Mohon tunggu...
Mas Titus
Mas Titus Mohon Tunggu... karyawan swasta -

An eagle-scorpion, a provocative mystic, and a happy single-living magnet

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Setan-setan Dilepas Saat Ramadhan

18 Agustus 2012   05:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:35 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Puasa itu bikin dehidrasi yang akibatnya justru bikin kita mudah marah-marah, gampang nyolot, dan cepat tersinggung dibanding saat kita tidak berpuasa. Dengan kata lain, puasa itu justru melepas setan-setan untuk lebih mudah membisiki kita kejahatan. Maka tidaklah heran tindak kekerasan dan kejahatan meningkat 3-6 kali lipat saat Ramadhan, karena memang ada korelasinya, selain faktor ekonomi tentunya.

Penelitian mutakhir yang dilakukan Lawrence E.Amstrong, pakar hidrasi dunia dan Harris R.Lieberman, pakar neuro kognisi, menyebutkan dehidrasi sebesar 1,5 persen SAJA akan menyebabkan turunnya konsentrasi dan daya ingat, kelelahan dan ketegangan emosi (mood).

Justru itulah puasa dibuat sebagi latihan. Ujian-ujian terhadap kesabaran ditingkatkan, semacam stress test! Makin banyak latihan, rentang kendali emosi kita akan semakin bagus. Bagi mereka yang cepat marah, latihan pengendalian emosi saat puasa akan memperpanjang sumbu kemarahannya, bagi mereka yang terlanjur marah akan semakin cepat pulih dari kemarahannya. Sekarang kita maklum kan, bila pas puasa teman-teman kita justru mudah tersinggungan, itu alamiah, dan dia sedang latihan sama seperti kita. Dengan kata lain : What doesn't kill you makes you stronger.

Jadi, kata siapa puasa itu ritual yang tak penting? Tak penting buat siapa? Puasa adalah cara ampuh untuk latihan batin. Dan akan lebih indah menganggap puasa bukan dari urusan pahala atau dosa, tapi sebagai latihan bathin, dua  sudut pemahaman yang sangat berbeda. Hakikat hanya bisa dicapai melalui praktek, melalui latihan. Dan masa kita di dunia ini pada hakikatnya adalah puasa seumur hidup. Salaam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun