Mohon tunggu...
Tyas Maulita
Tyas Maulita Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Konten

Penulis konten untuk web, blog, dan fanspage media sosial sejak 2018.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Acara Pernikahan Tanpa Susunan Panitia, Bisakah?

17 Maret 2022   10:58 Diperbarui: 17 Maret 2022   11:06 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam setiap acara atau event yang melibatkan orang banyak, keberadaan panitia memang sangat penting, tak terkecuali untuk pernikahan. Beberapa bulan jelang hajatan, umumnya keluarga mempelai sudah mengadakan rapat pembentukan panitia yang terdiri dari kerabat dan tetangga beserta tenaga profesional.

Namun, tidak demikian dengan acara pernikahan saya, 4 Februari lalu. Jangankan membentuk panitia, pernikahan itu pun masih serasa mimpi bagi saya dan calon suami. Pasalnya, proses kami begitu cepat. Acara lamaran dilakukan dadakan dan akad nikah dilangsungkan kurang dari dua minggu setelahnya. Alhamdulillah, semua berjalan lancar dan kebanyakan pihak yang terlibat merasa puas.

Pengalaman Nikah Tanpa Membentuk Panitia

Sejak awal, saya merencanakan pernikahan yang sederhana. Oleh karena itu, saya tidak mau dipusingkan dengan banyaknya persiapan. Sekitar empat bulan sebelum hari H, saya sudah mulai mengumpulkan barang-barang yang diperlukan seperti seperangkat alat sholat dan pakaian untuk orangtua. Selebihnya tetap sibuk bekerja seperti biasa. Hampir seluruh persiapan diatur oleh ibu dan saya sendiri. Inilah yang kami lakukan sehingga persiapan berjalan efisien dan jauh dari kesan riuh.

1. Menentukan tempat dan katering

Kami mengupayakan tempat yang dipilih dapat sekaligus menyediakan katering untuk acara pengajian dan resepsi. Tempatnya juga dekat dengan rumah dan akses parkirnya mudah. Mereka menyediakan tempat resepsi, area untuk beristirahat tamu dari pihak laki-laki yang datang awal, serta katering lengkap. Tentu pilihan ini lebih baik dari sekadar menyewa gedung dan mencari katering secara terpisah. Juga secara bujet lebih hemat dibanding mendirikan tenda di depan rumah dan mencari tukang masak sendiri.

2. Memilih MUA yang sekaligus dekorasi dan foto

Selanjutnya, agar tidak harus ke sana ke mari mendatangi berbagai vendor, saya memilih perias alias MUA yang juga menyediakan dekorasi dan dokumentasi. Alhamdulillah, dapat dari kalangan sendiri sehingga harganya pun disesuaikan. Dengan dua kali ngobrol via WhatsApp dan sekali berkunjung untuk fitting baju, kerja sama dengan beliau pun berhasil dijalankan. Sekali lagi, di sini sudah hemat tenaga dan pikiran dibandingkan harus mencari MUA, tukang dekor, dan fotografer secara terpisah.

3. Pilih tempat terdekat untuk berbelanja

Hingga H-1 pernikahan, saya dan ibu masih jalan-jalan ke pasar untuk membeli perintilan-perintilan barang yang terlupa. Di hari itu kami juga mengambil mahar yang telah dihias dan cincin yang sudah dipesan seminggu sebelumnya. Karena lokasinya dekat, kami tidak harus menunggu atau menyuruh orang lain melakukannya. Pokoknya, prinsip kami selagi masih bisa jalan sendiri, kenapa tidak?

4. Maksimalkan tenaga yang ada

Nah, mungkin sejak tadi pembaca berpikir, apakah kami tidak memiliki kerabat dan tetangga untuk dimintai bantuan? Ya, tentu saja sebagai makhluk sosial kami tetap menjaga hubungan baik dengan keluarga besar, kerabat, dan masyarakat sekitar. Namun, karena tidak ingin persiapan acara terkesan heboh, kami tidak terlalu awal meminta bantuan, hanya hitungan kira beberapa hari sebelum hari H. 

Malahan, untuk pembaca Al Quran, grup angklung sebagai pengisi hiburan, dan MC sekaligus penyedia sound system kami hubungi hanya dua hari sebelum acara. Selain itu, tenaga untuk parkir, membantu melayani tamu, dan menyiapkan lokasi akad adalah teman-teman kakak saya beserta sepupu yang sudah siap mengosongkan agenda di hari itu.

Lebih Baik Jangan Ditiru, Jika ...

Meski tampaknya sangat praktis, sebenarnya saya tidak menyarankan pembaca mengikuti cara saya ini. Sebab, selain penat juga pusing karena ada saja persiapan yang kurang sementara hanya kami berdua yang bisa mengatasinya (di hari-hari terakhir, kakak saya ikut masuk ke tim pusing karena baru dapat cuti).

Di samping itu, persiapan yang terkesan spontan membuat kami tidak banyak memilah milih pakaian, menu makanan, hingga konsep acara. Semua lebih banyak diserahkan kepada vendor dengan sedikit penjelasan tentang apa yang kami inginkan. Cara ini mungkin tepat untuk orang yang menginginkan semua serba cepat dan ringkas. Namun, jika pembaca termasuk jenis orang yang detail dan sangat kuat memegang yang namanya wedding dream harus begini begitu, maka lebih baik jangan ditiru. Lakukan persiapan sematang mungkin dan buatlah susunan panitia dengan tugas yang jelas supaya hasilnya memuaskan.

Bagaimana pun, kemudahan dalam penyelenggaraan acara kami datangnya dari Allah SWT. Kami sadar, tanpa pertolongan-Nya, apalah yang bisa dilakukan oleh seorang emak-emak dan seorang calon manten yang sangat santai ini sebagai master mind acara? Oleh sebab itu, untuk pembaca yang sedang merencanakan nikah, buat saja persiapan semampunya, selebihnya pasrahkanlah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun