Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, bareng!

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

"Pikat Rasa", Terobosan PT GNI Untuk Pikat Anak Muda Agar Kelola Sampah

9 Desember 2024   20:10 Diperbarui: 9 Desember 2024   14:07 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan PIKAT RASA di SDN Bungintimbe (Sumber: Dok. PT GNI via Kompas.com)

Pembuatan Kerajinan Tangan oleh para siswa di Program “Pikat Rasa” PT GNI (Sumber: Dok. PT GNI via Kompas.com)
Pembuatan Kerajinan Tangan oleh para siswa di Program “Pikat Rasa” PT GNI (Sumber: Dok. PT GNI via Kompas.com)

Selain pengenalan tentang sampah, PT GNI juga memberikan edukasi tentang gaya hidup minim sampah melalui konsep 3R: Reduce (Mengurangi), Reuse (Menggunakan Kembali), Recycle (Mendaur Ulang).

Konsep 3R sendiri sebenarnya sudah dikenal luas oleh masyarakat. Namun lagi-lagi, penerapannya yang masih jarang terlihat.

Untuk memperkenalkan konsep daur ulang (recycle), para siswa di SDN 01 Bunta dan SDN 02 Bunta diajak untuk membuat prakarya daur ulang sampah. Untuk sampah organik, mereka diajari membuat kerajinan bunga dari kulit jagung kering. Sedangkan untuk sampah anorganik, para peserta didik diajak untuk membuat prakarya dari plastik sisa detergen.

Selain dapat mengurangi sampah, kegiatan recycle juga dapat mengasah sisi kreativitas dari para siswa. Kreativitas itu sendiri dapat membantu siswa untuk menemukan solusi dari setiap permasalahan yang mereka hadapi. Kesejahteraan mental alias healing juga bisa didapatkan dari proses kreatif seperti membuat kerajinan.

Sisi baik lainnya adalah hasil daur ulang juga dapat menghasilkan uang. Sebagai contoh, di marketplace kini telah banyak yang menjual tas daur ulang dari plastik kemasan. Harganya pun beragam, mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 100 ribu.

Jika kegiatan ini terus dikembangkan, bukan tidak mungkin desa Morowali Utara menjadi desa percontohan untuk pengelolaan sampah yang memadai dan menguntungkan.

Salam,

Tutut Setyorinie

***

Sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun