Sebelum masuk ke judul, saya akan memberikan konsep terlebih dahulu.
1. Pengertian Makna Hidup
Frankl (2004) mengatakan bahwa makna hidup sebagai sesuatu hal yang bersifat personal dan bisa berubah seiring perjalanan waktu maupun perubahan situasi dalam kehidupannya. Individu seolah-olah ditanya apa makna dari hidupnya pada setiap waktu dan setiap situasi dan kemudian harus mampu mempertanggung jawabkannya.
Frankl (dalam Wortman, 1997), menjelaskan lebih dalam lagi mengenai makna hidup, dimana makna hidup adalah bagaimana individu memaknai hidup. Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak untuk dijadikan tujuan hidup.
Maslow (1994), menjelaskan bahwa perasaan bermakna sangat bersifat relatif. Karena konsep makna hidup bagi setiap individu sangat berbeda. Setiap individu memiliki cara pandang yang berbeda dalam menilai suatu kondisi ataupun situasi yang dianggapnya sebagai suatu makna hidup. Maslow (1994) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan makna hidup adalah suatu perasaan atau emosi yang menyenangkan individu, terkait dengan pengelaman-pengalaman atau peristiwa-peristiwa yang dialami oleh individu.
Chopra (2007) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan makna hidup dalam hidup manusia adalah jika manusia mampu melepaskan diri dari sifat keduniawian, serta memiliki sifat-sifat kemanusiaan yang mendekati sang pencipta. Lebih lanjut Chopra (2007) mengatakan bahwa makna hidup adalah saat manusia tidak lagi memikirkan hal-hal yang sifatnya materialis. Makna hidup akan muncul karena tidak adanya keinginan-keinginan yang sifatnya hanya untuk kesenangan naluriah dan pemuasan hawa nafsu semata. Dalam hal ini Chopra (2007) menjelaskan konsep makna hidup dari sudut pandangnya sebagai seorang ahli meditasi atau yoga serta kaitannya dengan pengembangan spiritual manusia.
Asmadina (2007) mengatakan bahwa yang disebut dengan makna hidup merupakan suatu pencapaian tertinggi spiritual dan psikologis manusia yang telah. Biasanya ditandai dengan perubahan perilaku dalam sehari-hari, terutama dalam beribadah dan juga dalam hubungannya dengan manusia yang lain. Hal ini merupakan suatu bentuk atau konsep yang sifatnya penuh subjektifitas.
Prihastiwi (dalam Haitami, 2000) memberikan pengertian bahwa makna hidup merupakan suatu kualitas penghayatan individu terhadap apa yang telah dilakukan sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensinya, merealisasikan nilai-nilai hidup dan tujuan hidupnya yang penuh dengan kreativitas dan kebahagiaan dalam rangka pemenuhan diri (self fullfilment).
Duran (dalam Sundari, 2001) mengatakan bahwa makna hidup adalah suatu penghayatan bermakna yang secara sadar dipahami melalui pengalaman-pengalaman hidup yang penting, penciptaan suatu hasil karya tertentu yang berharga dan sikap yang tegar dalam mengahadpi sebuah penderitaan yang tidak dapat dielakkan.
Gerry (2004) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan perasaan bermakna adalah suatu kondisi psikologis akan sense of belonging yang tinggi terhadap keadaan dirinya. Suatu kondisi dimana individu menerima secara penuh akan keadaan dirinya. Individu juga merasa bahwa apapun yang ada dalam dan di luar dirinya adalah sesuatu yang penting dan berharga, dalam hal ini Gerry (2004) melihat makna hidup dalam konteks bahwa manusia sadar akan arti memiliki (to have) diri pribadi yang utuh dan apa adanya. Adanya perasaan menerima, maka hiduppun akan penuh makna.
Berdasarkan berbagai definisi di atas maka dapat diambil kesimpulan, bahwa yang dimaksud dengan makna hidup adalah perasaan berarti dan bermakna yang muncul terkait dengan peristiwa atau pengalaman hidup yang membahagiakan atau menyenangkan.
2. Karakteristik Makna Hidup
Frankl (dalam Bastaman, 1996), menyatakan bahwa makna hidup mempunyai karakteristik sebagi berikut:
a.Unik dan personal
Artinya apa yang dianggap berarti oleh seseorang belum tentu berarti bagi orang lain, bahkan apa yang dianggapnya bermakna pada saat ini mungkin berbeda dalam waktu yang berbeda. Sehingga unik dan personal disini maksudnya adalah makna yang bersifat khusus bagi individu dan mungkin khusus untuk kurun satu waktu.
b.Spesifik dan konkrit
Artinya makna hidup dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan nyata sehari-hari dan tidak selalu harus dikaitkan dengan tujuan-tujuan idealistis, prestasi-prestasi akademis yang tinggi atau hasil dari filosofis yang kreatif. Peristiwa sehari-hari pun dapat memberikan makna tersendiri bagi orang yang merasakannya.
c.Memberi pedoman dan arah
Artinya makna hidup yang ditemukan oleh seseorang akan memberika pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukannya sehingga makna hidup seakan-akan menantang (chalengging) dan mengundang (inviting) seseorang untuk memenuhinya.
Crumbaugh dan Maholic (dalam Haitami, 2000) memberikan gambaran secara singkat mengenai karakteristik individu yang hidupnya penuh dengan makna, antara lain:
a.Memiliki perasaan bahagia
b.Memiliki tujuan hidup yang jelas
c.Memiliki rasa tanggung jawab
d.Mampu melihat alasan untuk tetap eksis
e.Tidak merasa cemas akan kematian
f.Memiliki kontrol diri yang baik
Schultz (1991) menjelaskan beberapa karakteristik individu yang memiliki makna hidup, antara lain:
a.Mampu merealisasikan nilai kreatif, nilai penghayatan dan nilai sikap
b.Bertanggung jawab secara pribadi dalam mengarahkan hidupnya dalam menyikapi nasib atau takdir
c.Memiliki kendali sadar pada hidupnya
d.Memiliki kemampuan untuk menerima dan memberikan cinta
e.Mampu melakukan self trancendence
f.Berorientasi pada masa depan dan optimis
g.Memiliki alasan untuk terus menjalani hidup
h.Menggunakan waktu sebijaksana mungkin agar kerja dan hidupnya dapat berkembang secara maksimal
i.Mengarahkan hidupnya pada tujuan dan tugas-tugas yang akan datang
Berdasarkan uraian diatas karakteristik makna hidup memiliki sifat, yaitu unik dan personal, spesifik dan konkrit, memberi pedoman dan arah.
3. Faktor-faktor yang Memunculkan Makna Hidup
Banyak sekali faktor-faktor yang dapat membuat seseorang menemukan makna hidup, jika disebutkan semuanya tentu tidak akan habis dalam satu ataupun dua halaman saja. Namun pada intinya, makna hidup akan muncul jika seseorang mengalami kepuasaan.
Maslow (1994) menjabarkan bahwa manusia akan mencapai makna hidup jika individu mampu memuaskan atau memenuhi setiap tahap-tahap kebutuhannya (need of). Dimana pada akhirnya individu akan mencapai aktualisasi diri (self actualization). Lebih lanjut lagi Maslow (1994) menyebutkan beberapa hal yang membuat individu dapat menemukan makna hidup, antara lain:
a.Individu akan menemukan makna hidup jika dirinya mampu memenuhi kebutuhan fisiologisnya, seperti rasa lapar, haus dan seks.
Freud (1967) menjelaskan bahwa individu akan merasa bahagia dan menemukan makna hidup jika individu telah memenuhi dorongan-dorongan bawah sadarnya (rasa lapar, haus, dorongan seksual, dorongan agresif, dan sebagainya). Yang pada intinya individu akan menemukan makna hidup jika dirinya melepaskan semua ketegangan fisik dan psikis yang membuat dirinya mengalami kecemasan. Hal tersebut jelas sangat kontras dengan pemikiran-pemikiran Freud yang selama ini selalu mengaitkannya dengan kehidupan yang penuh pesimisme, kegelapan dan dorongan-dorongan bawah sadar.
b.Individu juga akan merasa menemukan makna hidup jika dirinya mampu memenuhi kebutuhannya akan afiliasi (need of affiliation), dimana individu bergaul dengan orang lain.
c.Individu juga akan merasa menemukan makna hidup jika ia telah memenuhi kebutuhannya akan rasa aman (need of secure).
d.Kemudian individu juga akan merasa menemukan makna hidup jika dirinya sudah memenuhi kebutuhan akan penghargaan (need of achievment), dimana individu merasa dihargai dan diterima oleh orang lain.
Stoltz (2000) menjelaskan bahwa seseorang dapat menemukan makna hidup jika individu mampu keluar dari berbagai kesulitan dan masalah berat yang dihadapinya. Karena dengan begitu, ada rasa puas dan bangga karena individu mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan kemampuan yang dimilikinya. Makna hidup tersebut merupakan kebahagiaan yang bersifat jangka panjang.
Malik (2001) menjelaskan pula bahwa makna hidup dapat muncul jika individu telah mencapai atau melakukan pencapaian tertinggi dalam segala aspek kehidupannya, baik kognitif, konatif dan afektif. Karena dengan tercapainya aspek-aspek tersebut, individu akan merasakan kepuasan batin.
Chopra (2007) menjelaskan bahwa banyak sekali faktor-faktor yang dapat memunculkan makna hidup seseorang, antara lain:
a.Dengan memiliki kesehatan jasmani individu memiliki tubuh yang sehat serta adanya protein dan nutrisi yang masuk ke dalam tubuhnya, sehingga individu terlihat sehat.
b.Secara psikologis, individu akan mendapat suatu pencerahan yang sifatnya keagamaan.
c.Kesehatan jasmani dan psikologis serta kesehatan rohani bisa dicapai dengan cara meditasi, atau perenungan mendalamterhadap segala penciptaan dan pemberian Tuhan terhadap dirinya dan alam sekitarnya.
Dari uraian diatas seseorang akan merasa bersyukur atau berterima kasih dalam konteks hubungan dirinya dengan Tuhannya yang telah memberikan dirinya kesehatan agar dapat senantiasa melakukan berbagai aktivitas sehari-hari.
Malinger (2002) menjelaskan bahwa seseorang akan mampu memunculkan makna hidup dalam dirinya ketika dirinya mau menderita, dan merasakan penderitaan terlebih dahulu. Jadi penderitaan merupakan hal yang paling efektif dalam memunculkan makna hidup dalam diri seseorang dimana dengan menderita, manusia cenderung akan lebih menghargai arti kehidupan dan kebahagiaan.
Dalam penjelasan Malinger (2002), dapat disimpulkan bahwa:
a.Apabila ada kepemilikan rasa aman, kepercayaan diri yang sangat tinggi, integritas yang sangat kuat semua dilandasi dan dibangun karena berprinsip hanya kepada Tuhan.
b.Seseorang yang di dalam dirinya merasakan penderitaan terlebih dahulu, seperti bekerja keras untuk mencapai keberhasilan dengan sendirinya akan muncul makna yang berarti, penghargaan dan penghormatan pada kehidupan di dunia ini.
Berdasarkan uraian diatas faktor-faktor yang memunculkan makna hidup, yaitu Individu akan menemukan makna hidup jika dirinya mampu memenuhi kebutuhan fisiologisnya, seperti rasa lapar, haus dan seks, kebutuhannya akan afiliasi (need of affiliation), kebutuhannya akan rasa aman (need of secure), dan kebutuhan akan penghargaan (need of achievment).
4. Metode Menemukan Makna Hidup
Bastaman (1996), memodifikasi metode menemukan makna hidup yang dikemukakan oleh Crumbaugh yaitu tidak hanya ditujukan bagi mereka yang sedang mengalami problem emosional berat (noogenic neurosis) atau merasa hampa tanpa tujuan yang jelas (existensial vacum), tetapi ditujukan pada mereka yang sehat dan memiliki kehidupan yang baik dan dapat mengambil manfaat sejauh mereka ingin lebih menyadarui makna dan tujuan hidupnya atau ingin mengembangkan kualitas pribadi mereka lebih baik lagi.
Bastaman (1996), menyederhanakan dan memodifikasi metode logoanalysis sebagai berikut:
a. Pemahaman diri
Mengenali secara objektif kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan lingkungan, baik yang masih merupakan potensi maupun yang telah teraktualisasi untuk kemudian kekuatan-kekuatan itu dikembangkan dan kelemahan-kelemahan itu dapat dihambat dan dikurangi.
b. Bertindak positif
Mencoba menerapkan dan melaksanakan dalam perilaku dan tindakan-tindakan nyata sehari-hari hal-hal yang dianggap baik dan bermanfaat. Bertindak positif merupakan kelanjutan dari berpikir positif.
c. Pengakraban hubungan
Secara sengaja meningkatkan hubungan yang baik dengan pribadi-pribadi tertentu (misalnya anggota keluarga, teman, rekan kerja, tetangga, dan lain-lain) sehingga merasa saling menyayangi, menghormati, saling mempercayai, saling membutuhkan dan bersedia untuk tolong menolong.
d. Pendalaman dan pemahaman Tri nilai
Berupaya untuk memahami dan memenuhi tiga ragam nilai yang dianggap sebagai sumber makna hidup yaitu nilai-nilai kreatif (kerja, karya), nilai-nilai penghayatan (kebenaran, keindahan, kasih, iman), dan nilai-nilai bersikap (menerima dan mengambil sikap yang tepat atas derita yang tak dapat dihindari lagi).
e. Ibadah
Ibadah merupakan upaya mendekatkan diri pada sang pencipta yang pada akhirnya memberikan perasaan damai, tentram, dan tabah. Ibadah yang dilakukan secara terus menerus dan khusuk memberikan perasaan seolah-olah dibimbing dan mendapatkan arahan ketika melakukan suatu tindakan.
Berdasarkan uraian diatas metode menemukan makna hidup, yaitu pemahaman diri, bertindak positif, pengakraban hubungan, pendalaman dan pemahaman tri nilai, ibadah.
5. Dampak dari Menemukan Makna Hidup
Frank (2004) menjelaskan bahwa orang-orang yang menemukan makna hidup akan merasakan hal-hal yang luar biasa. Individu seperti menemukan pencerahan terhadap hidupnya. Individu mendapatkan insight atau pemahaman akan arti hidup yang sebenarnya. Individu seperti menemukan tenaga baru untuk melakukan hal-hal yang sebelumnya dianggap berat atau bahkan tidak mungkin.
Pendapat yang tidak jauh berbeda dikemukakan oleh Pangky (2003), dimana dia mengatakan bahwa individu yang menemukan makna hidup akan menemukan kebahagiaan dalam hidupnya. Perasaan puas akan pencapaiannya selama menjalankan hidup yang penuh dengan rintangan dan tantangan. Orang-orang yang menemukan makna hidup, merasakan kemudahan dalam setiap tantangan dan rintangan yang dihadapinya.
Bastaman (1996) menjelaskan bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang dicapai ketika seseorang telah menemukan makna hidup. Artinya individu akan mendapatkan kebahagiaan jika dirinya mampu dan telah menemukan makna hidup, bahkan dalam penderitaan sekalipun. Kebahagiaan merupakan tujuan hidup orang banyak, hal tersebut hanya bisa dicapai ketika manusia mampu memaknai setiap tindakan, pengalaman-pengalaman, rejeki yang telah didapat, dan memaknai setiap hal-hal kecil dalam dirinya.
Chopra (2006) mengatakan bahwa pada pertapa atau orang-orang suci, dampak dari menemukan makna hidup adalah segala-galanya. Dengan menemukan makna hidup, maka para pertapa atau orang suci tersebut telah merasakan bahwa dirinya telah mendekati sifat-sifat Tuhan atau Dewa. Dampak dari menemukan makna hidup tersebut, dapat terlihat dari perilaku sehari-hari, seperti hidup sederhana, berbicara dengan ramah dan sopan, selalu membantu dan menolong orang-orang yang membutuhkan pertolongan, memaafkan atau berbuat kebaikan pada orang-orang telah berbuat dzalim kepadanya dan sifat-sifat baik lainnya. Lebih lanjut Chopra (2006) menjelaskan juga bahwa pada orang-orang biasa, makna hidup dapat dicapai dengan melakukan meditasi atau Yoga. Pada orang-orang Islam, makna hidup dapat dicapai dengan berpuasa wajib ataupun sunnah, dan yang terpenting adalah bagaimana dirinya menjalankan shlat setiap lima waktu. Karena dalam Islam, meditasi tertinggi adalah shalat. Shalat berfungsi sebagai mediator seorang muslim untuk berkomunikasi dan lebih mendekatkan dirinya kepada Allah, dengan begitu maka seorang muslim akan menemukan makna hidup (Malik, 2001).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dampak dari menemukan makna hidup yaitu, seperti menemukan tenaga baru untuk melakukan hal-hal yang sebelumnya dianggap berat atau bahkan tidak mungkin, orang-orang yang menemukan makna hidup, merasakan kemudahan dalam setiap tantangan dan rintangan yang dihadapinya, individu akan mendapatkan kebahagiaan jika dirinya mampu dan telah menemukan makna hidup, bahkan dalam penderitaan sekalipun, Dampak dari menemukan makna hidup tersebut, dapat terlihat dari perilaku sehari-hari, seperti hidup sederhana, berbicara dengan ramah dan sopan, selalu membatu dan meolong orang-orang yang membutuhkan pertolongan, memaafkan atau berbuat kebaikan pada orang-orangtelah berbuat dzalim kepadanya dan sifat-sifat baik lainnya.
6. Proses Penemuan Makna Hidup
Reker (Bastaman, 1996) melihat proses makna hidup seseorang dalam suatu proses yang merupakan urutan pengalaman dari penghayatan hidup tak bermakna menjadi lebih bermakna yang disebut dengan proses penemuan personal meaning.
Lukas (1986), melihat ada dua bagian besar antara individu yang telah menemukan personal meaning dan individu yang masih mencari personal meaning. Individu yang belum menemukan personal meaning dapat dibedakan mejadi dua bagian lagi yaitu individu yang berhenti dan terperangkap (stuck) dalam pencarian mereka (people in doubt), dan individu yang masih aktif mencari personal meaning nya. Sedangkan individu yang telah menemukan personal meaning juga dibagi menjadi dua, yaitu individu yang memiliki sistem nilai piramidal (people in despair) dan individu yang memiliki sistem nilai parallel.
Kratochvil (dalam Lukas, 1986) mengungkapkan, individu yang memiliki sistem nilai piramidal adalah individu yang hanya memiliki satu nilai besar dalam hidupnya di atas nilai-nilai kehidupannya yang lain. Sedangkan individu yang memiliki sistem nilai paralel adalah individu yang memiliki beberapa nilai yang sama-sama kuat dalam kehidupannya, semua nilai yang dimilikinya sama berartinya. Kratochvil (dalam Lukas, 1986) juga menegaskan bahwa individu yang memiliki sistem nilai paralel, umumnya lebih sehat dan stabil daripada individu yang memiliki sistem nilai piramidal. Ada dua alasan yang mendasari pemikiran Kratochvil ini, yaitu ;
a.Individu yang memiliki sistem nilai paralel lebih mudah menggantikan (replace) nilai miliknya yang hilang. Misalnya, seorang ibu yang berhenti berkarir, masih memiliki prestasi lain di kegiatan sosial dan kesibukan dalam rumah tangganya. Sedangkan individu dengan sistem nilai piramidal, konsep keseluruhan hidupnya mudah dikacaukan (shambles).
