Mohon tunggu...
Tya Rizal
Tya Rizal Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

aku hanya seorang cewek, yang banyak dibilang "ga ada feminimny dikitpun".. aku cuek, bawel, enggak bisa diem, suka jalan-jalan, suka petualang, suka nyari sesuatu yang baru.. temen baru.. sodara baru.. sekret baru.. rumah baru.. pacar baru.. ktp baru.. hahaha penasaran?? liat FB aq aj, otre.. http://www.facebook.com/TR04026

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hibbah Sejuta buku untuk Manusela

24 Maret 2012   11:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:32 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peta Taman Nasinal Manusela

Manusela, desa kecil yang berada di ketinggian 761 dpl berada di antara 2 gunung, gunung Morokele dan gunung Nasalala. Di desa benar-benar merasakan bagaimana suasana di desa yang sebenarnya, karena warga yang ramah, alam yang asri dan indah serasa menghipnotis untuk berlama-lama tinggal disana. Dusun Manusela yang berada di Pulau Seram, Maluku Tengah, optimis untuk ciptakan pemimpin masa depan. Tampak sejumlah siswa Sekolah Dasar YPPK Manusela optimis untuk meraih cita-citanya. Meskipun bermodal alat tulis seadanya dan minimnya fasilitas belajar mengajar.

13325166091414358155
13325166091414358155
Siswa Sekolah Dasar YPPK Manusela
1332516805167606556
1332516805167606556
Kita tentu ingat dengan Film Laskar Pelangi, perjuangan para siswa sekolah di Belitong untuk tetap mempertahankan impian mereka mengejar cita-citanya. Gambaran sekolah Muhammadiyah Gantong di Belitong ini , hampir sama dengan sekolah YPPK Manusela. Di sekolah ini pula hanya terdapat satu orang guru dan tidak ada sekolah lanjutan seperti SMP dan SMA. Bahkan siswa kelas VI harus mengikuti ujian nasional di kecamatan Masohi, yang jaraknya puluhan kilometer dan hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama tiga hari menuju desa Moso. Kemudian menyebrang pulau dengan perahu kecil dengan tarif Rp 20.000/orang. Ironis memang, namun mereka tidak bisa berbuat banyak. Demi cita-cita, perjalanan panjang menembus hutan harus dilewati. Mungkin timbul pertanyaan besar dalam benak anak-anak polos ini, siapa yang bertanggung jawab terhadap cita-cita kami?

Harapan terbesar mereka hanya bisa membaca dan menulis, karena ini menjadi kunci untuk melihat jendela dunia. Sayangnya harapan untuk anak-anak ini terhambat dari pengaruh ekonomi sosial para orang tua, mengingat Dusun Manusela yang jauh dari keramaian tidak bisa memutar roda perekonomian dari hasil kebun dan tanaman lainnya. Hal ini membuat para orang tua harus berfikir dua kali untuk melanjutkan tingkat pendidikan anaknya.

Yuli Lilihata (29) selaku guru sekolah satu-satunya mengatakan, kebanyakan para orang tua tidak mampu untuk melanjutkan sekolah anaknya, karena mereka pun tidak ada pemasukan uang. Hasil panen cengkeh, kasbi (umbi-umbian) dan budidaya anggrek hutan Manusela tidak bisa dijual. Selain jarak yang jauh ke Moso dan Tehoro, hasil yang diterima pun tidak seberapa. Hasil panen untuk keperluan makan sehari-hari saja. "Ada juga beberapa orang tua yang mampu menyekolahkan anaknya hingga ketingkat SMP dan SMA dengan menitipkan ke famili yang ada di kota Ambon. Tapi kebanyakan tidak kembali lagi ke Manusela. Sehingga dusun ini selalu kekurangan tenaga ahli yang bisa diharapkan," Tambah Yuli bercerita.

Potret buram pendidikan yang ada di dusun Manusela hanya sebagian kecil dari seluruh sekolah yang berada di daerah pedalaman Indonesia. Keterbatasan fasilitas, sumber daya tenaga didik dan rendahnya sosial ekonomi stasus masyarakat menjadi hambatan. Peran pemerintah dan masyarakat yang peduli terhadap pendidikan sangat dibutuhkan dalam menunjang Indonesia lebih maju.

Tamasya, tribute to Manusela

Kegiatan ini dari sebuah Blogger Hibah Sejuta Buku, yang diawali oleh salah seorang blogger Prima Wahyudi. Dari situ, gerakan amal menyumbangkan buku pun mulai bergulir. Berangkat dari falsafah "Pemberian yang paling berharga adalah memberikan benda yang paling disayangi atau dicintai" maka buku buku menjadi pilihan untuk disumbangkan. Berharap beberapa dari yang hadir dapat menyisihkan segenggam cinta. Bisa berwujud buku bacaan untuk adek2 SD, buku paket pelajaran lama maupun baru, alat perlengkapan sekolah, uang receh, atau hanya sekelumit doa.

Dari latar belakang di atas, Tamasya sebuah band Jember membuat sebuah acara semacam konser amal kecil sebagai persembahan untuk siswa di Manusela. Acara tersebut dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 21 Maret 2012 di Kedai Gubuk (belakang hotel Royal jember, tepatnya di jln. Karimata) pukul 19.00 - 22.00 WIB. Partisipasi yang dilakukan melalui donasi berupa buku pelajaran bagi anak SD, buku tulis, alat alat sekolah dan uang. Sambil berdendang, ingin mengajak semua kawan untuk berbagi dan menyisihkan sedikit rejeki bagi saudara kita di Manusela.

1332573706644833307
1332573706644833307
doc www.tamasyakata.com
1332585064197801731
1332585064197801731
doc Jhon R Tambunan

http://www.tamasyakata.com/2012/03/tribute-to-manusela.html

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun