Mohon tunggu...
Tyas Astri Pallupi
Tyas Astri Pallupi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama Saya Tyas Astri Pallupi Mahasiswa IPB University, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Departemen Silvikultur . Saya mempunyai pengalaman sebagai asisten praktikum kehutanan perlindungan dan saya aktif di beberapa organisasi. Keterampilan saya adalah kepemimpinan yang kuat, berorientasi pada detail, menulis dengan baik dan terorganisir.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Buah Konyal Kekayan Tersembunyi di Lereng Cikuray

14 Juli 2024   17:58 Diperbarui: 14 Juli 2024   18:07 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gunung Cikuray yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat merupakan salah satu gunung yang populer di kalangan pendaki dan wisatawan. Selain keindahan alamnya, daerah di sekitar kaki Gunung Cikuray juga menyimpan kekayaan alam yang belum banyak dikenal oleh masyarakat luas. Salah satu kekayaan tersebut adalah buah konyal atau sering disebut sebagai markisa hutan. 

Berbeda dengan markisa biasanya, jika sudah matang buah ini berwarna oranye terang dan memiliki rasa manis yang segar. Buah ini juga memiliki berbagai manfaat seperti memperkuat sistem kekebalan tubuh, sumber vitamin C, menjaga kesehatan pencernaan dan masih banyak lainnya.  Selain nilai kuliner dan kesehatan yang tinggi, buah konyal juga berpotensi menjadi sumber ekonomi yang signifikan bagi penduduk setempat. Hal ini dikarenakan buah konyal hanya dapat dibudidayakan di daerah dataran tinggi seperti di kaki Gunung Cikuray, Desa Giriawas, Garut. 

Menurut Dedi Supriyadi, yang lebih akrab dikenal sebagai Kang Iyem, salah satu petani yang tinggal di kaki Gunung Cikuray, hasil panen buah konyal memiliki dua opsi utama penggunaan: dijual atau dikonsumsi langsung oleh warga sekitar. Meskipun buah ini bisa dikonsumsi langsung karena rasanya yang segar dan kandungan nutrisinya yang tinggi, mayoritas hasil panennya lebih sering dijual untuk menambah penghasilan petani. Proses penjualan buah konyal biasanya tidak dilakukan secara langsung ke pasar terdekat oleh para petani.

Sebaliknya, mereka memilih untuk menyerahkan hasil panen mereka kepada tengkulak. Para tengkulak ini kemudian mengambil alih distribusi dan pemasaran buah konyal, mengangkutnya ke daerah-daerah yang memiliki permintaan lebih tinggi seperti Bandung dan Jakarta. Penjualan melalui tengkulak ini menjadi pilihan bagi para petani seperti Kang Iyem karena dianggap lebih praktis dan memberikan jaminan pembelian yang lebih stabil. Namun, hal ini juga berarti bahwa petani tidak mendapatkan keuntungan maksimal dari penjualan buah konyal, karena harga yang ditawarkan oleh tengkulak biasanya lebih rendah dibandingkan harga pasar langsung.

Dokumentasi pribadi 2024 
Dokumentasi pribadi 2024 

Awalnya, pembudidayaan buah konyal di kaki Gunung Cikuray kurang terorganisir. Pohon buah konyal hanya dibiarkan tumbuh secara alami dan jarang dibudidayakan dengan baik. Namun, seiring waktu, para petani setempat mulai menyadari potensi ekonomi yang diberikan oleh buah ini, terutama dengan harga yang cukup stabil di pasaran. 

Melihat peluang tersebut, mereka mulai membudidayakan konyal dengan lebih serius dan terencana. Seperti yang diungkapkan oleh Kang Iyem, seorang petani setempat, pohon konyal di kawasan Gunung Cikurai awalnya hanya dianggap sebagai tanaman sampingan. Fokus utama para petani adalah pada tanaman sayur dan tanaman pokok lainnya. 

Akan tetapi, dengan meningkatnya kesadaran akan nilai ekonomi buah konyal, penanaman pohon ini kini dilakukan secara lebih masif dan sistematis. Para petani kini memanfaatkan setiap pohon rindang di kawasan tersebut sebagai tempat hidup bagi pohon konyal. Strategi ini tidak hanya meningkatkan jumlah pohon konyal yang bisa dipanen, tetapi juga memaksimalkan penggunaan lahan yang ada. Pohon-pohon rindang ini memberikan naungan yang ideal bagi pertumbuhan konyal, membantu menjaga kelembapan tanah dan melindungi tanaman dari paparan sinar matahari yang berlebihan. 

Penanaman konyal yang lebih terorganisir ini juga diiringi dengan penerapan teknik budidaya yang lebih baik. Petani mulai menerapkan metode pemangkasan yang tepat, pemberian pupuk organik, dan pengelolaan hama secara lebih efektif. Hasilnya, kualitas dan kuantitas buah konyal yang dihasilkan pun meningkat, memberikan pendapatan tambahan yang signifikan bagi para petani.   

Harga buah konyal yang dijual oleh petani ke tengkulak berkisar antara Rp.15.000,- hingga Rp.18.000,- per kilogram, tergantung pada musim dan hasil panen yang diperoleh. Satu pohon buah konyal dapat menghasilkan sekitar 2-3 kilogram buah setiap kali panen. Dalam satu kilogram buah konyal, terdapat sekitar 12 buah konyal berukuran besar atau 13-14 buah berukuran sedang. Namun sayangnya, buah konyal termasuk dalam kategori buah yang cukup langka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun