Dalam rangka menyambut Lustrum X Universitas tahun 2010, Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya bekerjasama dengan Teater Koma mempersembahkan Drama Sampek Engtay. Pentas diadakan di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki pada 5-6 Januari 2010. Drama ini diangkat dari kisah percintaan klasik Cina yang telah diadaptasi ke kondisi Indonesia dalam naskah Sampek Engtay 2005 karya sutradara Nano Riantiarno. Tersebutlah Engtay, putri semata wayang keluarga Ciok di Serang, berniat pergi bersekolah ke Betawi. Sayangnya, pada masa itu sekolah hanya diperuntukkan bagi kaum lelaki, sementara perempuan hanya diwajibkan mengurus perkara rumah tangga. Dengan kecerdikan dan keahliannya menyamar, Engtay akhirnya diperbolehkan orangtuanya bersekolah di Betawi. Dalam perjalanan Engtay bertemu dengan Sampek. Mereka kemudian saling mengangkat saudara. Waktu berlalu dan perasaan cinta Engtay terhadap Sampek makin kental. Namun, bukankah Engtay sedang menyamar sebagai laki-laki karena ingin bersekolah? Haruskah Engtay membukakan rahasia besarnya itu kepada Sampek? Apakah kedua sejoli ini berhasil merangkapkan jodoh mereka? Drama ini menampilkan bakat-bakat muda Universitas Atma Jaya, dalam kolaborasi mereka dengan pemain-pemain Teater Koma: Salim Bungsu sebagai Dalang, Dudung Hadi sebagai Sukiu, dan Paulus Simangunsong sebagai Sampek; juga para pemusik yang selalu mendukung pementasan Sampek Engtay Teater Koma sebelumnya. Kisah yang dipentaskan selama sekitar 3 jam ini mampu membius ratusan penonton yang memenuhi ruang teater. Pemeran Dalang dan Sukiu - yang sepertinya memang jenaka dari sananya - membawa kemasan humor segar dalam hikayat percintaan tragis ini. Peran Engtay dibawakan dengan baik oleh Christina Maria Panjaitan, lengkap dengan kemampuannya bernyanyi. Tak kalah menarik adalah peran-peran sidekick Nyonya Ciok oleh Michele Andina K. dan Kapten Liong oleh Allen Guntara yang menyuguhkan kualitas akting yang sama baiknya. Hal ini tentunya tidak lepas dari gemblengan para pekerja Teater Koma dalam melatih dan membimbing sejumlah mahasiswa dengan keinginan kuat dan bakat seni ini. Pentas semakin menghibur dengan iringan musik bernuansa etnik Cina-Betawi, lirik lagu memikat ("apa tak mungkin kita membalik langit, mengaduk lautan.." dan sebagainya) dan koreografi apik. Pentas drama ini menjadi alternatif hiburan yang menarik untuk disimak; terlihat dari variasi kelompok masyarakat yang hadir memenuhi kuota bangku penonton - dari para penggiat teater, pelajar, mahasiswa, pekerja dan rombongan keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H