Dari seorang dewasa yang sudah menikah, tentun mempunyai tanggungjawabnya sendiri terhadap keluarga, maka dari itu seorang lelaki harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan yang akan di hadapi sejak menikah, baik kebutuhan secara lahir maupun batiniah.
Disini saya sedikit menceritakan perjuangan untuk menafkahi keluarga dari seorang yang hanya lulusan sekolah menengah kejuruan, yaitu bapak onal yang bertempat tinggal di sebuah kota di Profinsi Gorontalo.
Semenjak ia lulus sekolah kejuruan, ia langsung mencari pekerjaan tak seperti anak-anak lain yang setelah pengunguman kelulusan hanya bermain-main saja sambil menunggu ijasah mereka terbit dari sekolah. Ia langsung melamar kerja di toko mesin yang pemiliknya orang cina bertempat di pusat kota Gorontalo.
Bayangkan saja ijasahnya belum di terima, tetapi ia sudah melamar pekerjaan. Disaat itupun ia di terima bekerja oleh pemilik toko, dan setiap minggunya menerima upah. upah yang di hasilkan di bagi dua dengan kedua orang tuanya.
Dari tahun ke tahun ia berpindah tempat kerja, dari karyawan toko selama 10 bulan, sekuriti salah satu kantor BUMN selama dua tahun, dan terakhir di beberapa bank finance, di tambah beliau melanjukat sekolah ke universitas suwastta di kota Gorontalo dengan mengikuti program studi ekonomi manajemen.
Setelah beliau menikah, keadaan perekonomiannya pun terasa berat, dan butuh ekstra perjuangan, jatuh bangun dalam melakukan usaha perbaikan perekonomiannya, serta merelakan kuliahnya terputus di semester akhir, bahkan beliau mengatakan sesekali menahan lapar dalam beberap waktu agar istrinya dapat makan terlebih dahulu, musibah dan ujian sering berganti datangnya,di saat kena PHK dari tempat bekerja, bebrapa bulan hanya bekerja serabutan, menjadi pengemudi ojol, kuli bangunan, dan pekerjaan kasar lainnya.
"Yah, terasa lelahnya, terkadang timbul rasa untuk menyerah, terkadangpun mengeluh terhadap keadaan, tetapi semangat itu selalu timbul ketika kita melihat wajah istri dan anak-anak di rumah, semangat dan motivasi menggebu-gebu, gagal kita coba lagi, gagal lagi kita coba lagi, sampai mata ini melihat kebahagian istri dan anak di rumah".
Intinya sebuah perjuangan untuk menafkahi keluarga harus kuat terlatih dalam mental dan pemikirannya, serta selalu berdoa kepada yang Maha Kuasa, agar memiliki ketahanan batin yang cukup kuat sehingga kita tidak mudah menyerah dan berputus asa, seorang lelaki yang terlahir di keluarga yang sederhana haruns menjadi seorang petarung, perintis dan buakan seorang yang menunggu warisan orang tua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H