Mengompos telah membawa saya pada pelajaran berharga tentang sampah. Bahwa "membuang sampah pada tempatnya" tidak cukup untuk mengurai permasalahan sampah di Indonesia. Bahwa kita harus mulai belajar memilah, mengolah, dan mengurangi sampah dari rumah.
Salah satu sampah yang masih banyak kita hasilkan adalah benda sekali pakai. Ya, benda sekali pakai sering kali terlihat lebih mudah dan murah sehingga banyak orang tergiur untuk menggunakannya, termasuk saya.
Namun setelah belajar lebih dalam tentang gaya hidup less waste, saya jadi tahu bahwa kini telah banyak pengganti dari benda sekali pakai yang tidak menimbulkan sampah. Benda pengganti ini selain ramah lingkungan ternyata juga memiliki dampak baik dari segi ekonomi maupun kesehatan.
Berikut tiga benda sekali pakai yang tidak lagi saya pakai berikut penggantinya.
Baca juga: Benda Sekali Pakai yang Menumpuk di Tempat Sampah Kita
1. Masker sekali pakai
Salah satu benda sekali pakai yang menjadi permasalahan sampah serius adalah masker sekali pakai. Terlebih di masa Covid-19, di mana masker sekali pakai (N95, KN94, KN95) memang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan.
Menurut Jurnal Frontiers of Environmental Science and Engineering (2021) sebagaimana yang tertera pada Kompas, mengungkapkan bahwa tiap satu menit ada 2,8 juta penggunaan masker sekali pakai. Dari jumlah tersebut, 1,6 miliar sampah masker berakhir di lautan.
Selepas era Covid-19, penggunaan masker sekali pakai masih sering terlihat walaupun tidak semasif dulu. Sebagai pekerja di Ibukota, saya sering memerhatikan bahwa masker sekali pakai memang jadi primadona di lingkungan perkotaan. Hanya pengemudi ojek online yang terlihat memakai slayer alias masker kain dalam sehari-harinya.
Saya pun menjadi salah satu yang masih konsisten dengan masker sekali pakai. Alasannya (1) sudah terlanjur nyaman, (2) masker sekali pakai masih diprovide kantor sehingga saya tidak perlu membelinya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!