Mohon tunggu...
Habirun Rahmat
Habirun Rahmat Mohon Tunggu... -

Assalamu alaikum wr.wb. Salam sejahtera bagi kita semua... Bermottokan sebuah lantunan kata sang pujangga, termotivasi oleh sebuah syair puisi romansa zaman kolonial berbobot kritikan, serta terpanggil oleh hasrat jiwa yang senantiasa ingin tahu sesuatu. sayapun hadir dan bergabung disini. hehehe...sok puitis namun tanpa makna mungkin itulah saya. saya bukan sastrawan apalagi politikus, tapi bukan juga seekor tikus kantor seperti para koruptor dibangsa nelangsa entah berantah ini loh. lalu siapakah saya, sayapun bingung. yang jelas saya adalah apa yang teman-teman saksikan hari ini, hanyalah sang pemimpi yang senantiasa berharap kelak mimpi itu menjadi kenyataan dan sang petualang yang menelusuri apa yang telah digariskan sang khalik.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terimakasihku

16 Mei 2010   15:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:10 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat kebutaan membungkus asaku
saat kumenangis didalam gelapku
Kau hadir dengan cahaya surgawimu "IBUKU"

Saat kepincangan hadir dimasa depanku
Saat kulumpuh didalam citaku
Kau raih tanganku dan mengajakku bangkit "AYAHKU"

Saat mulut dunia berbisik riuh ditelingaku
Saat sinar dawai kehidupan bersinar lirih dikalbuku
Kau bisikan tawa renyahmu "ADIKKU"

Saat ketegaran cintaku rapuh
Saat angkuh menghiasi syair asmaraku
Kau benamkan kepalaku dihangatnya pelukmu "SAHABATKU"

Butiran cinta dan hangatnya kasih sayangmu
Begitu menyentuh didalam ragaku, masuk kedalam sukmaku dan hadir dijiwaku
Kuyakin ragaku padamu karena kuyakin kasih sayangmu ada pada diriku.

"Surabaya, 16 mei 2010"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun