Mohon tunggu...
Tu Yuda
Tu Yuda Mohon Tunggu... Petani - Belajar adalah sebuah proses perjalanan

ijinkan saya untuk belajar dan jangan lupa dipandu demi kebaikan bersama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bedil Buluh, usaikah sudah ceritamu

9 Februari 2022   21:00 Diperbarui: 9 Februari 2022   21:09 1978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu mainan tradisional yang sering kita jumpai kala masa tahun 80-90 an, adalah bedil buluh ( nama ditempat saya ) atau disebut juga pletokan bambu.  Permainan ini begitu digandrungi pada masanya , tak ketinggal juga saya, yang dulu sering kali membuat mainan ini dengan dibantu oleh Bapak untuk mencari sebuah bambu.


Di tempat tinggal saya ( Bali ) biasanya bambu yang dipakai adalah buluh campah, jenis bambu yang memiliki tekstur kuat dan tidak mudah pecah. Bambu jenis ini, kini semakin sulit untuk ditemukan, sebab sebagain besar telah terganti menjadi pagar beton. Dulunya di beberapa rumah di kampung saya, bambu ini sangat mudah untuk dicari.


Disamping itu, rebungnya juga nikmat jika diolah menjadi sayur bening atau orang bali menyebutnya jukut embung. Kembali ke topik, bedil bambu biasanya akan ramai dipakai permainan pada saat musim jambu berbuah.


Sebab, peluru bedil ini biasanya memakai putik jambu air. Untuk membuat mainan ini, sahabat hanya perlu mempersiapkan bambu, biasanya yang mempunyai bentuk paling lurus menjadi sebuah pilihan.Selanjutnya bambu dipotong sepanjang satu ruas kurang lebih 40 cm, salah satu ujungnya dipotong kembali, sedangkan tulang ruas bagian pangkal dibiarkan.


Setelah itu bambu dipotong menjadi dua bagian. Panjang bagian yang satu memiliki ukuran panjang 15-20 cm, yang akan berfungsi sebagai bodi bedil. Sedangkan bagian yang satu lagi ukurannya lebih pendek, yaitu antara 8 sampai 12 cm. Bagian ini digunakan untuk gagang bedil.


Kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan bilah bambu yang telah diraut, bilahbambu yang digunakan adalah bilah bambu tua, untuk dioakai sebagai pelontar peluru, yang dirakit ke dalam pada gagang bedil.

Perlu diperhatikan, bilah bambu pada gagang bedil jangan sampai goyang ya sahabat, agar pada saat melontarkan peluru dapat bekerja dengan baik.


Jangan lupa, sebelum memakai bambu, sebaiknya bambu dibersihkan terlebih dahulu agar tidak menempel bulu bambu yang dapat menyebabkan gatal pada kulit. 

Cara membersihkannya cukup gampang, kita tinggal menggosok bagian bulu bambu menggunakan serabut buah kelapa.


Setelah melalui proses tersebut, kita tinggal mencari pelurunya, dan permainanpun segera bisa dimulai. Dulu, ketika saya masih kanak- kanak, biasanya akan bermain bedil bambu bersama 4 atau 6 orang teman, dan kami memilih lokasi di perkebunan, agar suasana bermain semakin menyenangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun