Mohon tunggu...
Tyaseta Rabita N S
Tyaseta Rabita N S Mohon Tunggu... Human Resources - Tyas

Senang saling membantu, dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mencegah Perilaku Penyimpangan dan Kerusakan pada Anak

14 Maret 2014   04:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:57 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seringkali didapatkan bentuk peremehan dan kesalahan dalam mendidik anak yang bisa menyebabkan timbulnya perilaku penyimpangan dan kerusakan pada anak. Salah satu contoh dari perilaku penyimpangan tersebut adalah fenomena cabe-cabean.

Untuk mencegah hal tersebut, maka saya menuliskan ini. Kita haruslah tahu pola asuh apa sajakah yang melahirkan generasi yang seperti itu.

Berikut adalah pola asuh yang kurang tepat


  1. mendidik anak untuk menjadi penakut dan pengecut (menakut-nakuti dan mengancam ketika anak menangis atau saat anak rewel supaya diam, pendidik berkeluh kesah, melakukan tindakan kekerasan yang direkam oleh anak dalam alam bawah sadarnya)
  2. mendidik anak untuk bersikap serampangan dan mudah mencela orang lain (merendahkan orang lain), dan menanamkannya sebagai sebuah keberanian
  3. mendidik anak dengan membiasakan mereka hidup mewah dengan kenikmatan dan kesenangan (cetakannya adalah generasi yang kurang perduli atau kurang perhatian sama orang lain termasuk saudaranya sendiri dan cenderung mementingkan kepentingannya sendiri)
  4. selalu memberikan apa yang diinginkan anak (memanjakannya)
  5. selalu memberi apa yang diinginkan anak jika mereka menangis, terutama anak kecil (bibit temper tantrum)
  6. bersikap keras kepada anak secara berlebihan (memukul, dan lainnya)
  7. pelit pada aak
  8. kurang dalam memberikan kasih sayang yang seharusnya diberikan oleh orang tua kepada anaknya (hal ini mengakibatkan ia mencari kasih sayang yang tiada mungkin didapatkan dengan melakukan pelarian yakni dengan melakukan pacaran, dan untuk sedikit opini mengenai pacaran, dapat dilihat di http://tyasetarabitansardjono.wordpress.com/2014/03/13/esensi-atau-makna-pacaran/)
  9. hanya memperhatikan lahiriah saja (seperti memberikan makanan yang baik, minuman yang enak, pakaian yang bagus, sekolahan yang tinggi, meminta untuk melakukan berpenampilan indah di hadapan orang lain)
  10. berlebihan dalam berbaik sangka terhadap anak (terlalu percaya, tidak melakukan pertanyaan yang dilontarkan ke anak, tidak pernah meneliti keadaan mereka, tidak mengenal siapa sajakah teman mainnya)
  11. berlebihan dalam berburuk sangka terhadap anak (membongkar lemari, mencari-cari kesalahan, menyuruh diam saat anak melakukan curahan hati alias curhat, selalu menuduh anaknya, yang disertai sikap untuk kurang mau melakukan pemaafan atas ketergelinciran dan kekeliruan anaknya)
  12. membeda-bedakan anak (membandingkan anak antar anak, membedakan dengan kondisi tetangga, membedakan antar anak dalam materi dan kasih sayang sehingga timbullah kekurang adilan, dan lain sebagainya)
  13. kurang senang dengan anak perempuan
  14. memberikan nama-nama buruk atau nama yang khusus yang memberatkan (memberatkan disini contohnya adalah memberikan nama dengan nama "Allah", "Al-Ahad", "Ar-Rahman","Al-Khaliq", dan lain-lain)
  15. tinggalnya orang tua di luar rumah dalam jangka waktu yang lama
  16. mendoakan keburukan untuk anak-anaknya (contohnya : mendoakan kecelakaan untuk anaknya, dengan mengatakan kamu akan jadi gila, atau kamu akan menjadi cewe murahan, dan segelintir doa lainnya yang masih banyak bentuknya)
  17. mendidik anak kepada berbagai perkara rendahan yang tidak bermanfaat, ucapan-ucapan buruk dan akhlak-akhlak rendahan
  18. melakukan kemungkaran di hadapan anak (merokok, mencukur jenggot, membuka baju, mendengarkan musik, melihat film-film rendahan, dan lainnya)
  19. membawa kemungkaran ke rumah
  20. banyaknya percekcokan (pertengkaran) dalam rumah tangga, antara suami dan istri, termasuk anak antar anak
  21. kontradiksi pada diri orang tua (anaknya jujur tapi orang tuanya pembohong, plin-plan)
  22. menyerahkan pendidikan dan pengasuhan anak kepada para pembantu
  23. membiarkan anak perempuan pergi sendirian memasuki pasar tanpa didampingi mahram (sejenis kelamin atau saudara)
  24. membiarkan telepon atau ponsel di dalam rumah tanpa adanya pengawasan
  25. membiarkan bebas bacaan anak (tidak memperhatikan)
  26. meremehkan anak dan tidak mmeberikan semangat kepada mereka
  27. tidak perduli, tidak memperhatikan alias mengacuhkan pendidikan anak untuk memikul sebuah tanggung jawab
  28. sedikit perhatian orang tua dalam dunia pendidikan anaknya


Sumber Referensi : Nikah Sakinah Inspirasi Rumah Tangga Islam volume 10, No.6. 15 September 2011. Ramadhan-Syawal 1432 Hijriah. Free lembar pendidikan anak yaa bunayya 16 halaman.

Dimana, sumber ini mempunyai sumber rujukan yakni :

At-Taqshir fi Tarbiyatil Aulad, Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun