Siapa yang tak mau ke Mekkah? Tempat yang jadi impian umat muslim ini memang sulit diraih, sama seperti perjalanan gue menuju ke sana. Terlepas dari apakah gw kesulitan gara-gara gw banyak dosa atau emang ini ujian untuk menguji keimanan gue, namun pengalaman ini bener-bener berharga apalagi untuk gw sekeluarga.Â
Mimpi ke Mekkah itu seakan jadi nyata saat tetangga menawarkan umroh murah seharga Rp 15 juta, qodarullah bokap yang baru pensiun dapat uang saku yang cukup untuk memberangkatkan kita semua. Tapi gw saat itu memakai uang gw sendiri dan untuk 3 anggota keluarga gw dibayarin bokap.Â
Rencananya kita berangkat sekeluarga lengkap dengan nenek, uwa gue, dan dua sodara gue. Manusia memang boleh berencana tapi semua kembali keputusan yang Kuasa. Selama menunggu pemberangkatan setahun, satu per satu dari keluarga gw berguguran. Nenek sekitar 3 bulan sebelum berangkat sakit keras dan sulit berjalan hingga memaksanya menyerah tidak ikut umroh ini.Â
Ujian kembali datang saat kurang lebih sebulan sebelum keberangkatan, salah satu saudara gue stroke sampai kesulitan bicara dan direkomendasikan untuk tidak usah berangkat. Dan itu lah kita jadi berangkat ke Mekkah dengan beberapa personel yang berguguran.Â
Itu baru masalah personel, masalah yang lebih pelik adalah dugaan penggelapan uang umroh karena si Arab pemilik umroh lari dari Jakarta dan hanya tersisa manager keuangannya. Kan parah beuuut!
Nah di sini lah kemampuan invetigasi jurnalis gw diuji sampai gue boleos kerja demi agar jangan uang gw ilang trus ga jadi umroh. Gw mulai mendatangi biro umrohnya dan ternyata tidak mendapati apapun, karyawan bilang semua atasanya ga ada dan jadwal umroh kita mundur. Oke baiklah ini menunjukkan kalau umroh ini ada kantornya dan gak gaib.Â
Beberapa hari berselang masih belum ada kepastian keberangkatan, belum ada tanggal dan itinerary-nya, kabarnya diundur lagi. Meradanglah gue. Kembali gw investigasi dan gue cecer itu manager keuangannya. Gue tanya ini itu dan dia mengaku baru mau membayar airlines-nya srilanka airlines. Dan gw kejar lah dia ke sana sembari memberi kejutan datang dan memastikan kalau dia benar membayar airlines.Â
Datang ke kantor airlines ternyata belum ada pembayaran dan gw akhirnya nunggu sampai si manager datang seharian. Sampai gw bisikin orang airlines kalau ada si manager datang harap diberi tahu. Eh ternyata yang ditunggu datang juga, dan dia membayar namun belum melunasi.Â
Gw pun menginterogasi. sambil merekam gw  tanya kondisi sebenarnya hingga sampai kelompok umroh gw terkatung-katung. Dan dugaan gw benar kalau si arab pemilik umroh ini kabur karena menyalahgunakan uang yang sudah dikumpul setaun untuk bisnis katering yang gagal. Namun dengan jiwa ksatria si bapak manager keuangan yang sudah tua dan jalan tertatih-tatih ini bilang kalau dia mau bertanggung jawab dan kita dipastikan bakal berangkat.Â
Gw menyimpan rasa iba sekaligus percaya kalau bapak ini amanah. Dua tiga minggu berselang, si bapak datang ke kediaman kami yang lalu dibawa ke masjid untuk memberikan klarifikasi kepada jemaah yang mau berangkat. Kebetulan sebagian besar adalah tetangga-tetangga gue. Dan kembali lagi dia memutuskan untuk mengundurkan waktu keberangkatan. Gw yang gak ada di lokasi karena kerja makin sewot dan mulai menghubungi beberapa kenalan polisi untuk mulai diproses hukum. Gw pun meneror si pemilik umroh untuk bertanggung jawab.Â
Saat itu dalam hati gw bilang "Gw akan usahakan apapun agar semua jemaah jadi berangkat" termasuk bolos kerja yang akhirnya membuat bos gak lagi memperpanjang kerja gue. Yah, memang risiko! Tapi apalah itu semua dibandingkan keinginan gw ke Mekkah, iyak gak!