Tyas Gina Pramesti / PAI H / IAIN Pekalongan
Abdurrahman Wahid biasa dikenal dengan Gus Dur, mempunyai nama kecil yaitu Abdurahman Adakhil. Lahir di Jombang pada tanggal 7 September 1940. Beliau dikenal sebagai politikum, ulama, kyai, dan Presiden Republik Indonesia ke-4. Ayahnya bernama K.H. Wahid Hasyim dan Ibunya bernama Ny.Hj. Sholehah. Ia lahir dari keluarga yang cukup terhormat. Kakek dari ayahnya, K.H. Hasyim Asyari, sedangkan kakek dari ibunya bernama, K.H. Bisri Syansuri. Beliau pernah menyatakan secara terbuka bahwa ia mempunyai garis keturunan tionghoa .
Gus Dur menempuh pendidikan di Jakarta di SD Kris kemudian pindah ke SD Matraman Perwari, pada tahun 1954 ia melanjutkan pendidikan di SMP, setelah lulus SMP ia menempuh pendidikan di Pesantren Tegalrejo, Magelang. Pada tahun 1959 ia pindah ke  Tambakberas, Jombang. Ia juga menerima pekerjaan sebagai guru yang nantinya menjadi Kepala Madrasah. Pada tahun 1963, ia menerima beasiswa dari Kementrian Agama untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir. Pada tahun 1966 ia melanjutkan di Universitas Baghdad, Irak.
Pemikiran teologi Abdurrahman Wahid :
* Pribumisasi Ajaran Islam
Apa yang dimaksud dengan pribumisasi ajaran islam? Â Pribumisasi Ajaran Islam yaitu pemahaman nash atau lafadz baik bersumber al-quran atau hadist, yang berkaitan dengan masalah-masalah yang sedang terjadi. Dengan kata lain, pribumisasi ajaran islam adalah bagaimana pembaca bisa memahami pesan-pesan yang terkandung dalam al-quran atau hadist. Bagaimana islam bisa diterima dengan tidak ada kebudayaan baru ? menurut Gus Dur, kita perlu menghargai budaya melalui pribumisasi nya. Latar belakang pemikiran Gus Dur, tidak lepas dari fenomena keagamaan yang ada dan berkembang di masyarakat di Indonesia .
* Islam sebagai etika islam
Islam bisa dijadikan etika sosial ( social ethics ) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang berarti islam berfungsi sebagai komplementer dalam kehidupan negara. Menempatkan islam sebagai etika sosial merupakan konstruksi yang seimbang ( balance ) antara keharusan mengambil nilai positif dari proses sekularisme ( pemisahan antara agama dan pemerintah) dan spiritualisme operatif sebagai manifestasi ketaatan pada negara.
Sebagai etika, keislaman bisa termanifestasi sebagai berikut pertama, Islam akan menjadi agama yang terbuka, kedua, islam akan menjadi sumber inspirasi, ketiga, islam akan menyatu sebagai bagian dari perubahan secara global.
Karya-karya Abdurahman Wahid : Bunga rampai pesantren 1970, Muslim ditengah pergumulan 1981, Kiai nyentrik membela pemerintah 1997, Tuhan tidak perlu dibela, Cita dan fakta, Pengantar sejumlah buku, islamku islammu islam kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H