghubungi pendamping desa yang merupakan ujung tombak pelaksanaan program ini, sekaligus yang paling mengenal profil desa. Jadi untuk di Siau kali ini kami akan mengunjungi para nelayan yang merasakan manfaat dana desa. Ok semua sudah terkordinasi maka saatnya kami berangkat.
Penerbangan menuju pulau Sulawesi hampir selalu menegangkan, turbulensi tak pernah berhenti sampai-sampai teman-teman saya gelisah, mau tidur, dengar musik tampak uring-uringan tak nyaman. Sementara, saya yang mengalami ini bukan pertama kali memilih mendikstraksi otak dengan menonton film tapi toh, tetap tak bisa dibohongi karena tangan saya berkeringat dingin.
Akhirnya kami sampai juga di Manado, belum sampai hotel kami sudah buru-buru mau berburu ikan segar khas Sulawesi. Dan.... hwaa...ikan ikan gemes udah menganga mati beku menyambut kami. Benar-benar kalau ke Sulawesi pastiin kamu coba ikan segar yang tak ada duanya. Setelah perut dan telinga kenyang setelah mendengar pengalaman teman saya yang berjibaku waktu liputan demo DPR kini saatnya menemui pendamping desa. Mereka rupanya sudah menunggu di hotel, di sini kami mendengar perspektif mereka soal beberapa desa yang berpotensi menjadi berita. Ada yang punya pengelolaan ciu kelas nasional yang tampaknya menarik tapi bikin saya mikir dua kali karena waktunya gak sempat.
Akhirnya diputuskan kami besok pagi langsung menuju Siau dengan kapal Express Bahari yang jadwal berangkatnya jam 11 pagi dan sampai jam 3 sore. Saat itu, kami memilih kelas bisnis yang ber AC dan lumayan nyaman meski tetap terantuk-antuk karena tingginya ombak. Jadi memang Sulawesi gak main-main punya laut, ombaknya itu bisa bikin kapal segede ini melompat lho. Makanya siap-siap bawa antimo dah tidur aja paling bener. Harganya itu saya hampir lupa kayaknya sekitar 125 atau 75 ribu ya, lupa hehehe...
Jadi sebelum sampai ke Pulau Siau kita transit dulu ke salah satu pulau menurunkan penumpang. Di dermaga itu juga langsung diserbu sama pedagang yang langsung berteriak-teriak menawarkan dagangan, mulai dari serba lelontongan hingga nasi. Berhentinya sih gak lama, sekitar kurang dari stgh jam.