Belakangan ini, Pilpres 2014 semakin menegangkan. Hal ini dimulai dengan adanya perbedaan hasil quickcount, yang mana terdapat 8 lembaga survei yang memenangkan Jokowi-JK dan 4 lembaga survei yang memenangkan Prabowo-Hatta (sumber berita, diakses 15 Juli 2014, pukul 13:53). Dengan demikian, ke dua kubu mengklaim kemenangan versi mereka.
Selain itu, muncul pula berita tentang hasil scan formulir C1 dari 17 TPS di Ketapang Barat yang menunjukkan tidak ada satu pun yang mendukung capres dan cawapres nomor urut 2, Jokowi dan JK (sumber berita, diakses 15 Juli 2014, pukul 14:19). Ya ... kalaupun Prabowo dan Hatta menang di 17 TPS ini, saya pikir itu tidak berarti bahwa semua pemilih memang hanya mencoblos capres dan cawapres nomor urut 1. Saya yakin, ada segelintir pemilih yang juga memilih Jokowi dan JK pada Pilpres yang diadakan pada 9 Juli 2014.
Pada akhirnya, kita berharap penuh kepada KPU agar tetap independen dan netral dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka, khususnya dalam menghitung rekapitulasi suara Pilpres 2014. Itu sebabnya, kita harus tetap mendukung KPU agar tetap independen. Jangan sampai KPU terintimidasi pihak-pihak tertentu sehingga akhirnya justru ikut-ikutan berbuat curang.
Maka itu, saya berharap agar teman-teman mau menandatangani petisi yang dibuat oleh Ketua BEM UI, Mohamad Ivan Riansa sebagai bentuk dukungan kita kepada Komisioner KPU dalam menjaga independensi mereka, juga meminta kepada pihak Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK menghentikan segala bentuk klaim kemenangan agar tidak memperkeruh suasana saat ini.
Yuk, kita tanda tangani petisi ini dengan mengklik link http://bit.ly/DukungKPU
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H