Mohon tunggu...
Twenty Ages
Twenty Ages Mohon Tunggu... Guru - pingn nulis terus

tegal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Kamu dan Kopi

23 Februari 2022   16:24 Diperbarui: 23 Februari 2022   16:31 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Udara dari kipas angin membantuku mengatasi ketidakkaruan yang hanya aku rasakan seorag diri, karena kuedarkan pandangan ke beberapa pengunjung dan semuanya nampak nyaman tidak kegerahan. Sementara aku begitu gugup dengan jantung yang masiih berdegup dengan cukup kencang.

Duduk didepanku sosok laki-laki yang selalu aku tunggu kabarnya, yang selalu aku tanya disetiap harinya, yang selalu aku ajukan pertanyaan untuk membuatnya berdiam diri disana dan membalas chatku hehehe (sedikit egois memang tapi aku menikmati itu semua). Aku selalu memaksanya untuk bertahan, bercerita, berkomentar dengan pertanyaan dan pernyataan yang aku ajukan, entah bagaimana tapi tak ingin melewatkan pesan yang dia kirim,aku selalu membalasnya secepat aku bisa karena itu membahagiakankku.

Kutatap laki-laki yang memiliki postur lebih tinggi dari ku dan mulai menikmati kentang goreng yang tersedia diatas meja, aku mulai menikmati semua yang Tuhan berikan padanya, paras wajah yang membuatku tersipu setiap aku meliriknya, mata yang membuatku merasa nyaman dengan tatapannya, pipi, bibir, aku menikmati itu hari ini tanpa sekat dan sangat dekat.

"mau ini ga? Ini enak. Aku suappin". Tanganmu menyodorkan sendok dengan isi makanan yanng tadi kamu pesan persis kemulutku dan aku menerima suapan pertama, di pertama kita bertemu ya hari ini di tempat ini. Dan lagi-lagi kipas angin menyelamatkan kegugupanku dengan udara dinginn yng diantarkan.

" Gimana hari ini, kerjaan baik. Ada yang godain ga?," Ga bole genit loh. Ucapmu dengan mulut penuh pisang goreng krispi coklat.

" Baik, semuanya sesuai dengan jadwal kerjaaan. Ada yang godain dikitlah ini juga gegara kamu, siapa lagi biang keroknya. Puas?" Ucapku sembari menatapnya.

 Beberapa hari terakhir  memang aku menjadi pusat perhatian teman-teman dikantor, karena kebiasaan baru yang aku lakukan dan tidak pernah dilakukan sebelumnya. Bagaimana mereka tidak heran dan dengan senang hati menjadikanku bulan bulanan guyon, teman kantor terbiasa melihatku seger (ibarat es teh disiang hari yang diminum pda saat cuaca sedang terik teriknya) itu ya kalo jam pagi, masih enak dilihat. Begitu memasuki jam istirahat kelar itu kesegaran hahahah lenyap disapu bakwan saat makan siang, dan lipstik berbaur dengan kuah soto dari warung andalan, alhasil muka pas pasan muncul dipermukaan. Akan tetapi semua menjadi berbeda ketika beberapa hari terakhir aku mulai menyapukan bedak dan memoleskan lipstik sesaat setelah selesai jam istrah, sehingga kesegaran muka pun nampak paripurna pagi hingga sore jam kantor selesai

"Wedeh, tumben amat muka keliatan disiang hari ti".

"Kan aku baru tahu ternyta dirimu punya kumis tipis, gegara siang ini mukamu kelihat kinclong sampe bulu kumis tipis aja ga malu-malu buat  pamer".

"Nah, gini terus biar kaya cewe,".

Itu beberapa ledekan yang meluncur  dari mulut temen-temen kaya bayi jatuh dari prosotan, enteng dan tanpa beban meluncur bebas dan deras menilai penampilan dan pastinya kesegaran muka ku yang tidak seperti biasa. Dan dalang dibalik itu semua adalah pria yang duduknya pindah dari depanku sekarang bersebelahan denganku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun