Dampak Buruk Iklan Kental Manis, Pemahaman Orang Tua tentang Asupan Gizi Anak yang Keliru
Lagi Tertarik Sama Pembahasan kesehatan Masyarakat, Eh Nemu Podcast yang Mengedukasi Banget dari https://www.youtube.com/watch?v=PkOeY2l6_MoÂ
Yang manis ternyata bikin miris ya moms, tau gak sih moms kalo sekarang anak-anak itu suka yang manis-manis contohnya kayak susu kental manis nih, nah dari sini banyak para moms yang salah mengartikan arti SKM sendiri yang akhirnya jadi penyebab dari maraknya anak yang kena penyakit stunting sama diabetes.Â
Mungkin dari para moms masih berpikir kalo SKM itu bisa jadi pengganti ASI karna iklan zaman dulu yang masih melekat di pikiran moms. Nah sekarang iklan SKM udah diubah dan diawasi langsung sama badan BPOM yang mengartikan kalo SKM itu buat toping masakan seperti martabak dan lain-lain, bukan buat pengganti ASI balita atau SUSU FORMULA anak-anak.Â
Mungkin buat sebagian moms ini masih berfikir kalo SKM ini selain rasanya manis dan harganya yang ekonomis, ini juga bisa menghemat uang belanja waktu pandemic kemaren, tapi dibalik itu semua kandungan dalam SKM itu gak baik buat kesehatan para balita dan anak-anak, perlu diketahui bahwa kandungan yang ada didalam SKM sendiri hampir 50% mengandung gula yang sangat tinggi, hal ini jika dikonsumsi terus-menerus bisa membuat anak-anak kita menjadi obesitas dan mendatangkan banyak penyakit, dari sini kita harus bijak memilih untuk kesehatan anak-anak kita moms.Â
Disisi lain para orang tua tetap ingin memberikan versi terbaik mereka, tetapi dengan cara yang salah meskipun secara gak langsung mereka sendiri sadar kalo SKM itu memang gak bagus buat dikonsumsi anak-anak apalagi dijadikan pengganti ASI. Mungkin banyak orang tua yang masih berfikir " dari pada gak minum susu sama sekali" mindset ini yang harusnya diubah menjadi mumpung harganya murah, menjadi kesehatan lebih mahal.Â
Kalo di hitung-hitung kandungan yang ada di SKM dalam 1 sachet itu terdapat 2 sendok makan takarannya, apakah anak kita mengkonsumsi SKM dalam 1 hari 1 kali? Misalkan 1 hari 3 kali siang, pagi dan malam, nah sudah itu berarti 1 hari anak kita bisa jadi mengkonsumsi 6 sendok gula, hal tersebut belum termasuk makanan yang berbahan manis. Padahal dari dulu sudah di himbau untuk berhati-hati kepada orang tua terhadap kandungan makanan yang diberikan anaknya. Generasi sekarang jika dilarang malah semakin melunjak, hal in yang harusnya selalu waspadai, apalagi SKM ini termasuk salah satu produk yang bebas diakses oleh siapa saja dan dimana saja, bisa saja anak membeli tanpa sepengatuan orang tua.Â
Kalo dasar masyarakatnya pada daerah susah untuk diberikan edukasi bisa menjadikan anak-anak mereka yang terkena imbas dampak kesehatan yang tidak seimbang, mulai dari kandungan makanan atau minuman yang mengandung gula berlebihan. Jika terlanjur seperti titu terjadi biasanya masyarakat baru tersadar akan pentingnya kandungan makanan yang diberikan kepada anak-anak mereka, ketika sudah banyak anak-anak yang terkena gizi buruk para orang tua baru akan tersadar.Â
Anak-anak zaman sekarang sangat berpeluang tinggi untuk terkena diabetes karna mereka memasuki era tekonologi yang menyebabkan mereka mengalami gejala mager, berbeda dengan zaman dulu para anak masih menggunakan akses jalan kaki untuk keperluan perjalanan mereka, atau melakukan permainan petak umpet, hal tersebut juga dapat memperngaruhi stabilitas kinerja otak, jika para anak-anak diberikan SKM 1 kali atau 2 kali dalam 1 harinya, maka otak tidak akan mendapatkan protein, hal tersebut dapat menurunkan kinerja otak anak-anak.Â
Sebagai pemerintah harusnya juga bisa mensuport para orang tua dengan memberikan edukasi di setiap posyandu akan kandungan makanan yang baik dan buruk. Maka dari itu peran orang tua maupun pemerintah sangat penting disini dimana orang tua merupakan CCTV tumbuh kembang para anak-anak mereka dan pemerintah dapat menghimbau para orang tua dengan ikut serta memberikan edukasi secara khusus demi penyelamatkan para anak-anak dan balita sehingga dapat terhindar dari penyakit kurang gizi, diabetes dan stunting
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H