Mohon tunggu...
txsas .
txsas . Mohon Tunggu... -

txsas=texsas salah satu kota tersibuk di Amerika. Di sini txsas merupakan samaran seseorang penggemar kompasiana yang senang menulis dan sedang belajar menulis apa saja yang bermanfaat. Mengkritisi berbagai kebijakan yang tidak "berpihak" kepada publik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sulitkah Meminta Maaf?

7 Februari 2010   11:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:03 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DALAM kondisi hati lapang, pikiran jernih sambil berkelakar kita bisa menghamburkan maaf berkali kali. Sebaliknya, ketika hati dan pikiran kacau disulut emosi karena sesuatu atau perilaku yang tidak kita sukai, tanpa pikir asal-usul persoalan, meminta maaf sebuah pekerjaan berat dan sulit. Biasanya dua pihak berselisih paham saling tunggu melontarkan ucapan,"maaf". Padahal membuka pintu maaf, apalagi datang meminta maaf adalah sikap terpuji. Dan sikap terpuji itu mulia untuk  diteladani.

Sebagai makluk sosial, manusia merupakan sumber kesalahan, baik disengaja atau tidak. Dari tindakan dan perbuatan, ucapan, pendengaran, kaki, tangan, hati serta pikiran  kita tanpa disadari menimbulkan kesalahan. Tinggal menimbang apakah kesalahan itu besar atau hanya berupa kekeliruan kecil saja. Diluar itu yang membedakan kita dengan makluk lain adalah moral, etika, sikap satria siap mengakui kelebihan, kekurangan. Membuka pintu maaf dan berani meminta maaf.

Apakah kekeliruan sama dengan kesalahan? Bisa ya bisa tidak.  Meminta maaf bukan berarti mempunyai kesalahan atau kekeliruan. Lebih dulu meminta maaf adalah gambaran sebuah kerendahan hati, kebesaran jiwa dan bentuk tanggung jawab yang bersifat manusiawi dari seorang Bapak kepada anak-anaknya. Seorang pemimpin kepada bawahan, seorang kepala negara kepada para pembantu serta rakyatnya.

Tidak mudah memang membuka pintu maaf, apalagi meminta maaf, diperlukan kebesaran jiwa, hati dan pikiran yang jernih serta kerendahan hati seseorang bahwa sebagai manusia kita tidak akan pernah luput dari kekurangan. Dan kealpaan, kesalahan yang  sama bila dilakukan berkali x bukan lagi kekeliruan tapi tentu kesengajaan namanya. Perlu dipertanyakan apa motifnya melakukan kesalahan serupa berulang-ulang secara sadar. Tidak mau merubah, apalagi meminta maaf atas kesalahannya.

Nah, sekarang baiknya saya minta maaf dulu, karena tulisan ini sebenarnya belum selesai, tapi buru-buru di posting...maaf  ya,...salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun