Siapa di sini yang suka jajan? Cung! Saya!
Selain mengisi perut kosong, bagi saya, jajan adalah suatu hiburan. Melihat tukang jajanan yang bermacam-macam, rasanya amat memanjakan mata dan lidah. Namun satu permasalahan muncul ketika kita banyak jajan, apalagi kalau bukan plastik!
Ya, plastik adalah primadona bagi abang tukang jajanan. Harganya yang murah dan bentuknya yang beragam, membuat plastik banyak diincar oleh para penjual maupun pembeli. Sebut saja gelas plastik, botol plastik, sedotan plastik, plastik es, kantong plastik, dan ragam plastik lainnya.
Pada akhirnya, timbunan sampah dari plastik pun tak terelakkan. Menurut data UPST DKI Jakarta, sampah plastik menjadi penyumbang terbesar kedua (28%) di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang.
Pada penelitian yang dilakukan University of Leeds, Inggris (2024), pun menyebutkan bahwa Indonesia adalah negara penyumbang polusi plastik terbesar ketiga di dunia setelah China dan Nigeria.
Selain menumpuk, plastik juga tergolong sulit terurai. Botol plastik misalnya, yang membutuhkan waktu 70- 450 tahun untuk terurai, lalu sedotan plastik 200 tahun, dan kantong plastik yang butuh waktu 10 hingga 1.000 tahun.
Nahasnya lagi, plastik yang terurai tidak benar-benar hilang. Mereka hanya bertransformasi menjadi partikel kecil atau yang biasa disebut "mikroplastik". Dan Indonesia, berada di peringkat pertama sebagai negara pengonsumsi mikroplastik terbanyak di dunia.
Inisiasi Gerakan "Bawa Wadah Sendiri"
Salah satu cara termudah dan terpraktis untuk mengurangi plastik adalah dengan inisiasi gerakan "bawa wadah sendiri". Ya, dengan membawa wadah sendiri kamu bisa mengurangi kemasan atau tempat yang rata-rata terbuat dari plastik.
Saya memulainya dengan membawa totebag ketika berpergian. Totebag alias tas jinjing sangat berguna untuk ketika kamu mendadak harus berbelanja. Totebag juga bisa dilipat menjadi kecil sehingga tidak merepotkan ketika dibawa kemana-mana.