Mohon tunggu...
Tiara Nur Badiah
Tiara Nur Badiah Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - public health student

study at Airlangga University -reading and writing fiction stories-

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Edukasi Program K3 (Kesehatan, Kebersihan, Kewaspadaan) Sebagai Kunci Menghadapi Tantangan Epidemi Demam Berdarah di Era Perubahan Iklim

27 November 2024   20:20 Diperbarui: 27 November 2024   20:28 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.app.goo.gl/iyQir9qcct679sLJ7

      

      Demam berdarah dengue merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat adanya penularan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini masih terus menjadi isu terhadap kesehatan masyarakat di Indonesia. 

      Jumlah kasus demam berdarah di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya, dan angka kematiannya juga relatif tinggi. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2020, angka kejadian demam berdarah di Indonesia mencapai 95.944 kasus. Dengan kasus sebanyak 925 di kota Jakarta Timur pada tahun 2021. Peningkatan jumlah kasus ini disebabkan oleh faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit demam berdarah. Salah satu faktor risikonya adalah lingkungan fisik atau iklim. 

     Di era perubahan iklim yang semakin ekstrem, tantangan kesehatan masyarakat menjadi semakin kompleks. Salah satu masalah kesehatan yang muncul sebagai dampak dari perubahan iklim adalah epidemi demam berdarah. Meningkatnya suhu global, perubahan pola hujan dan cuaca, menciptakan suatu kondisi yang lebih kondusif bagi perkembangan nyamuk pembawa virus ini. Dalam konteks ini, Peran Kesehatan Masyarakat adalah dengan mengadakan adanya Program K3.

     Aspek kesehatan dari program K3 menekankan pentingnya pemantauan dini dan pengobatan yang efektif. Mengedukasi masyarakat tentang gejala demam berdarah, seperti demam tinggi, nyeri sendi, ruam, dan pendarahan ringan, hal itu penting dilakukan agar individu dapat mengenalinya dan segera mencari pertolongan medis. Pemeriksaan kesehatan rutin dan melakukan kegiatan fogging setiap enam bulan sekali untuk membunuh nyamuk di sekitar lingkungan masyarakat.

     Kebersihan merupakan aspek penting dalam mencegah penyebaran penyakit demam berdarah. Salah satu pendekatan utamanya adalah pengendalian lingkungan untuk mengurangi tempat perkembangbiakan nyamuk, contohnya genangan air, seperti  bak mandi, pot bunga, dan wadah penyimpanan air, hal itu merupakan tempat ideal bagi nyamuk untuk bertelur. Mendidik masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan, termasuk rutin membuang dan membersihkan sampah yang berserakan di sekitar rumah, juga sangat penting untuk mencegah demam berdarah. Oleh karena itu, program peduli lingkungan perlu disesuaikan dengan kondisi masyarakat sekitar dan menggabungkan strategi adaptasi untuk mengatasi perubahan iklim, seperti perbaikan drainase dan pengelolaan air.

     Aspek kewaspadaan pada program K3 meliputi pengetahuan dan tindakan proaktif mengenai pencegahan dan pengobatan DBD. Mendidik masyarakat tentang cara menghindari gigitan nyamuk, seperti menggunakan lotion pengusir nyamuk, memakai pakaian pelindung, dan spray pembasmi nyamuk, merupakan bagian penting dari strategi pencegahan. Selain itu, meningkatkan kewaspadaan tentang tanda-tanda bahaya demam berdarah dan pentingnya segera mencari pertolongan medis. Kewaspadaan di era perubahan iklim juga mencakup adaptasi terhadap perubahan pola penyebaran penyakit. Tidak lupa melakukan kegiatan pemeriksaan jentik pada rumah warga untuk kewaspadaan telur nyamuk demam berdarah, sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya kasus penyakit demam berdarah.

      Program K3 tersebut menawarkan pendekatan yang menyeluruh dalam menghadapi tantangan epidemi demam berdarah, terutama di era perubahan iklim. Dengan fokus pada pemantauan kesehatan, pengendalian kebersihan lingkungan, dan peningkatan kewaspadaan, kita dapat mengurangi risiko penularan dan dampak demam berdarah. Penting untuk memahami bahwa perubahan iklim memperburuk situasi ini, sehingga memerlukan strategi adaptasi yang mudah dan berkelanjutan. Melalui edukasi yang efektif dan tindakan kolaboratif, masyarakat dapat lebih siap dalam menghadapi dan mengatasi epidemi demam berdarah, menjaga kesehatan dan kesejahteraan di tengah perubahan lingkungan yang semakin cepat.

KATA KUNCI: Demam, Edukasi, Epidemi, Iklim, Program

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun