Mohon tunggu...
Florensia SetyaNingrum
Florensia SetyaNingrum Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam di Universitas Muhammadiyah Jakarta, Penerima Beasiswa Program 1000 Da'i BAMUIS BNI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Karena Meninggalkannya, Kita Kembali Terpuruk

6 Oktober 2024   18:20 Diperbarui: 6 Oktober 2024   18:23 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

DAHULU, RASULULLAH MENGUATKAN umat Islam dengan Al-Qur'an. Pemudanya ditarbiyah baik-baik dengan totalitas. Bukan hanya sekadar mempelajari atau menghafalkan, namun mereka ber- lomba-lomba mentadabburi dan mengamalkan. Sehingga, wajar bila kita jumpai kisah-kisah hebat dari para sahabat Nabi. Mereka kuat dan ditakuti oleh lawan. Mereka menanggalkan kehidupan dunia, demi mengejar kehidupan yang abadi. Sehingga mereka menjadi pemuda akhirat, bukan pemuda dunia.

Bukan hanya pemuda, lelaki dewasa dan muslimah pun berlomba- lomba melakukan hal yang sama. Dalam kurun waktu 22 tahun lebih, Islam berhasil menjadi pondasi yang kokoh. Sukses menaklukkan kota Jahiliyah, Mekah, hingga membentangkan sayap Islam menundukkan kaum yang berkuasa pada masanya. Adalah Yaman, Persia dan Roma- wi, sebagai negeri adidaya pada masanya. Sehingga Islam menjadi aga- ma yang disegani oleh lawan, namun disayangi oleh kawan.

Apa kunci keberhasilan pemeluk Islam? Karena mereka dekat dengan Allah dan Al-Qur'an. Mereka mengaplikasikan semua tuntunan Islam. Mereka lekat pada Qur'an sebagaimana manusia masa kini akrab de- ngan gadget di tangan. Sejak bangun hingga tidur lagi, mereka selalu membahas Al-Qur'an. Semua hal-hal yang diucap dan dilakukan me- ngandung unsur kebermanfaatan. Maka lahirlah banyak pengetahuan dan para ilmuwan, penguasa yang bijak, negeri yang tenteram, tanah yang sejahtera, serta kehidupan yang tenang.

Namun, ketika negara api menyerang... Wafatnya satu-persatu peju- ang Islam, mereka pun digantikan oleh generasi yang tidak menjadi- kan Al-Qur'an sebagai pegangan. Mereka mulai menoleh dunia, cinta secara berlebihan, hingga di hatinya hanya ada tentang kehidupan. Fashion menjadi hal candu, hingga lupa cara berpenampilan seder- hana. Food menjadi hobby baru yang harus dicicipi segala rasa, sibuk mengenyangkan perut, hingga tak tahu puasa sunnah.

Gadget menjadi barang kebutuhan dan sahabat sejati yang setiap detik menemani, hingga Al-Qur'an tersingkirkan dan berdebu dalam lemari Syukur-syukur jika sehari membaca satu ayat, nyatanya masih banyak juga yang satu hari tidak pernah mengaji sama sekali. (begitupun de- ngan salat). Memikirkan bukan mahram atau pacar menjadi hal yang lumrah, bahkan menangisinya sudah biasa. Sementara menangisi dosa-dosa dianggap hal yang lebay,

Hal-hal itulah yang membuat generasi kita lalai dan lemah. Hingga mudah didikte oleh kaum kafir. Di mana medianya lebih kita perca ya daripada Al-Qur'an. Public figure-nya menjadi panutan, bukan lagi Nabi dan sahabat/ sahabiyah. Gaya hidupnya menjadi kebanggaan, sedangkan gaya hidup Islam dianggap tidak toleran. Bahkan peme luknya digembar-gemborkan sebagai teroris, dan kita sebagai sesama Muslim hanya bisa diam berkutik tanpa membela lantaran sibuk de ngan urusan masing-masing.

Maka wajar, bila Islam merosot dan mengalami kemunduran yang ter amat sangat. Bukan karena cahaya Islam yang telah padam, namun pemeluknya yang sama sekali tak bersinar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun