Mohon tunggu...
Mustyana Tya
Mustyana Tya Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis, jurnalis dan linguis

Seorang pejalan yang punya kesempatan dan cerita

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Perjalanan Terbentang ke Sabang

8 Juni 2017   15:35 Diperbarui: 8 Juni 2017   20:13 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usut punya usut ternyata babi itu punya nama dan jadi primadona kalau kita ke 0 kilometer. Lagi-lagi si babi gak takut sama manusia hehehe. Dengan pakaian seadanya kita foto-foto di sana. sayang lagi ada pembangunan di 0 kilometer. padahal niatnya mau lihat sunset dari atas menara ehhh... menaranya belom jadi. Katanya di sana kita bisa minta serifikat bukti kalau kita pernah ke sana tapi enggak penting juga sih menurut gw. 

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Meski sedikit berdebu tapi cantiknya sunset gak bisa terhalangi. Apalagi sambil minum es kelapa sama rujak aceh hahaa.... ya meski pas momen tenggelamnya sang surya harus diburu bgt sampe desek-desekan kan sama turis bule dan domestik tapi tetap aja seru.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Kita enggak bisa lama-lama di sini karena harus segera balik ke kota Sabang. karena jarak balik lumayan jauh sampe 2 jam dan harus melewati rumah penduduk yang jarak berikut tebing dan hutan soooo lebih cepat lebih baik. sopir pun langsung melajukan mobilnya dengan kencang, saat itu entah kenapa suasana jadi tegang. karena jalanan gelap banget, mobil jarang, nyokap duduk gak santai sambil baca wirid dan beberapa kali khawatir soal begal. Maklum di Jakarta lagi banyak begal. kalau sudah kek gini biasanya gw bete karena kadang nyokap sukses bikin semua orang jadi ketakutan -__-.

Meski udah teramat lelah, tapi gw sama nyokap masih semangat berburu sate gurita. Akhirnya sampai di penginapan kita pake bentor yang harganya cuma 5 ribu bolak balik. Abangnya baik dan ngocehhhh terus hahah soal dia masih membujang hahaha. 

Satu-satunya tempat yg enak jual sate gurita adalah taman remaja dan kuliner di Sabang. Rame banget, semua kita mau menikmati malam di sana sambil ditiup angin pantai, tapi karena rame kita mutusin balik ke hotel mungil kita yang harganya cuma 85 ribu semalam hehehe. padahal si abang ojek udah bilang mau tungguin kapan aja.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Kalau kalian jalan kemanapun jangan lupa ngobrol ngalor ngidul soal kehidupan dan budaya di tempat jalan-jalan kalian sama orang lokalnya. Kalau di Sabang tuh terkenal aman, begitu sesumbar abang motor. Dia juga cerita soal dia yang melajang karena pilihan hidup dan apatis soal pernikahan. Untuk yang satu ini gw senyum aja, hahahah

Kelaperan teramat sangat, langsung kita sambar tuh sate gurita, baru beberapa gigitan mati lampu. Alamak! Sudah kebanyang aja nih pemerataan listrik amburadul ala Indonesia…. ga nyala2 broh! Alhasil kita minta lilin dan tidur gelap-gelapan dengan tempat tidur super kecil. Ini penampakan hotelnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun