pengalihan arus yang malah menimbulkan kemacetan berkilo-kilo dan mungkin karena saya baliknya pagi sekitar jam 10.00 Wib.Â
Seminggu sudah lebaran berlalu, banyak hiruk pikuk yang terjadi selama arus mudik dan arus balik lebaran. Pertama kali tahun ini saya berlebaran saat hari H di Jember karena sebelum-sebelumnya senantiasa mudik ke Lamongan tanah kelahiran saya. Saat arus mudik (malam hari pertama lebaran) jalan terpantau lancar dari Jember ke Lamongan karena saya berangkat dini hari sehingga jalanan sepi, namun saat arus balik (Sabtu, 13 April 2024) banyak terjadiMacet paling parah dimulai ketika masuk daerah Ploso hingga daerah Mojoagung paling parah karena saat itu saya sengaja tidak lewat jalan tol karena jalan tol rame mulai ruas Jombang sampai Surabaya. Ternyata pilihan saya tepat karena banyak terjadi kecelakaan di arus tol mulai Nganjuk hingga Surabaya karena padatnya arus balik dan semua kenceng-kenceng berkendaranya. Bahkan sepupu saya sendiri mengalami tabrakan beruntun di jalan tol Sidoarjo bersama lima mobil lainnya, alhasil depan belakang mobil ringsek parah.Â
Kembali ke masalah kemacetan di berbagai ruas jalan terutama pertigaan, perempatan, dan arus belokan lainnya ternyata bukan benar-benar disebabkan oleh padatnya kendaraan. Hasil dari pengamatan saya dan suami selama perjalanan arus balik, kemacetan ini disebabkan oleh orang-orang yang saat lebaran menjadi Pahlawan lalu lintas dadakan.Â
Ya Pahlawan dadakan karena hanya saat lebaran mereka begini, namun kinerjanya bukan membantu dengan sistem keadilan layaknya Polisi atau Petugas Dishub yang membantu arus lalu lintas tapi mereka mengubah jalur kendaraan agar muter dulu padahal sebenarnya jalan itu bisa lurus.Â
Hal ini seperti yang terjadi di pertigaan daerah Mojoagung mau masuk Kabupaten Mojokerto, sebenarnya bisa semua kendaraan itu lewat langsung lurus arah ke Mojokerto eh malah ditutup 3/4 jalan alhasil hanya sepeda yang bisa masuk. Hal ini menimbulkan kemacetan yang luar biasa mengekor sampai ke mana-mana, istilahnya "kalau bisa gampang kenapa dipersulit".
Bukan tanpa tujuan Pahlawan Lebaran ini mengubah arus, tapi mereka secara tidak langsung meminta agar kendaraan yang menyebrang itu memberikan retribusi karena merasa sudah dibantu menyebrang. Bukan perkara uang sebenarnya tapi perilaku mereka sangat kurang etis karena malah menimbulkan kemacetan berkilo-kilo, bahkan sebagian jalan juga dipenuhi Pahlawan Lebaran ini sehingga jalan menjadi sempit.Â
Tidak hanya di pertigaan ini, malah di daerah Tembelang Jombang mau masuk ke Ploso lampu merah mati entah sengaja atau memang benar-benar mati kemacetan terjadi karena Pahlawan Lebaran ini hanya mendahulukan warga dari gang daerahnya mau menyebrang dan membayar retribusi ke mereka, namun yang dari arah Babat dibiarkan mengekor sampai berkilo-kilo.Â
Mungkin pihak berwajib bisa tolong tertibkan oknum-oknum seperti ini karena kita semua pemudik ingin cepat sampai tujuan bukan malah arusnya diputer-puter hingga pusing tujuh keliling kena macet.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H