b.Umumnya, individu yang hanya memegang satu nilai tertinggi, cenderung fanatik atau tidak dapat bertoleransi terhadap suatu situasi kehidupan. Misalnya, seorang ibu yang hidup hanya untuk anaknya, sulit untuk memahami perilaku ibu-ibu lain yang dapat menitipkan anaknya untuk pergi bekerja.
Viktor Frankl (2008) melalui pengalaman dalam kamp konsentrasi menemukan, makna hidup dapat ditemukan melalui karya atau tindakan (yang didedikasikan bukan hanya untuk diri sendiri), pengalaman mengenal seseorang dalam cinta, dan mengubah diri sendiri (mengubah tragedi jadi kemenangan).
Terdapat delapan hal yang oleh William C. Compton disimpulkan sebagai jalan paling umum dalam penemuan makna hidup, termasuk penderitaan dan melayani orang lain (www.rumahbelajarpsikologi.com, 2007) :
a. Meningkatkan Kesesuaian Antara Berbagai Aspek Identitas Diri dan Tujuan Hidup.
PenelitianLittle menunjukkan, makna yang lebih besar ditemukan bila terdapat harmoni, koherensi, dan kesesuaian yang lebih besar antara berbagai aspek identitas diridan tujuan hidupkita.
Contohnya, bila tujuan utama di dunia musik, seseorang akan merasa hidupnya lebih bermakna ketika ia juga bermain, belajar tentang musik, mengisi waktu dengan para musikus, dan melanjutkan hidupnya dengan bermusik. Sebaliknya, musikus yang frustrasi karena tidak memiliki waktu, usaha, atau bakat secara aktual bermusik, sangat mungkin merasakan hidupnya kurangbermakna.
b. MengembangkanSkema Kehidupan yang Konsisten
Peneliti lain, Thompson & Janigian (2008), sependapat dengan Little mengenai pentingnya kesesuaian berbagai aspek identitas diri dan tujuan hidup. Kesesuaian tersebut diwujudkan dengan adanya skema kehidupan yang konsisten (ajek), yang dimaksud skema kehidupan adalah kisah kehidupan atau narasi siapakah aku, hendak ke mana aku, persoalan yangdatang,danasumsi dasar mengenaidunia.
Skema kehidupan yang konsisten membantu kita untuk mengorganisasi kejadian yang dialami (menemukan makna hidup) den membantu pencapaian tujuan. Bila dalam perjalanan hidup kita terdapat pola yang ajek, ini jadi jalan bagi kita untuk menyimpulkan sebab-akibat dalam kehidupan. Berbagai peristiwa negatif pun dapat dirasakan maknanya bila kita dapat menemukan suatu penyebab atau alasan mengapa hal itu terjadi. Jadi, pencarian makna dapat dilihat sebagai bagian dari pencarian sebab-akibat atas peristiwa hidup kita di dunia.
c. Kesesuaian Situasi Saat Ini dengan Makna dan Tujuan Hidup Secara Keseluruhan
Park dan Folkman (Pangky, 1993) melihat, penemuan makna merupakan proses coba mengurangi kesenjangan antara makna situasi saat ini dengan makna den tujuan hidup kita secara global. Maksudnya, hidup penuh makna bila kita merasa situasi saat ini selaras dengan tujuan hidup kita secara keseluruhan.
Hal tersebut jugs berarti bahwa restorasi (pemulihan dari) kehilangan makna hidup merupakan proses berkurangnya ketidakselarasan antara makna situasi saat ini dengan makna den tujuan hidup secara global. Hal tersebut sering diperoleh melalui penemuan kembali sense of control (keyakinan diri sebagai pengendali hidup sendiri), predictability (sejauh mana yang kita peroleh dalam hidup terjadi sesuai usaha), serta pulihnya rasa kebajikan dan keadilandalamrelasi antar individudandunia.
Berarti individu juga dapat menemukan makna hidup melalui upaya mencapai tujuan. Tujuan hidup jadi panduan untuk mengarahkan usaha kita secara konsisten, sehingga kesesuaian yang dijelaskan di atas dapat tercapai, dan makna hidup ditemukan.
d.Melayani atau Dedikasi terhadap Sesuatu yang Bernilai
Individu dapat menemukan makna dan tujuan hidup pribadi dengan melayani orang lain. Akibatnya, kita akan merasa memiliki kontribusi bagi kesejahteraan umum dan melalui berbagaicaramembuat sesuatu yangberbeda didunia.
Kenyataannya, perasaan bahwa seseorang telah "melakukan sesuatu yang berbeda" merupakan salah satu elemen inti dari rasa bermakna den bertujuan. Perasaan hidup bertujuan berarti individu merasa dunia jadi suatu tempat yang berbeda disebabkan keberadaankita.
Menciptakan makna dan tujuan hidup adalah mendedikasikan diri terhadap sesuatu yang berharga. Dedikasi memungkinkan kita merasa terlibat di dalam urusan yang lebih besar daripada diri sendiri.
e.Kreativitas
Banyak orang menggunakan kreativitas untuk menemukan makna dan tujuan hidupnya. Dalam hal ini menciptakan sesuatu yang baru membuat hidup terasa penting, membuat kita mengalami hidup ini dengan cara yang berbeda, dan lebih menikmati hidup. Kreativitas dapat mencakup berbagai bidang, misalnya musik, ilmu pengetahuan, penemuan diri,dan sebagainya.
f. MenjalaniHidupdengan Sepenuhnya dan Mendalam
Seorang ahli yang lain, Yalom, menyatakan bahwa bagi sebagian orang, menemukan rasa bermakna dan bertujuan mencakup juga usaha untuk menjalani hidup ini secara penuh dan sedalam-dalamnya. Perlu dicatat, hal ini tidak berarti berusaha secara obsesif (mati-matian)menemukankenikmatan danmenghindaripenderitaan.
Kebutuhan untuk mengalami hidup secara penuh dapat memberikan perasaan aktif berpartisipasi dan keterlibatan dalam hidup. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan dalam teoriMaslowdanRoger (1994) mengenaiketerbukaanterhadappengalaman.
Terbuka terhadap pengalaman, berarti individu sadar akan stimulus dari luar maupun dari dalam diri, tanpa terhambat oleh mekanisme pertahanan ego (represi, proyeksi, dll). Konsekuensi dari keterbukaan, bahwa balk pengalaman menyenangkan maupun yang tidak memilikiaksesyanglamadalamkesadaran.
Dengan demikian, individu tidak tenggelam dalam pengalaman yang menyenangkan saja, atau tidak menyenangkan saja, dan justru dapat menemukan makna daripengalaman -pengalaman tersebut.
g.Penderitaan
Viktor Frankl (2006) menyatakan bahwa pendekatan kita dalam menghadapi penderitaan adalah penentu utama bagaimana kita menemukan makna dalam hidup. Bukan usaha pengingkaran diri, melainkan pengakuan bahwa melalui penderitaan dan kesulitan, kita didorong untuk kembali mengevaluasi hidup kita. Melalui re-evaluasi ini kita dapat mengalami transformasi. Penderitaanmerupakan stimulusuntukperkembanganspiritual.
Hasil penelitian Tedeschi dan Calhoun, ketahanan terhadap kesulitan hidup memiliki tiga keuntungan: 1) Kemungkinan meningkatkan kepercayaan diri; 2) Peluang untuk meningkatkan relasi antarpribadi; 3) Kesempatan mengubah falsafah atau menemukan maknahidup.