Mohon tunggu...
Tyas
Tyas Mohon Tunggu... Lainnya - ---

Hai! akun ini untuk berbagi tulisan teman-teman di komunitas yang saya ikuti ;)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cerita Miris Keluarga Kalideres, Inikah Gambaran Masyarakat Masa Kini?

14 Desember 2022   20:59 Diperbarui: 14 Desember 2022   22:02 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat, ditemukan meninggal dunia setelah warga mencium aroma tidak sedap dari rumah itu. Empat orang yang berstatus masih satu keluarga ditemukan tewas diperkirakan setelah 3 minggu dari kematiannya. (Kumparan.com, 13 November 2022)

Sebagian memprediksi bahwa kematian disebabkan karena kelaparan (Kumparan.com). Namun sebagian masih mencari sebab pasti menunggu data forensik.

Keluarga ini dikenal mengasingkan diri dari lingkungan. Namun pandangan lain menyebutkan bahwa sikap antisosial sebagai cara mengamankan keluarga tersebut dari lingkungan yang dirasa kurang aman.

Berbagai spekulasi terus dilontarkan terkait kasus ini. Kita berdoa semoga ada titik terang.

Dari peristiwa ini kita bisa mengambil hikmah, betapa masyarakat masa kini telah terjebak jauh dalam paham individualis. Baik keluarga yang tewas maupun warga sekitarnya. Kita bertanya-tanya, di mana sikap ramah tamah, tegur sapa, saling peduli jika ada yang tidak terlihat antartetangga satu sama lain. Jika sikap-sikap  ini masih ada, tentu peristiwa miris tersebut tidak akan terjadi.

Kita ingat pada siroh zaman Rasulullah SAW.

Dikisahkan Sya'ban ra, selalu berjalan dari rumahnya untuk melakukan sholat subuh di masjidnya Rasulullah SAW. Ia selalu menempati shaf dan pojokan yang sama sampai Rasul hafal. Suatu hari ia tidak hadir, Rasulullah bertanya, "Kemana orang yang senantiasa sholat di pojokan itu?" Lalu setelah mendengar kabar bahwa Sya'ban sakit, Rasulullah lantas menjenguknya.

Ada dua hikmah yang bisa kita ambil. Pertama, kita semestinya ikut bermasyarakat dan tidak hanya diam di rumah kita sendiri. Namun bergaul mengenal orang lain dalam acara-acara masyarakat maupun dalam kegiatan sehari-hari. Kedua, karena kita bergaul, sehingga ketika kita tidak hadir, sewajarnya akan ada yang memerhatikan kita. Rasulullah menyadari ketidakhadiran jamaahnya dan dihadirkan kepedulian berupa menjenguknya.

Kemudian kisah kedua, tentang saling memberi makanan kepada tetangga. Dikatakan dalam hadist,

وَعَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : “إِذَا طَبَخْتَ مَرَقَةً فَأَكْثِرْ مَاءَهَا وَتَعَاهَدْ جِـيْرَانَكَ.” أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ .

Dari Abū Dzarr radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu, beliau berkata: Rasūlullāh Shallallāhu Alayhi Wasallam bersabda: “Jika engkau memasak kuah, maka perbanyaklah airnya dan perhatikanlah tetangga-tetanggamu.” (HR Muslim).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun