Mohon tunggu...
Bahtiar Rifai
Bahtiar Rifai Mohon Tunggu... -

http://tyar.web.id/about

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Juara Umum, Sudah Biasa

23 Juni 2012   13:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:37 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Minggu ini dari mulai hari jumat kemarin sampai dengan sabtu minggu depan adalah minggunya akhirussanah ataw acara perpisahan kenaikan kelas atau pentas seni (pensi) bagi sekolah tingkat umum (SMU), acara tersebut biasanya disiapkan panggung di halaman sekolah juga ditampilkan kebolehan/bakat siswa-siswi sekolah tersebut. Sabtu pagi, 23 Juni 2012 tepatnya pukul 8.00 saya hendak berangkat kerja dari rumah, ketika sedang menghidupakan sepeda motor ada suara yang tertuju ke saya dari kejauhan yaitu Ibu saya meneriakan; "ambilin rapot Rahma di Sekolahnya bisa gak" dan saya menjawab dengan keras; "bisa kali nanti jam 11.00 siang, kerjaan selesai langsung ke Sekolahnya". Sabtu ini saya datang ke Sekolah saya tidak mengajar seperti biasanya, hanyasanya meminta tanda tangan rapot kenaikan kelas yang semalam saya isi kepada Kepala sekolah. di Sekolah suasana santai diramaikan dengan siswa yang sedang latihan pidato bahasa inggris, arab, di ruang-ruang kelas saya lihat ada yang latihan menari, marawis, hadroh ada juga yang membuat dekorasi panggung dan sebagainya. Karena meraka mempersiapkan untuk tampil senin depan tanggal 25 Juni 2012. Tepat pukul 11.00 saya pamit kepada rekan-rekan guru mau ke Sekolah adik saya untuk ambil rapot. sekolah yang saya tuju adalah tempat saya sekolah ketika SLTP dan ketika saya SMU boleh dibilang saya alumni sekolah tersebut. Tiba di sekolah tersebut yang siswa-siswinya berjumlah sekitar 2000-an, saya mendengar suara orang pidato dengan nada keras "acara apa yah?" tanya saya dalam hati. ternyata setelah saya tanya kawan lama yang juga mengajar di sekolah tersebut; "ini acara apa? ia menjawab; "acara isro' mi'roj", sambil ngobrol dengan dengan kawan-kawan lama, saya sms adik saya, pikir saya pasti dia bawa hape karena biasanya setiap sekolah hape ditinggal dirumah, saya: "d kls mn rahma" rahma: "dblkng, kls 85 tapi blm mulai bagiin rapotnya" Acara ceramah agama selesai, berlanjut acara pemberian penghargaan kepada siswa-siswi yang berprestasi, saya mendengar; "juara umum kelas 8, diperoleh oleh kelas 85 yaitu; Rahma Hidayah". Saya langsung bergegas ke depan panggung ternyata adik saya Rahma Hidayah menemui saya di halaman depan sekolah yang jadi pertanyaan saya dalam hati "apakah rahma mendengar pengeras suara menyebut namanya?, kenapa tak ada akspresi dari gerak tubuhnya?, kok gak ada senyum di lesung pipinya". Dengan bangga saya mengajak rahma ke panggung "ayo ke panggung nanti abang foto" ia naik ke panggung dengan tampang biasa saja tanpa kelihatan rasa bangga, saya jadi malu sendiri. [caption id="attachment_338" align="aligncenter" width="540" caption="Juara Umum kelas 85"] [/caption]

Kisah ia sebagai juara umum mungkin yang se-sekian kali dari mulai SD setiap akhirussanah MC mengatakan; "ini lah juara umum MI Al Muhajirin yang tak asing lagi.. Rahma Hidayah" juga seringkali di kalungi medali ketika lomba puisi, sampai diutus ke Bandung atas nama Kota Bekasi, bahkan tidak boleh ikut serta lomba Puisi tingkat kelurahan karena sudah beberapakali juara.

Kembali ke acara kenaikan kelas waktunya terima rapot dari wali kelas satu hal yang saya tanyakan kepada wali kelas mengenai beasiswa prestasi apakan seorang Rahma Hidayah tidak layak menadapatkannya? karena ia tidak mendapatkannya. saya :"disini ada beasiswa prestasikan Bu? Bu Guru : "emang Rahma belum dapet? saya: "belum" Bu Guru: "yang waktu bapak ketemu saya minta beasiswa" saya: "waktu saya minta keringanan karena karena Rahma yatim, tapi yang saya pengen rahma dapat beasiswa karena prestasinya, dulu kakak-kakaknya pernah juara umum dapet beasiswa prestasi?" Bu Guru: "o..gitu, nanti saya ajukan kebagian bendahara" saya : "makasih Bu" Kemudian rapot saya masukan ke tas saya dan beranjak pulang dengan sepeda motor butut saya, terpikir di jalan ketika mengendarai sepeda motor; "atmosfir apa yang menyebabkan juara umum sudah biasa di raih rahma dan kakak-kakaknya, biasa membaca kah?, rajin bertanya kah?, atau membuka wacana yang ilmiah ketika ngobrol bersama? akankah nanti ketika anak saya sudah besar atmosfir, keluarga juara tercipta?, apa yang harus saya contohkan kepada anak saya kelak seperti bibi-bibinya? ini tanda tanya besar bahkan PR bagi saya. Tiba dirumah, Rahma mengucapkan salam tidak ada ekspresi "mama aku dapet juara umum" atau "kak aq dapet juara umum tau kak" bahkan rapot dan piagam penghargaan juara umum yang ada di tas saya pun tak ada yang membuka dan melihatnya, padahal mereka sudah saya kasih kabar melalui sms kalau Rahma dapat juara umum. yang jadi pertanyaan saya "apakah jika Rahma dapat apresiasi dari kakak-kakaknya dan mamahnya, kemudian Rahma akan manja atau prestasinya menurun akibat pujian-pujian tertuju padanya?". Inilah suasana keluarga sang juara, tak heran dan tak kagum dengan prestasi juara yang diraihnya , satu tahun yang lalu saya mengapresiasi sebuah hape android. tahun ini  penulis sebagai kakaknya mengapresiasikan melalui tulisan ini Semoga sepenggal kisah dapat menginspirasi anda bahkan keluarga anda, menciptakan keluarga juara. Salam edukasi. *sebelumnya di posting di Tyar Blog

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun